Berharga

509 137 447
                                    

"Setiap manusia itu berharga. Kalo gak percaya, pergi aja ke black market."
-Aurelia-

******

Dua minggu sudah Tika tidak masuk sekolah. Tidak ada kabar tentang dirinya. Nomor dan semua media sosialnya tidak aktif.

Ghea sebagai wali kelas, sudah berkunjung ke rumah Tika. Berharap mendapatkan informasi kenapa dan ke mana Tika selama ini. Namun, semua itu percuma. Ketika ia mengunjungi rumah Tika, tak ada siapa-siapa di sana. Para tetangganya pun tidak tahu ke mana keluarga Tika pergi.

Iel yang merupakan teman sebangku Tika, ikut kebingungan. Sudah tiga hari tiga malam, ia memikirkan ke mana temannya itu pergi. Hingga pada akhirnya, ia baru ingat, bahwa Tika pernah berkata, jika Tika sedang ada masalah ia akan pergi ke rumah neneknya yang ada pinggir kota dan Tika juga pernah memberikan alamat rumah neneknya kepada Iel.

Tak ingin membuang waktu, Iel segera pergi menuju rumah neneknya Tika. Ia tak peduli jika ini sudah tengah malam. Karena mungkin saja Tika sedang ada masalah dan sedang membutuhkan seorang teman. Iel pergi tanpa pamit kepada ibunya, karena sudah pasti Winter tak akan mengizinkannya untuk pergi.

Setelah menempuh perjalanan sekitar empat puluh lima menit menggunakan bus, akhirnya Iel sampai di tempat tujuan.

Ia berjalan dari halte ke arah kiri sesuai yang pernah Tika katakan.

Iel sudah berjalan kurang lebih dua puluh lima meter dari halte bus. Hingga ia berhenti di depan sebuah rumah semi permanen.

Iel mengambil sebuah foto dari koceknya. Lalu, menyamakan foto itu dengan rumah tersebut.

"Oh iya, bener ini rumahnya," gumam Iel sambil memasukkan kembali foto tersebut ke dalam kocek celananya.

Tok tok tok ...

Sudah tiga kali Iel mengetuk pintu rumah tersebut, namun tak kunjung ada yang membukakan pintu.

"Bego banget aku ya, ini kan jam sebelas malem. Mana ada yang mau bukain pintu." Iel bermonolog. Lalu, ia memutuskan untuk duduk di sebuah kursi yang ada di sana dan menunggu hingga pagi.

Ketika sedang asyik mengayun-ngayunkan kakinya, Iel mendengar suara isakan. Dari suaranya itu adalah seorang perempuan.

Iel melangkahkan kaki dan mengedarkan pandangannya mencari sumber suara. Setelah ia telusuri suara itu dari berasal dari belakang rumah.

Iel tersenyum ketika mengetahui bahwa itu adalah suara Tika.

"Akhirnya ketemu juga nih bocah," batin Iel lalu menghampiri dan duduk di samping Tika.

Menyadari bahwa ada seseorang yang menghampiri dan duduk di sampingnya, Tika segera menghapus air matanya.

"Jangan liat aku lagi nangis Iel. Aku malu," ucap Tika sambil memalingkan wajahnya.

"Kalo kamu malu nangis, terus ngapain kamu nangis?" tanya Iel sambil memberikan dua lembar tisu kepada Tika.

Tika meraih tisu tersebut. "Ya pengen aja, hiks."

"Aneh kamu mah. Orang tuh pengen kaya, pinter dan lain-lain. Lah kamu pengen nangis," ucap Iel sambil menatap langit malam.

Tika sedikit terkekeh. "Kaya juga sih. Tapi sekarang mau nangis aja dulu."

"Yakin cuma mau nangis aja?" tanya Iel.

Tika mengangguk sebagai jawaban.

"Terus itu tambang buat apa?" tanya Iel lagi sambil menunjuk tali tambang yang ada di pangkuan Tika.

Genius | Misteri ✔Onde histórias criam vida. Descubra agora