Psikopat atau Sosiopat

445 111 409
                                    

•PART INI TIDAK BERMAKSUD MENYESATKAN

*****

"Siapapun yang membuatmu jengkel, boleh kamu bunuh. Tapi jangan pernah bunuh keluarga kandungmu."
-Bunda Pluto-

*****

"Lingkaran kecil, lingkaran kecil, lingkaran besar. Lingkaran kecil, lingkaran kecil, lingkaran besar. Ayah, ibu, pegi ke pasar. Nenek, kakek, berguling-guling. Tiga, empat, tiga dan satu. Garis, miring, garis dan tompel. Jadilah babi!"

Iel bernyanyi sambil menggambar seekor babi di atas kertas putih. Anak itu begitu menikmati lagu yang ia nyanyikan.

"Yeay! Babinya udah jadi!" seru Iel girang, sambil mengangkat kertas itu ke udara.

"Gaskeun, kita ngepet, Dek!" sahut Izam, seraya mengambil kertas itu dari tangan Iel.

"Oke! Tapi Mas yang keliling ya. Jadi nanti babinya ada dua," ucap Iel sambil tersenyum kuda.

"Gak mau! Kamu aja, kamu kan masih kecil pasti gesit larinya," protes Izam.

"Iya deh iya. Tapi aku gak mau ngepet uang, Mas," ucap Iel, membuat Izam mengerutkan keningnya.

"Lah, terus apa?" tanya Izam, heran.

"Aku mau ngepet buah mangganya Pak Mamat tetangga kitu itu loh Mas," tutur Iel.

"Pelit banget ya dia, gak mau bagi-bagi ke tetangga. Padahal pohon mangganya berbuah lebat. Mending kalo dimakan sama dia. Lah ini, malah dibiarin busuk gitu aja," imbuhnya.

"Nah ide bagus tuh! Terus kan katanya, kalo ngepet ke rumah orang yang pelit itu gampang banget. Beda sama ke orang yang dermawan babinya malah mental katanya mah," sela Ina yang datang dari dapur.

"Berpengalaman ya bu?" tanya Izam dengan nada menggoda.

"Ish! Nggak. Gue kan sering liat di youtube tentang begituan," jelas Ina.

"Emangnya lo Mas, yang tiap hari liatin cewek Jepang yang joget-joget sambil bilang yamete kudasai, " imbuh Ina membongkar aib Izam.

Izam diam tak mengeluarkan sepatah kata pun. Sedangkan Ina dan Iel tertawa terbahak-bahak. Melihat ekspresi Izam yang melas. Meskipun detik berikutnya Iel menarik napas panjang.

"Andai aku bisa lebih lama lagi sama kalian," batin Iel.

******

Di sekolah

09.30

Penilaian akhir semester akan dilaksanakan sebentar lagi. Maka tak heran jika pemandangan di SMP Nusa Bangsa sekarang adalah siswa-siswi yang sedang menunduk membaca buku.

Materi semester ganjil sudah tuntas. Jadi, para siswa-siswi dipersilakan untuk mempelajari kembali materi secara mandiri.

Siswa-siswi SMP Nusa Bangsa dikenal sebagai anak yang ambisius dan tak sedikit dari mereka dicap sebagai anak yang genius. Salah satunya adalah Ninda.

Ninda digolongkan sebagai anak yang genius. Ya ... walaupun dalam penilaian tengah semester kemarin ia hanya bisa mendapatkan posisi kedua setelah Elza.

"Aku boleh duduk di sini?" tanya Iel kepada Ninda yang sedang duduk lesehan di taman di bawah pohon rindang, dengan sebuah buku tebal di pangkuannya.

Ninda hanya menganggukkan kepalanya tanpa mengalihkan pandangannya dari buku.

Keheningan menyapa mereka. Dua bocah itu sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Ninda dengan kegiatan membaca bukunya, dan Iel yang sibuk bermain gasing yang ia dapatkan dari hasil lotre tarik benang.

Genius | Misteri ✔حيث تعيش القصص. اكتشف الآن