"Ada apa? Kenapa wajahmu cemas seperti itu?" tanya Yoongi lalu ia memeta mencari adiknya. "Aku tidak melihat Kookie, tidak biasanya kalian berpisah jika sedang bersama seperti ini?"
"Sepertinya ia marah padaku, hyung," jawab Taehyung.
"Marah? Kookie? Padamu? Tidak mungkin!"
"Sepertinya aku mengecewakannya dan akan membuatnya bersedih," jawab Taehyung.
Mendengar ucapan Taehyung, Yoongi menatap Taehyung. Tatapannya berubah tajam, tahu Yoongi menatapnya tajam dan tahu apa yang dipikirkan Yoongi, Taehyung menggeleng pelan.
"Tidak, hyung. Tidak seperti yang hyung pikirkan," balas Taehyung.
"Lalu apa?"
"Maaf," balas singkat Taehyung. "Baiklah, aku harus mencarinya. Aku akan mencari keluar, di taman mungkin. Demamnya baru saja turun, aku tidak bisa membiarkannya sakit lagi. Maaf, hyung, aku mencari Kookie terlebih dulu," pamit Taehyung.
Taehyung pun keluar dari ruang utama, ia langsung berlari mencari Jungkook. Ia keluar rumah utama mencari ke sekeliling mansion Jeon. Ia memetakan manik hazelnya mencari sosok kekasihnya, ia mempercepat langkahnya menyusuri jalan setapak kecil yang akan membawanya ke sebuah taman mansion Jeon. Dan benar saja, Taehyung menemukan Jungkook duduk di salah satu bangku panjang taman itu.
Taman itu tidak gelap mengingat ada beberapa lampu taman di sekitarnya. Di belakang bangku besi yang Jungkook gunakan untuk duduk terdapat sederetan bunga perdu yang beberapa telah bermekaran. Taehyung tampak bernapas lega saat mendapati kekasihnya di sana. Ia pun mempercepat langkahnya. Setelah sampai, ia langsung duduk di samping Jungkook.
Jungkook tahu Taehyung kini duduk di sampingnya. Ia terlalu hafal dengan aroma tubuh dan parfum yang Taehyung pakai. Akan tetapi, ia bahkan tidak menoleh pada Taehyung, ia hanya menatap langit malam itu. Hanya sedikit bintang yang terlihat.
Hening beberapa saat, hingga Taehyung akhirnya melepaskan jaket yang ia kenakan lalu memakaikannya pada Jungkook. Dan Jungkook hanya melirik saja saat jaket itu berada di tubuhnya.
"Ayo, masuk, ini sudah malam, Kookie sayang. Demammu baru saja turun, hyungie tidak ingin Kookie sakit lagi," ujar Taehyung lembut.
"Kalau Kookie sakit, hyungie tidak bisa masuk kuliah, jadi tidak bisa bertemu dengannya, 'kan?" jawabnya sedikit ketus. Taehyung tidak mengerti apa yang Jungkook katakan.
"Nya? Apa maksud Kookie dengan nya? Taetae hyungie tidak mengerti."
"Vega!" ucapnya pelan, ia kembali menatap langit. "Apa hyungie masih ingat apa yang Kookie katakan tentang Polaris dan Vega? Vega adalah bintang yang menggantikan Polaris setelah puluhan ribu tahun," jelasnya. Jungkook masih belum memandang Taehyung. Ia masih menatap langit malam itu. "Aku sedang mencari Vega yang menggantikan Polarisku!"
"Apa yang sweetie Kookie katakan, hm? Hyungie tidak mengerti." Taehyung ingin meraih tangan Jungkook, akan tetapi kekasihnya itu menyadarinya ia pun kembali menghindar, bersedekap dan menggeser sedikit duduknya. "Apa ini karena hyungie tidak memberitahu siapa yang mengirim pesan pada hyungie hingga Kookie marah? Dan menganggap hyungie ada seseorang selain Kookie? Apa itu benar?"
Jungkook tidak menjawab. Taehyung menghela napasnya pelan, ia lalu merogoh salah satu kantong celananya, ia mengambil ponsel yang ia simpan.
"Ini..." Taehyung menyerahkan ponselnya pada Jungkook. Akan tetapi Jungkook tidak bergeming, sepertinya ia benar-benar marah. Ya, terang saja ia marah mungkin ini adalah kali pertama Taehyung menolak memberikan ponselnya. "Ambil saja. Sweetie Kookie bisa membaca semua pesan masuk. Apapun yang ada di ponsel hyungie. Ini..." ucap Taehyung saat masih belum mendapatkan respon apapun dari Jungkook.
YOU ARE READING
POLARIS
Fanfiction[END] Seperti Polaris yang tetap pada tempatnya, setia pada empunya, maka ia pun akan setia pada kekasihnya apapun yang terjadi. Maka, pandanglah langit utara, selama kau bisa menemukan Polaris, harapan itu akan selalu ada. "Bagiku kau adalah Polar...
✨ Chapter 03 - Moon and Star ✨
Start from the beginning
