S2 Elleanor 8: Karma

136 41 6
                                    


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



Video itu menyebar dengan sangat cepat, semua murid bahkan guru di sekolah itu tengah membicarakan jiwon dan juga lino.

Dan tentu saja, jaman sekarang sangat mengerikan. Video itu tersebar luas hingga keluar dari area sekolah.

Atau lebih tepatnya, sudah sampai telinga masyarakat.

Jiwon dan lino, menempati posisi pertama dalam pencarian trending.

Bahkan, wartawan dan reporter berada di luar gerbang sekolah, untuk meliput dan mencari kebenaran tentang pengakuan jiwon dan lino yang membunuh kakak jiwon.

Bagaimanapun tentu saja ini akan sangat heboh, orang tua jiwon dan lino adalah pengusaha yang sukses dan berpengaruh.

Media mana yang tak tertarik dengan berita tentang para konglomerat, bukan?

"Hey, hari ini kita pulang cepat."

Ucapan dari ketua kelas membuat tanda tanya bagi siswa-siswi di kelas dahyun.

"Lah? emang ada apa?" tanya salah satu siswi.

"Apalagi? karna scandal dari jiwon sama lino, media bakal meliput kasus ini, di luar gerbang sekolah ini wartawan sama reporter udah siap siaga." jawab sang ketua kelas.

"Wah, kenapa sampai diliput segala sih?"

"Video itu udah tersebar sampai luar sekolah, keluarga jiwon dan lino adalah orang yang berpengaruh. Tentu saja kasus ini adalah uang dan bahan menarik bagi media diluaran sana, yakan?"

Mereka semua terdiam pada ucapan ketua kelas, termasuk dahyun yang daritadi hanya diam. Bingung akan merespon apa.

"Hah~ melegakan, akhirnya mereka dapat karma yang pantas! Dahyun berbahagialah."

Dahyun menoleh pada pinky yang duduk di sebelahnya, walaupun pinky bergumam dan mengucapkan dengan bisikan kecil, tapi indra pendengaran dahyun sangat tajam.

"Apa disana dahyun sedang tersenyum senang ya?" gumam pinky lagi.

Dahyun tersenyum kecil, "ya, aku sedikit tenang. Tapi apa pantas menjadi tenang saat orang lain menderita?" ujar dahyun dalam hati.

"Ck...paling juga disana dia akan mengkhawatirkan lino dan jiwon,alih-alih bahagia. Sifat baiknya bikin gue kesel!" decak pinky dan bersungut kesal.

Dahyun terkejut dengan gumaman pinky, bagaimana pinky bisa tau kalau dahyun memang sedang khawatir.

"Kalian sedang apa? Ga pulang? Cepat kemasi barang kalian, begitu juga ketika ditanya oleh reporter atau wartawan abaikan saja."

Siswa siswi di kelas itu menuruti perintah ketua kelas dan segera mengemasi tas mereka dan barang-barang mereka untuk pulang.

"Ah. Hampir lupa, sekolah kita akan libur beberapa hari, dan entah sampai kapan. Intinya sampai keadaan mereda mungkin, itu kata wali kelas."

Mereka semakin heboh dan sedikit senang ketika akan libur, hanya saja mereka juga takut, karna mereka pikir tidak akan seheboh ini sampai bikin sekolah meliburkan mereka.

"Ngomong-ngomong, gue ga lihat jiwon sama lino. Mereka kemana?" pertanyaan dari pinky membuat seisi kelas itu semakin overthinking.

.....

"Sampai kapan kita bersembunyi?"

Sekarang ini lino dan juga jiwon sedang bersembunyi di tempat persembunyian mereka, diruangan dimana hanya mereka yang tau.

Dan itu masih di sekitaran sekolah.

"Sampai sedikit tenang, setelah itu aku mau pulang dan tidur." balas lino pada pertanyaan jiwon.

Jiwon mengangguk dan menyesap rokoknya.

Di dalam ruangan itu, mereka menyetel musik untuk hiburan mereka, alih-alih takut dan khawatir, justru lino dan jiwon terlihat biasa aja, bahkan tadi mereka sedang menonton film bersama di laptop jiwon.

"Mau rokok?" tawar jiwon yang dibalas gelengan oleh lino.

"Aku udah habis tiga batang tadi."

Jiwon hanya mengangguk sebagai respon.

"Ah sialan! Elleanor sialan! Dia bener-bener menunjukan kita bukti ternyata haha, aku pikir dia hanya gila mana ngaku-ngaku namanya tunggu dulu- siapa? Sooyun? Soojin? Entahlah." kesal jiwon.

"Tenang saja, itu hanya masalah kecil." balas lino santai.

"Bagaimana jika kita dipenjara?" tanya jiwon lagi.

"Tidak masalah, kita bisa mengakui itu dan masuk penjara bersama, setelah keluar aku janji akan menikahimu segera, jiwon."

Jiwon tersenyum malu, dan memeluk lino dengan manja.

"Janji?" tanya jiwon dengan manja.

"Tentu."

"Lagipula aku senang dengan semua ini, kau tau? Jika ada scandal seperti ini akan mempengaruhi bisnis orang tua kita kan? Ah~ aku berharap mereka hancur sehancurnya."

Lino tersenyum kecil pada celotehan jiwon, dirinya juga mengharapkan akhir kehancuran bagi kedua orang tuanya.

"Tentu, mereka tak akan pernah bisa meremehkan kita."

Mungkin ini gambaran yang disebut dengan luka dari hati akan sulit sembuh, dan akan membekas selamanya.

"Ya, tidak ada yang ingin tak sempurna bukan? Tapi mau bagaimana lagi, kita sudah terlahir seperti monster."

"Itu karna ulah mereka sendiri."

Jiwon dan lino adalah gambaran dari itu semua.

Iri hati, kebencian, dan dendam.



























































































































































Iri hati, kebencian, dan dendam

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
𝗗𝗮𝗵𝘆𝘂𝗻 𝗚𝗿𝗲𝗲𝗻Where stories live. Discover now