Ya hari ini Intan memutuskan untuk masuk bekerja setelah 2 hari menghilang tanpa kabar.
Setelah sampai di toko Intan disambut dengan pelukan hangat oleh satu-satunya sahabat nya yakni Salma " Ya Allah Intan kamu dari mana aja sih?" Tanya Salma disela-sela pelukannya.
"Oh... Em a-aku di rumah kok, kemarin aku lagi ga enak badan aja kok," Albi Intan.
" Tapi beneran, kan kamu baik-baik aja kalau masih sakit kamu mending jangan kerja dulu," tutur Salma yang begitu khawatir dengan keadaan sahabatnya.
"In sha Allah aku baik-baik aja Salma, kamu tenang aja ya," jawab Intan.
" Udah sekarang kita lanjut kerja lagi yuk," lanjut Intan diangguki Salma.
" Assalamualaikum! Eh Intan kamu udah berangkat sayang kemarin kemana aja bunda khawatir sama kamu," ucap Bunda Asih yang baru saja masuk di toko.
" Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh, aku baik-baik aja kok bunda, cuma lagi ga enak badan aja kemarin hehehe," balas Intan sembari menahan sesak didalam dadanya.
" Tapi kenapa kamu ga izin sama bunda atau Salma nak," Tutur Asih sembari memeluk Intan.
Intan tengah berusaha untuk tidak menangis namun usahanya sia-sia ia malah terisak di pelukan Asih, ia bingung saat ini ia ingin memberitahu semua tantang perlakuan bejat anak laki-lakinya namun Intan tak seberani itu untuk mengatakan.
" Eh kamu kenapa nangis nak, kamu lagi ada masalah apa sayang, atau masih ada yang sakit kamu istirahat aja ya jangan dipaksain buat kerja," tutur bunda Asih dan dibalas gelengan oleh Intan yang masih menangis.
"Emm Intan-"
" Bun!" belum sempat Intan melanjutkan ucapannya sudah disela oleh Erda yang baru saja masuk ke dalam toko.
Intan yang semula menunduk seketika mengangkat wajahnya hingga tanpa sengaja tatapan mereka bertemu, Intan yang menyadari itu langsung mengalihkan pandangannya.
"E-emm Bun aku ke belakang dulu ya," pamit Intan dan segara berlalu dari sana.
" Aku juga mau ke toilet dulu ya Bun,"tutur Erda dibalas anggukan oleh Asih.
" Intan!!" Panggil Erda, merasa tidak ada balasan dari wanita itu Erda berjalan mendekat ke arah Intan dan menyentuh punggung Intan.
" Maaf, tolong mas lepaskan tangan anda dari punggung saya" ucap Intan karena tidak ada balasan dari Erda Intan menghempaskan tangan laki-laki brengsek itu.
" Tan tolong jangan menghindar dari saya, jika kamu seperti ini saya bingung harus bagaimana" tutur Erda lesuh.
"Cukup diam dan tidak usah bertanggungjawab serta jadikan saya orang asing yang sebagaimana mestinya di dalam kehidupan anda" jawab Intan dengan suara serak sembari menahan emosi dan tangisnya.
" Lalu bagaimana jika kamu h-hamill?"
Deg
Intan terdiam, seketika detak jantungnya serasa berhenti, Intan benar-benar tidak mau mengandung anak dari orang brengsek yang ada dihadapannya ini, namun bagaimana jika sampai itu terjadi.
" Ya Allah , aku benar-benar mohon jangan hadirkan dia." monolog Intan dalam hati.
"Itu bukan urusan anda, saya permisi assalamualaikum," ujar Intan meninggalkan tempat itu.
Erda menggelengkan kepalanya, dirinya tak habis pikir dengan Intan, bagaimana ia harus bersikap biasa saja jika dia hamil, Erda juga takut Intan melakukan hal-hal yang membuat dirinya terluka.
