Life Drawing

11 3 0
                                    


Today's theme: Attending life drawing classes and someone draw your face.

Thomas Alva Edison sendiri pernah bertemu dengan kakeknya. Itu yang diceritakan seorang pria bertubuh ramping di bawah pohon rambutan. Dia menceritakan kisah hidup kakeknya dengan sangat antusias. Namun, orang-orang di sekitarnya tidak terlihat begitu peduli dengan ocehan lelaki ramping itu.

"...dia orang paling berani selautan! Dia menerjang badai untuk menyelamatkan nenekku, lalu-"

"Hentikan Buyung," Pria berkulit putih yang duduk di dekat pencerita mendesah kasar, "kemarin kau bilang kakekmu seorang pilot, dan sekarang dia seorang kapten kapal perang? Jangan menceritakan omong kosongmu kepada kami lagi,"

Laki-laki bernama Buyung itu menggerutu, "Ini adalah saudara kakekku, yang berarti juga merupakan seorang kakekku"

"Diam saja, Buyung! Ini Indonesia, apa kau pikir kami percaya dengan omonganmu? Kakekmu yang kemarin bertemu Thomas Alva Edison? Apakah kamu besok akan bercerita salah satu pamanmu pernah menginjakkan kaki di bulan?!" Seseorang dengan kemeja abu-abu menimpali.

Buyung menggeleng, "Sebenarnya sepupu jauhku yang pernah pergi ke bulan-"

"Diam!" Pria berkulit putih tersebut berdiri dari duduknya, menatap Buyung dengan mata penuh amarah, "Aku muak dengan omong kosongmu. Ayo teman-teman, kita pergi saja. Buyung terlalu kekanakan dan pembual"

Buyung tertinggal sendirian. Dia terduduk di bawah pohon itu. Sebuah pohon rambutan tua yang tumbuh subur di depan fakultas seni. Pria ramping itu menghela napas, berharap sesuatu keajaiban akan datang kepadanya. Sesuatu yang akan membuat suasana hatinya lebih tenang.

Pukul dua siang Buyung melangkahkan kaki pergi dari sana. Dia menyeret tas abu-abu miliknya menuju kelas. Laki-laki berumur 20 tahun itu mengambil jurusan seni lukis di Universitas Swasta di kota Malang. Dia tidak cukup pintar untuk masuk di Universitas Negeri.

"Selamat pagi, materi kita untuk bulan ini adalah life drawing.."

Dosen laki-laki dengan kacamata itu menjelaskan di depan kelas. Buyung tidak cukup fokus untuk menyimak. Pria ramping itu terus melamun, sampai dia sadar kalau mahasiswa lain sedang menggambar di sketchbook mereka.

"Kita disuruh buat apa?" Buyung bertanya berbisik pada seorang pria yang duduk di sampingnya.

"Life Drawing," Jawab lelaki sipit itu.

Buyung mengintip apa yang sedang di gambar pria itu. Orang bermata sipit itu menggambar seorang gadis berparas cantik. Dengan hidung yang mancung, mata yang lebar dan iris yang gelap. Rambut gadis itu dipotong pendek seperti laki-laki.

"Kau sangat berbakat," Ujar Buyung, "Kalau boleh tahu, siapa namamu?"

Lelaki sipit itu tersenyum, "Clark,"

Si pria ramping tertawa gembira, "Nice to meet you, Clark. Namaku Buyung!"

Sudah lama Buyung menantikan momen untuk berkenalan dengan teman sekelasnya di jurusan seni. Akhirnya, terjadi juga di hari yang begitu cerah ini. Buyung sebenarnya pernah berteman dengan anak-anak jurusan seni yang lain. Namun, mereka mulai menjauhi Buyung ketika mendengar kisah Buyung yang terdengar seperti dongeng.

Buyung menghela napas, ia tidak fokus dalam menggambar. Dia sebenarnya sangat tidak suka menggambar, tetapi adiknya selalu memaksa Buyung untuk mengambil jurusan S1 seni.

Buyung menoleh ke arah Clark, "Psst, Clark."

Si mata sipit menoleh, wajahnya terlihat begitu tenang. Tidak seperti Buyung yang berkeringat dingin karena belum menggambar apapun.

Sprezzatura: Antologi CerpenWhere stories live. Discover now