Sementara itu, tak jauh dari tempat Sea berdiri, Ethan tengah mengamatinya. Menatap lekat sosok gadis itu hingga tak berkedip sama sekali. Ia sangat mengagumi paras Sea yang cantik, disisi lain Sea juga sebenarnya memiliki kepribadian yang baik. Ethan menghela napas lega. Ia tidak salah memilih rumah. Keputusannya untuk mengikuti Sea malam itu berbuah manis. Setidaknya, sampai detik ini.

"Hei kak ayo kesini!"

Pandangan Sea dan Ethan beralih bersamaan, menuju satu suara yang tengah berteriak dari balik deburan ombak tipis yang menerjangnya. Pria itu tersenyum lebar seraya melambaikan tangannya, memberi isyarat pada dua manusia yang tengah mematung di pantai untuk segera bergabung dengannya menikmati indah lautan.

Sea menoleh, menatap Ethan dan mengajak pria itu untuk menceburkan dirinya di laut. Oh tentu saja kini mereka sudah berganti pakaian. Bukankah tujuan pergi ke pantai memang untuk bermain air? Sea berlari ringan, menyusul Jin yang sudah berendam. Beberapa saat kemudian, Ethan juga turut serta mengikuti mereka.

Jin yang usil tidak akan membiarkan dua manusia itu menikmati air dengan tenang. Ia menyipratkan air dengan liar ke Sea dan Ethan bergantian. Sepertinya genderang perang sudah dimulai. Tak mau kalah, Sea juga melakukan hal yang sama pada Jin. Ethan yang sedari tadi hanya diam, kini mulai aktif mengusili Jin juga.

"Hei! Kalian curang nyerang aku kayak gini!" Jin berteriak, sesekali menghalangi serangan dari Sea dan Ethan yang dilakukan secara brutal itu.

Suara debur ombak kini diiringi oleh suara tawa. Walau terhalang serangan air, Sea bisa melihat dengan jelas bahwa Ethan juga tertawa lepas. Ini pertama kalinya ia menyaksikan pemandangan itu. Pria yang biasanya hanya diam tanpa ekspresi, kini bisa tertawa. Sangat manis. Sangat tampan.

Sea mengalihkan pandangan secepat kilat kala mata hitam legam milik Ethan mendapati dirinya tengah menatap pria itu secara intens. Merasa sedikit canggung, Sea menyeret tubuhnya keluar dari air dan duduk diatas pasir sembari menikmati angin yang semilir.

"Wahhh. Aku ngerasa seneng banget dan bebas hari ini."

Jin berjalan menghampiri Sea, diiringi oleh Ethan, kemudian duduk disamping gadis itu.

"Bukannya menyenangkan kalau kita hidup kayak gini sampai mati? Ga ada orang yang kenal, ga ada yang bisa menghakimi apapun yang kita lakuin saat ini."

Sea menoleh ke kanan, tempat dimana Jin duduk. Pria itu masih menatap lurus ke arah laut. Entah mengapa, perkataan yang baru saja keluar dari mulut Jin terdengar seperti curahan hatinya yang tengah gundah.

Lebih dari tiga tahun mengenalnya, ini sisi baru Nam Jin yang Sea lihat. Akhir-akhir ini pria itu menjadi lebih dewasa, lebih emosional dan terkesan lebih mudah mengungkapkan isi hatinya.

"Kamu mau beli pulau ini?" Gurau Sea, berusaha mencairkan suasana yang mulai serius.

"Itu bagianku."

Sea mengeryit tidak mengerti.

"Bikin candaan kayak gitu, itu bagian aku kak, kamu jangan ambil alih." Jin sedikit menyenggol bahu Sea dengan bahunya, "Arghhh...jadi orang yang serius memang ga cocok sama aku."

"Kamu ga harus selalu kayak gitu."

Sea dan Jin menoleh secara bersamaan ke sumber suara. Merasa sedikit terkejut karena Ethan ikut serta dalam dialog mereka. Ini hal langka mengingat bahwa pria itu lebih sering menjadi pengamat.

"Kadang ga apa-apa kita ngerasa lelah. Kita bisa sedih, marah, atau kecewa, siapa yang ngelarang? Bukannya hati manusia emang kayak gitu? Daripada sibuk pura-pura, kadang ga masalah kalau kita menunjukkan sisi yang berbeda."

[ON GOING] ButterflyWhere stories live. Discover now