Mulai saat ini Erda akan membulatkan tekadnya untuk menjaga dan melindungi Intan, serta akan bertanggung jawab jika sampai ada nyawa yang bersemayam di rahim Intan.
Bahkan ia sudah tak perduli dengan masalahnya dengan Tania yang ada dipikirannya hanya Intan dan Intan.
*****
Waktu terus berputar, hari demi hari terus berganti setalah kejadian kelam beberapa Minggu lalu Intan sudah berusaha mengikhlaskannya, walaupun berat namun ia akan tetap berusaha.
Entahlah tapi ia rasa berdamai dengan keadaan dan mensyukuri segala yang sudah ditetapkan dan digariskan olehnya bisa menjadi awal yang baik untuk dirinya.
Seperti pagi ini, di pagi yang lumayan cerah ini Intan sudah berangkat untuk berkerja seperti biasa namun, ada yang aneh dengan badannya ini mungkin efek terlalu banyak begadang dan terlalu banyak pikiran.
Namun, itu tidak membuat Intan menjadi lemah ia harus semangat bekerja untuk mendapatkan uang.
Setibanya di toko Intan segera masuk dan terlihat Salma tengah membereskan meja-meja toko
" Assalamualaikum Salma, udah dari tadi kah??" sapa Intan yang berjalan menuju meja kasir.
" Waalaikumussalam, udah sih ini udah beres, kamu ke dapur gih ambil stok kue buat didepan," jawab Salma diangguki Intan.
Intan segera berjalan menuju dapur untuk mengambil kue dan ia tata didepan.
" Eh Tan kok muka kamu pucat banget sih kamu sakit kah??" Tanya Salma yang menyadari perubahan fisik Intan.
" Em engga kok cuma pusing sedikit aja, lagian juga udah biasa " jawab Intan sembari melayani beberapa pelanggan yang sudah berdatangan.
Saat melayani pelanggan Intan merasakan kepalanya yang sangat pusing, memang sedari tadi Intan menahan rasa itu tapi entah mengapa rasa pusing itu semakin menjadi.
"Salma aku izin ke belakang sebentar ya," ucap Intan dengan lirih dan diangguki Salma.
Intan berdiri dari duduknya pusing yang ia rasakan tidak tertahan lagi saat ingin melangkah keseimbangannya goyah dan berakhir.
Bruk
Tubuh Intan terjatuh ke lantai orang-orang di toko terkejut apalagi Salma, beberapa orang mendekat ke arah Intan.
" Ya Allah Intan, mas tolong angkat dan antarkan ke mobil itu dan bawa ke rumah sakit." tutur Salma yang begitu khawatir dengan kondisi Intan.
Pelanggan itu mengangguk dan segera menggendong Intan untuk dilarikan ke rumah sakit.
Saat ini Salma tengah menunggu Intan yang sedang diperiksa, ia khawatir takut terjadi apa-apa dengan sahabatnya.
Beberapa menit berlalu, akhirnya dokter yang ditunggu pun keluar dari ruang pemeriksaan Salma yang melihat itu langsung menghampiri sang dokter.
" Dok bagaimana keadaan sahabat saya, dia baik-baik saja kan dok??"
" Apa sahabat kamu sudah bersuami??" Tanya sang dokter.
Salma menggelengkan kepalanya" belum dok, memang sahabat saya sakit apa dok??" Jawab Salma bingung.
" Dari hasil pemeriksaan tadi sahabat kamu tengah mengandung."
Dah segini dulu ajah ya
Jangan lupa vote dan komen ya guys terima kacihhh
TBC...
ВЫ ЧИТАЕТЕ
INTAN (End!)
Подростковая литератураAZQILA INTAN ELMEIRA, dia adalah anak tunggal dan yatim-piatu, Intan kira dengan kepulangannya ke rumah bisa membuat Intan lebih baik sehingga bisa menebus kesalahannya yang dulu, namun ternyata salah, bahkan Intan harus menerima kenyataan bahwa h...
