"Nggak! Gue duluan yang disini, Kak!" sahut gadis itu.
Dia Hwang Ryujin, adik perempuan Hwang Sinb. Sikapnya sama dengan sang kakak, bar-bar dan tomboy. Sowon dan Ryujin itu bagai kucing dan tikus, dimana saja mereka bertemu pasti akan bertengkar.
Sowon yang nyatanya keras kepala tentu saja tidak akan terima kalau Ryujin tiba-tiba saja mengambil alih mangkuk baso miliknya.
"Buta mata lo?! Mau gue beliin kacamata?! Jelas-jelas gue duluan yang berdiri disini buat pesen baso." ujarnya kesal.
"Monyet betina! Gue juga laper, ya! Minggir lo, gue mau makan! Ini baso gue."
Disaat Sowon hendak membawa mangkuk baso miliknya, Ryujin malah menahan lengannya yang membuat kuah baso yang masih panas itu tumpah dan mengenai lengannya.
Prang!
Sowon reflek menjatuhkan mangkuk baso dari lengannya. Mengibas-ngibaskan lengannya yang terkena kuah panas tadi. Jujur, kulitnya terasa terbakar sekarang.
"Anjir! Mama, tangan Sowon panas!" teriaknya.
Matanya memerah menahan sakit. Sowon tidak berbohong, lengannya panas sekali, seperti terbakar api yang begitu panas. Bahkan sekarang lengannya sudah mulai memerah.
Ryujin menatap cemas teman kakaknya itu, melihat raut kesakitan Sowon membuat ia merasa bersalah.
"Kak, gue minta maaf. Gue nggak sengaja, sumpah!" ucap Ryujin.
Sowon mengabaikan permintaan maaf Ryujin, saat ini yang ia butuhkan adalah Eunha. Sayang sekali, karena suasana kantin yang sangat ramai dan berisik, Sowon jadi tidak bisa berteriak memanggil Eunha, teman baiknya itu.
"Siapapun itu nama lo, tolong panggilin Eunha, suruh dia ke uks sekarang! Huaaa, Mama! Panas banget!" Sowon berjalan dengan tertatih ke uks sekolahnya sembari memegangi lengannya yang memerah.
Ryujin menghembus nafas kasar, ia lantas berlari menerobos kerumunan orang-orang yang sedari tadi menyaksikan perdebatan mereka.
Tujuannya sekarang adalah mencari Eunha, meminta kepada kakak kelasnya itu untuk segera ke uks.
"Kak Eunha!" panggilnya.
Eunha menoleh dengan alis yang terangkat sebelah, "Ryujin? Ada apa? Muka lo sedih gitu, lo baik-baik aja?" tanyanya.