31[Dimas]

39.1K 4.8K 582
                                    

"Eunghh." Arka melenguh kecil dia membuka matanya perlahan,"akh anjing pusing."

Arka menatap sekeliling ruangan yang sekarang ia tempati, dirinya didudukkan disatu kursi kayu dan kedua kaki dan tangannya diikat menggunakan tali tambang.

Arka melebarkan matanya dia menatap ruangan yang kosong tanpa ada benda satu pun, hanya kursi yang ia duduki dan nuansanya sangat gelap.

Arka tidak tahu diluar sana sudah malam atau masih sore hari, karna di ruangan yang bisa dibilang kecil ini tidak terdapat satu pun jendela dan ventilasi.

Hanya ada satu pintu kayu bewarna coklat yang tertutup, entah pintu itu dikunci atau tidak.

Arka menelan ludahnya sendiri,"takut.." Arka berontak, dia menggerakkan kedua tangannya berusaha melepaskan tali itu dari tangannya.

Cklek

Tubuh Arka menegang, dia menatap kearah pintu dimana ada,

Bara yang masuk kedalamnya masih mengenakan Hoodie, kedua tangannya ditaruh di kantong Hoodie lalu melangkah mendekat.

Arka terus berontak dia berusaha terbebas dari tali-tali itu.

Bara menampilkan seringai tipisnya dia menangkup wajah Arka menggunakan satu tangannya dengan kasar, membuat Arka mendongak menatap wajahnya.

"Meet again." Ucapnya pelan.

Arka menggeleng cepat berusaha terlepas dari cekalan tangan Bara,"mau apa lagi lo ha?! Kenapa selalu bikin gara-gara sama gue?!"

"Cih, emangnya lo kira semuanya udah selesai?! Belom." Bara berjongkok menyamai tinggi Arka yang duduk di kursi itu.

Bara memegang telapak Arka yang halus, yang terikat oleh tali tambang dipegang-an kursinya.

Arka menggerakkan tangannya tapi Bara langsung meremasnya kuat.

Arka meringis kecil,"bangsat lo! Kalo mau jangan gini lah sat! Lo kira gue pecundang ha?! Satu law— akhh." Arka memejamkan matanya erat dia menggigit pipi dalamnya, telapak tangannya di cutter oleh Bara dengan bentuk memanjang.

"Berisik." Bara menatap wajah Arka,"kenapa? Sakit?"

"Bar please lha jangan pake benda kalo bisa! Sakit anj—"

"hM? Ini keinginan lu kan?"

Arka menggeleng cepat, rasa sakit ia rasakan saat cutter yang Bara pakai itu berkarat dan goresan yang ada di telapak tangannya itu dalam, darah mulai bercucuran di telapak tangan Arka yang putih.

Bara menaikkan sebelah alisnya,"katanya mau ikut bunda lu, bunda lu udah mati kan? Jadi.. lu mau ikut mati juga dong, biar dendam gua juga terbalaskan."

Bara melempar cutter itu ke sembarang arah, lalu mengeluarkan sesuatu dari kantong Hoodie nya,

Pisau lipat.

Arka melebarkan matanya, kedua manik legam itu mencoba mencari sesuatu, dia sedang mencari cara apa yang bisa ia lakukan supaya terbebas dari Bara.

Bara yang tahu itu terkekeh kecil,"ada pesan terakhir?"

"Bar jangan akhh sakit." Arka mengigit bibirnya dengan kencang saat pisau lipat yang ada ditangan Bara itu mengenai lengan Arka dengan sengajanya dia memperdalam pisau itu di lengan Arka sampai lengan Arka mengeluarkan cairan merah.

"S-sakit, stop." Arka menatap Bara penuh harap.

Bara tertawa kencang,"hah.. nangis lo? Cengeng."

"Arrgh sakit." Arka mendongakkan kepalanya saat pisau lipat itu ditarik kasar oleh Bara.

"Gua bilang sekali lagi, ada pesan terakhir? Atau.. pesan buat kakak lo? Atau.. buat mantan pahlawan lo?"

Arka menggelengkan kepalanya,"hiks jangan sakit." Lengan kirinya benar-benar sakit, apalagi telapak tangannya yang juga masih mengeluarkan darah.

"Sakit sakit aja terus, harusnya lo itu berterimakasih sama gua, lu mau ikut bunda lu kan?"

Arka menunduk dengan bahu yang bergetar hebat.

Bara berdecak dia berdiri dan menjambak rambut Arka dengan kencang sampai lelaki bersurai biru itu mendongak dengan wajahnya yang sembab.

Bara berdecih,"cih, anak manja lo."

Bara mendekatkan diri ke wajah Arka, mengamati wajah manis itu, lalu sudut bibirnya terangkat,"cantik juga lo, kalo gua ilangin cantiknya marah gak?"

Arka menggeleng cepat,"jangan aneh-aneh."

"Enggak kok, gak aneh." Bara mengangkat tinggi-tinggi pisau lipatnya dengan senyuman semakin lebar.

"Jangan Bar."

"Lo harus mati."

"Jangan hiks iya-iya gue minta maaf t-tapi jangan pake cara kayak gini." Arka memberanikan diri menatap Bara.

Bara menaikkan sebelah alisnya,"terlambat."

Satu tangan Bara menangkup wajah Arka dengan kasar dan satu tangannya lagi memegang pisau lipat yang ia arahkan ke pipi kanan Arka.

Bara mengelus pipi halus itu lalu,

"Ssshh sakit Bara! Hiks! Arrgh brengsek lo!"

"Lo jahat Bar!" Arka menangis kencang pipi kanan Arka sudah terdapat goresan panjang dan mengeluarkan darah.

Bara terdiam, dia menjatuhkan pisau lipatnya lalu melangkah mundur sambil menggelengkan kepalanya cepat.

"Kamu jahat Bara!"

"Aku benci kamu!"

Bara mengepalkan tangannya,"ARRRGHH!" Dia berteriak kencang lalu berlari ingin keluar dari sana tapi,

Brak!

Pintu itu lebih dulu ditendang oleh,

Dimas.




























































TBC.

Double update? Vote dulu banyak-banyak👿😏

Babay~

[BOYS LOVE] MY HUSBAND [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang