Bagian 1

6.1K 838 43
                                    

Kita masih muda dalam mencari keputusan
Maafkan aku ingin kembali
Seumpama ada jalan tuk kembali
JIKA – Melly Goeslaw ft. Ari Lasso

***

Ario hanya tersenyum kecil, ketika seorang gadis berpakaian minim mendekati tempatnya duduk bersama teman-temannya di pinggiran ruangan kelab.

Gadis itu menyapanya dengan gestur manja, membuat Gian yang duduk di samping Ario mendengkus karena iri tapi juga geli. Sedangkan teman-temannya yang lain hanya saling lirik seraya menyeringai.

"Nggak mau hang out bareng gue dulu habis ini?" tanya gadis itu dengan nada manja, sambil duduk dengan menempelkan belahan dadanya pada salah satu lengan Ario.

Ario berdeham. Dia memang pernah menjadi berengsek—dan sedang berjuang keras untuk berhenti menjadi berengsek. Jadi, meski dia sudah sangat ilfeel dengan gadis yang saat ini tengah bergelayut di lengannya, Ario tetap meladeni dengan berusaha tidak menyinggung ego si gadis.

"Sori, Bel. Mungkin lain kali. Gue tadi ke sininya juga numpang Gian. Kita masih mau jalan habis ini," kilah Ario dengan senyum tipis di bibir, sengaja berbohong.

Raut kecewa langsung tertampak di wajah gadis tersebut setelah mendengar penolakan Ario. Membuat Gian dan teman-temannya yang lain memalingkan wajah demi menahan tawa.

Sekali lagi Ario meminta maaf dan secara halus meminta gadis bernama Bella tersebut untuk menyingkir dari sofa mereka. Jujur saja, Ario gerah ketika harus terus-terusan terusik dengan sepasang benda kenyal di dada Bella yang menempeli lengannya. Benar-benar menggoda iman.

Selepas kepergian Bella, Gian tertawa sambil menggeleng-gelengkan kepala. "Ampun deh gue sama tuh cewek! Bebal banget udah berkali-kali ditolak, tetap nggak kendor."

"Yakin nggak pengin nyicipin, Yo?" tanya Rangga dengan raut jail.

"Nggak, deh. Makasih," sahut Ario dengan raut santai. "Silakan kalau ada yang mau," tawarnya, sebelum meraih kaleng bir miliknya untuk ditenggak.

"Si Ario udah tobat, Bro." Gian menepuk-nepuk sebelah bahu Ario dengan gaya seakan bangga sekaligus mengejek.

"Emang dulu nih anak gimana?" tanya Rangga agak heran.

Maklum saja, Rangga dan Evan baru mengenal Ario dan Gian ketika mereka memasuki kampus yang sama setengah tahun lalu, jurusan arsitektur. Sedangkan Ario dan Gian sudah berteman sejak SMA, hingga sudah saling mengenal lumayan baik sejak lama.

"Dulu-dulunya mah bahaya banget nih anak," sahut Gian. "Mainnya sama yang udah berpengalaman. Cewek ABG biasa nggak bakal dilirik sama dia."

"Sama tante-tante maksud lo?" tanya Evan dengan raut horor.

"Sialan!" Ario menyikut Gian yang sudah terbahak di sampingnya akibat merasa senang karena semua temannya mulai salah paham pada fetish Ario.

"Intinya, wanita-wanita dewasa yang udah berpengalaman. Yang kayak si Bella mah lewat."

Gian kembali membeberkan aib Ario di depan teman-temannya, menyebabkan Ario makin jengkel tapi tidak bisa meralat karena memang itu adalah kenyataan. Dia menolak menjadi munafik dengan tidak mengakuinya.

"Kecuali satu cewek. Iya nggak, Yo?" tanya Gian tiba-tiba. "Satu-satunya cewek seumuran yang dilirik Ario cuma...." Gian berhenti bicara tiba-tiba ketika matanya menyipit untuk mengenali sosok di sisi lain ruang kelab yang agak temaram.

"Wah, panjang umur," ucap Gian tanpa sadar.

Gian menyikut pelan Ario seraya mengedikkan kepala ke arah tatapannya tadi, meminta Ario juga melihat ke arah yang sama.

Ario yang tadi sempat merasa penasaran dengan apa yang sedang diperhatikan Gian, langsung membeku akibat kaget dengan apa yang dilihatnya berdasarkan petunjuk temannya itu.

Ario yang biasanya selalu bersikap tenang dan santai, langsung mengeraskan rahang dengan tatapan menajam. Belum sempat teman-temannya bertanya ada apa atau Gian mencegahnya, Ario bangkit dengan cepat dan berjalan menjauh.

"Kenapa tuh anak?" tanya Rangga heran.

Gian mendesah panjang, seraya menyandarkan punggung di sofa, seakan siap menonton aksi Ario dari tempatnya duduk.

"Ario emang doyannya yang tua-tua. Tapi ada satu cewek yang berhasil bikin dia berhenti main-main," ucap Gian dengan tatapan miris ke arah Ario berjalan.

"Tuh cewek?" tanya Evan, matanya tidak beranjak dari Ario yang saat ini tengah berdiri berhadapan dengan seorang gadis berbadan mungil yang tampak jengkel karena Ario mengajaknya bicara.

Gian tidak menyahut, tapi sikap diamnya sudah jelas adalah sebuah jawaban. Sejenak, ketiganya tidak lagi bicara dan memilih asyik menonton Ario yang tampak tengah berdebat dengan gadis yang sedang didatanginya.

[03.04.2022]

2017, ditulis pertama kali di akun lain.

2020, terbit cetak secara indie.

2022, revisi dan upload kembali.

2022, revisi dan upload kembali

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.
StalemateWo Geschichten leben. Entdecke jetzt