MR part 57

2.7K 265 45
                                    

Sebelum membaca diwajibkan menekan tanda ⭐ untuk membayar kerja keras penulis.
Happy reading!

***********************************

Kevin turun dari ranjang menyalakan ponsel lalu memberikannya pada Jane,

"Berikan alamatmu,"

"Untuk apa?"

"Apa kau ingin tetap disini?"

Jane tampak mencari tas beserta barang lain yang ia bawa sebelum mendarat di kamar mewah ini. Matanya terus mencari penuh selidik ke setiap meja yang ada disana.

"Kau mencari ini?"

Kevin tahu apa yang sedang dicari, ia berjalan menuju nakas mengangkat tas jinjing juga berkas.

"Rapikan penampilanmu, lima belas menit dari sekarang."

Kevin langsung pergi menenteng celana beserta kaos oblong keluar kamar. Sedang Jane hanya mematung melihat langkah kaki perlahan hilang dari balik pintu.

Tatapan keanehan melihat tingkah Kevin yang menunjukan perhatian, tidak seperti orang hilang ingatan pada umumnya. Meski bibirnya terus mengatakan tidak mengenalinya tetapi sikapnya menunjukan hal berbeda.

Jane bisa merasakan saat kemarin mereka bertemu diacara amal, sikap perhatian dengan memberikan sepatu juga memakaikannya. Dan itu berlangsung hingga sore tadi.

Sungguh kebingungan Jane membuat rasa penasarannya menggebu. Bagaimana bisa orang hilang ingatan tetapi masih bisa perhatian seperti dulu, juga menyekapnya sejam hanya untuk meminta alamatnya.

"Aneh,"

"Apanya yang aneh?"

Suara bass yang mengagetkan telah berada diambang pintu, penampilan yang tadi hanya mengenakan kimono kini telah berubah. Meski tubuh atletis itu hanya di balut kaos oblong juga celana pendek tetapi ketampanannya takan berkurang.

"Berikan alamatnya, saya akan mengantarmu pulang."

"Pu-pulang?" seperti orang yang kebingungan, Jane hanya bisa menghela nafas berat.

"Berikan alamatmu!"

"I-ini."

Ada kerutan pada dahi saat membaca alamat yang diberikan oleh Jane. Matanya menatap layar ponsel berganti pada gadis diatas ranjang.

"Saya tunggu dibawah."

Dalam perjalanan pulang, mereka berdua sama-sama diam. Tidak ada obrolan sepanjang jalan, tidak ada suara musik hanya ada mesin pendingin yang mengisi kesunyian malam.

Jane sempat melirik kesamping berharap Kevin akan menanyakan sesuatu tentangnya atau tentang masa lalu mereka, hingga berkali-kali ia harus mengecek melalui pantulan kaca.

"Jangan menatap saya seperti itu!"

"Aahhhh!" Jane ketahuan, ternyata Kevin bisa merasakan sedang dipantau.

Raut wajahnya berubah merah, bisa-bisanya ia ketahuan menatap seseorang tanpa berkedip.

"Tu-tuan..."

"Jangan bicara, saya sedang fokus menyetir."

Baik! Jane akan diam jika tidak ditanya lebih dulu. Sangat membosankan berada satu mobil dengan pria monster seperti Kevin. Bukan hanya sikapnya yang dingin tetapi kelakuannya juga minus.

Perjalanan dua puluh menit terasa sejam jika bersama dengan manusia pendiam, otot wajahpun terasa kaku dan tegang. Sungguh Jane ingin menghilang saat ini juga.

Monochrome Romance 2 (After) EndWhere stories live. Discover now