Kamu & Kehilangan -Penasaran-

Mulai dari awal
                                    

Wali kelas itu hanya bisa menggeleng pasrah melihat kelakuan para anak didiknya yang sungguh di luar nalar. Astaga, bisa-bisa rambutnya habis sebelum tua nanti.

"Hari ini, saya ingin menyampaikan satu pengumuman penting. Untuk beberapa hari ke depan, sekolah kita akan mengadakan class meeting. Dimana kelas kita akan menjadi perwakilan dari satu ekskul yaitu ekskul drama, kalian akan memainkan sebuah drama di hadapan para siswa-siswi dari kelas lain."

Wali kelas itu menatap ke arah para anak didiknya yang tengah menatapnya dengan pandangan tak percaya.

"Untuk tema drama kalian nanti, sudah saya pilihkan."

"Kenapa dari dua tahun yang lalu kelas kita kebagian drama sih anjir?!"

"Duit maning... Duit maning..."

"Bisa gak sih kita request lomba mukbang aja, daripada drama?"

"Paling nanti dramanya putri salju lagi."

"Ande-ande lumut."

Brak!

"Sumpah Pak, beneran! Saya mau resign jadi murid di kelas ini Pak!"

Dimas berdiri dari duduknya dengan mengepalkan tangan. Menolak keras adanya drama di kelas mereka.

Wali kelas yang berada di depan menatap Dimas dengan datar. "Oke, Satria tolong hapus nama Dimas dari seluruh kegiatan di kelas. Nanti saya akan konfirm sama kepala sekolah sekalian, agar Dimas di buang dengan hormat dari kelas kita." Ucap Wali kelas.

"Lagipula saya malah senang jika ada salah satu murid di kelas kita berkurang. Tidak perlu repot-repot untuk mengurusnya."

Dimas terdiam, wajahnya memucat. Gila, kenapa bisa sampai begini? K-kok kesannya dirinya tidak berharga di kelas ini?

"Kenapa masih berdiri? Kamu sudah bukan anggota di kelas saya. Silahkan keluar,"

"PAK SAYA TIDAK LIKE YAH PAK!"

—Kamu & Kehilangan—

"Gue bagian properti aja."

"Gue juga!"

Claire mendelik ke arah Arga yang ikut-ikutan. Matanya menatap sinis laki-laki yang sejak tadi pagi selalu saja berada di dekatnya, sialan. Kenapa hidupnya sekarang berubah seperti ini?

"Apa?" Tanya Arga saat merasakan tatapan  Claire padanya.

Claire mendelik, lalu kembali menatap ke arah papan tulis. Setelah Wali kelas mengumumkan jika kelas mereka mendapat Drama lagi, Satria selaku ketua kelas mengumpulkan anak-anak dan mulai membagi tugas. Sama seperti biasanya.

"Oke, jadi properti Claire sama Arga ya? Ada lagi gak?" Tanya Satria setelah menuliskan nama dua teman kelasnya itu di papan tulis.

Anak-anak di dalam kelas terdiam, enggan menjadi bagian properti. Karena mereka tahu, bagian properti adalah bagian yang sangat menyusahkan.

"Sri, Lo bagian properti ya?"

Sri yang di tunjuk Satria sontak menggeleng. "Gak-gak, gue udah jadi emak-emak ya. Gak mau lagi di bagian properti." Ucap Sri menolak.

Satria menghembuskan nafas pelan, lalu kembali meminta anak-anak lain untuk masuk ke dalam properti.

Dimas yang tengah duduk sambil memakan Snack yang dibawanya dari rumah, hanya bisa diam dan sesekali ikut bersuara jika perlu. Karena dirinya sudah masuk ke dalam bagian peran penting.

Siapa lagi kalo bukan yuyu kangkang?

"Lo kagak mau ngikut ke properti?" Tanya Rangga yang dibalas gelengan Dimas.

"Gak. Soalnya gue udah kebagian pemeran utama sih, lagian ribet juga kalo masuk bagian properti."

Rangga mengangguk membenarkan. "Bener juga sih, tapi gue kok pingin juga masuk ke bagian properti?" Ujar Rangga membuat Dimas menatap sahabatnya itu.

"Kenapa?"

Dimas menggeleng. "Gak. Lo kalo mau ya sana bilang sama Satria."

Rangga menganggkat tangannya sambil berteriak. "Sat!" Teriak Rangga membuat Satria beralih menatapnya dengan datar.

"Lo kalo manggil, jangan kayak orang ngumpat!"

"Dih, gue manggil ya anjir."

Satria berdecih. "Kenapa?" Tanyanya tanpa basa-basi.

"Gue mau jadi bagian —"

"Gue bagian properti."

Sontak, seluruh anak di kelas menatap ke arah Askara yang tiba-tiba berkata seperti itu. Karena mereka tahu bagaimana anak satu itu.

Tidak mau ribet.

Dan lihat sekarang. Bisa-bisanya Askara, anak yang paling tampan dan juga malas membuat dirinya sendiri lelah serta tidak bermutu, tiba-tiba mengajukan diri sebagai bagian properti.

Satria terdiam sejenak, mencoba mengerti pola fikir Askara beberapa detik. Sebelum suara membuatnya tersadar.

"Tulis."

"O-oh.. ah, iya." Satria buru-buru menulis di papan tulis, walaupun masih sedikit kebingungan.

Begitu selesai, Satria mulai kembali membacakan bagian-bagian yang sudah di bagi.

"Bagian properti. Claire, Arga, Candra, Askar, Tria. Ada yang lain?"

Semuanya menggeleng dan Satria akhirnya mengakhiri rapat mendadak. Buru-buru anak-anak kelas keluar menuju ke kantin, membuat kelas hanya ada beberapa orang saja.

Diary Aire

Drama lagi, drama lagi.

Apa setiap tahun kelas kami harus mendapat bagian Drama? Padahal kami ingin yang lain, keuangan sudah hampir habis!

Astaga aku kesal. Apalagi dengan Arga, rasanya aku ingin menyelepetnya!

Shibbal, benar-benar shibbal!

Kamu dan KehilanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang