Nasi yang harusnya masuk ke kerongkongan malah masuk ke hidung. Menyisakan rasa perih yang sangat menyiksa.

"Kenapa kamu nanya gitu, Mas?"

"Ina liat Mama lagi pelukan sama cowok waktu itu."

Winter mengerutkan kening, berusaha mengingat kapan dirinya berpelukan dengan pria. Setelah beberapa saat ia mengingatnya lalu terkekeh.

"Oh karena itu," ucap Winter sambil tertawa kecil.

Izam terkejut melihat ekspresi ibunya saat merespons. "Jadi bener Mama punya pacar?"

"Ish, nggak," desis Winter membantah.

"Lah terus siapa cowok itu?" tanya Izam sangat penasaran.

"Dia itu temen Mama. Namanya Om Irfan, dia minta Mama buat bantuin jual produknya. Lumayan 'kan daripada Mama nganggur," jelas Winter.

"Bener?"

"Iya."

"Syukur deh," lirih Izam sambil mengelus dadanya lega. Karena setelah Ina mengetahui hal ini dia tidak akan murung lagi.

Winter mengacak rambut Izam pelan, lalu masuk ke dalam hendak mencuci piring kotor bekas makannya. Dengan Izam yang tetap membuntutinya.

"Mas ngapain masih di sini? Gak jalan sama pacar kamu emang," tanya Winter karena memang sudah menjadi rutinitas Izam setiap hari minggu pergi berkencan romantis bersama kekasihnya.

Izam hanya menyengir sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Sebenarnya masih ada yang ingin ia tanyakan pada Winter, hanya saja ia masih ragu untuk menanyakannya.

"Mam?"

"Iya."

"Emmh ... gak jadi deh."

Winter memutar bola matanya malas lalu duduk di sofa dan mulai melipat baju. Izam pun ikut duduk di samping Winter.

"Mam?"

"Iya, Mas Izam ada apa?"

"Hehe ah gak jadi deh."

Hening

1 detik

2 detik

3 detik

4 detik

"Mam?"

"Mum mam mam mulu dari tadi, ada apa sih?" Winter menatap Izam kesal.

Sedangkan yang tidak ditatap malah menunduk merasa bersalah membuat Winter berpikir yang tidak-tidak tentang dirinya.

"Jangan-jangan kamu hamilin anak orang ya?!" selidiknya serius.

"Ih nggak ya. Aku gak hamilin anak orang," bantah Izam.

"Ya terus apa?" tanya Winter lagi.

"Mama ngerasa ada yang aneh gak sih dari Dedek?"

Sontak Winter menoleh ke arah Izam. "Kamu pernah liat atau pernah denger Dedek ngomong yang aneh-aneh?"

"Kalo denger Dedek ngomong yang aneh-aneh sih nggak, tapi kalo liat ngeliat dia ngelakuin hal-hal yang aneh sering banget," tutur Izam membuat Winter menelan ludah.

"Apa?"

"Kaya suka bungkusin pisau-pisau kecil yang udah karatan pake tisu terus ujungnya diiket pake pita merah kecil, terus pernah liat mutilasi cicak sama kadal hidup-hidup, terus yang paling parah dia suka liat film porno," jelas Izam panjang lebar yang berhasil membuat Winter membelalakan mata dan jantungnya berdebar kencang.

Separah itu kah?

Tapi tunggu pita merah?

Winter memegang keningnya, ia merasa pita kecil merah itu sangat familiar di masa lalunya. Beberapa detik kemudian ia membelalakan matanya untuk kesekian kali.

"P-Pluto?!"

*****















Genius | Misteri ✔Where stories live. Discover now