DUA PULUH LIMA

250 39 0
                                    

Sudah hampir seminggu ini Kanaya tidak melihat batang hidung Baskara di tempat latihan. Dan hal itu membuat Kanaya sedikit khawatir serta takut jika Baskara kembali menjadi korban bully lagi oleh teman-temannya.

Sebenarnya Kanaya bisa saja masa bodoh, tapi Baskara ini mengingatkannya pada Aksara dulu yang sering menjadi korban bully teman- temannya. Kanaya tahu betul rasa sakitnya, bahkan dia kerap kali melihat Aksara menangis kala itu.

Oleh karena itu, Kanaya memutuskan untuk mendatangi sekolah dan juga rumah Baskara untuk memastikan kalau pria itu baik-baik saja.

Semoga sesuatu hal buruk tidak menimpa Baskara. Maklum, Kanaya ini orangnya negatif thinking mulu.

Saat tiba di sekolahnya, wali kelas Baskara mengatakan jika murid didiknya itu sudah tidak masuk hampir seminggu penuh. Terakhir kali dia melihat Baskara adalah saat ia menemani muridnya ke rumah sakit karena ia mendapat kabar kalau ibunya Baskara meninggal dunia.

Semenjak hari ini, Baskara tidak menampakkan batang hidungnya.

Namun, pihak sekolah tidak tinggal diam. Mereka konsisten menghubungi Baskara setiap waktu. Bahkan wali kelasnya itu pun menyempatkan diri untuk mampir ke rumah Baksara sekadar mengecek apakah murid didiknya baik-baik saja.

Tali ya begitu, rumahnya tertutup rapat dan gelap. Ia pikir Baskara pergi ke rumah neneknya.

Meskipun wali kelas Baskara menagay demikian, namun Kanaya tidak percaya sepenuhnya sebelum mendatangi langsu rumah Baskara.

Setelah dari sekolahan, Kanaya pergi mendatangi rumah Baskara sesuai dengan alamat yang di berikan oleh wali kelasnya.

Dan ternyata benar. Rumahnya tertutup rapat dan gelap seperti tak berpenghuni.

”Ya, kayaknya orangnya emang lagi pulang kampung deh,” celetuk Aksara yang sedikit ngeri saat melihat rumah Baskara yang terkesan horor.

Kanaya tak menggubris, gadis itu malah menekan bel beberapa kali.

Ting nong!

Ting nong!

Ting nong!

Beberapa menit menunggu namun tak ada tanda-tanda seseorang yang keluar rumah.

”Masa iya orang nya pulang kampung?” tanya Kanaya.

”Permisi! Baskara? Ini gue Kanaya. Lo ada di rumah?” teriak Kanaya yang melengking.

”Temennya Baskara, neng?” kebetulan ada ibu-ibu yang lewat di sana.

Kanaya lantas mengangguk. ”Orangnya emang pulang kampung ya?”

”Kata siapa? Semenjak ibunya meninggal, si Baksara mengurung diri. Dia bahkan ngunci semua rumahnya rapet - rapet biar ayahnya gak bisa bobol.” Kanaya mengerutkan dahi, dia kemudian menatap Aksara.

”Kalau boleh tau, ayahnya kenapa emang, Bu?” tanya Kanaya lagi.

”Ayahnya buron neng, dia yang ngebunuh ibunya Baskara.” Kanaya dan Aksara menegang seketika usai mednegar penuturan wanita paruh baya tersebut.

”Yaudah neng, ibu pulang dulu. Soalnya lagi ngerebus sayur asem,” ucap ibunya yang pamit pergi meninggalkan mereka berdua.

”Tuh kan, kecurigaan gue bener. Baskara pasti di dalem.” Aksara menatap Kanaya.

”Terus lo mau gimana?” tanya Aksara.

Kanaya menatap pagar yang tidak terlalu tinggi tersebut, seketika dia punya ide untuk masuk ke dalam. ”Kita manjat.”

”Ha? Tapi kaki lo?”

Dont worry.” Aksara mendengus napas kasar. Dasar gadis pencari risiko.

Kanaya mulai lebih dulu memanjat pagar, di susul oleh Aksara. Keduanya berjalan menghampiri pintu.

Kanaya lalu menempelkan daun telinganya ke pintu guna mendapati suara di dalam, namun sayangnya nihil. Ia tak mendengar suara apapun dari dalam sana. Benar-benar seperti mengunjugi rumah berhantu.

”Ada suara, Ay?” Kanaya menggeleng.

Aksara ikut menempelkan daun telinganya. Dia berusaha menangkap suara dari dalam.

Selang beberapa menit kemudian, Aksara mendengar suara pecahah beling dari dalam.

”Ay, gue denger!” Aksara memegangi tangan Kanaya.

”Baskara pasti ada di dalem,” ucap Aksara yang mencari suatu untuk menghancurkan gagang pintu.

”Emang kalo di dobrak gak bisa?”

”Susah dodol, lo pikir gampang kayak di film?”

”Yaudah sih, gak usah sewot. Gue cakar lama-lama muka lo!” sembur Kanaya yang ikut mencari benda keras untuk membobol pintu.

Begitu Aksara menemukan batu besar, pria itu segera merusak gagang pintunya. Dia segera memukulkan batu tersebut pada gagang pintu.

Beberapa menit berlalu, akhirnya Aksara berhasil membobol pintu tersebut. Dengan cepat pria itu mendobraknya dan masuk ke dalam bersama Kanaya.

”Baskara?” panggil Kanaya dengan suara tenang, dia tidak ingin membuat Baskara terkejut atau mendadak panik karena keberadaannya.

”Baskara? Ini gue, Kanaya. Lo ada di dalem kan?” Kanaya menyusuri setiap ruangan di ikuti Aksara.

”Baskara?” panggil Kanaya kembali.

”Ya, jangan-jangan orangnya udah pergi lagi?” celetuk Aksara yang tak menemukan apapun di dalam. Yang ia dapati hanya ruangannya yang mirip kapal pecah. Semua barang-barang berserakan seperti habis di landa gempa besar.

Tapi Kanaya masih yakin kalau Baskara tidak pergi kemanapun. Pria itu masih di rumahnya. Hanya saja dia bersembunyi? Mungkin saja.

”Baskara?” saat Kanaya membuka pintu sebuah kamar, gadis itu membelalakkan bola matanya tatkala melihat Baskara yang berniat gantung diri.

Dengan cepat Kanaya berlari untuk menyelamatkan Baskara dari sana.

”BASKARA?!” pekik Kanaya yang mendorong pria itu dari bangku hingga akhirnya dia tersungkur ke lantai.

Gedebuk!

”Lo gila?!” Kanaya memukul dada Baskara penuh emosi.

”Lo ngapain sih, Bas?! Lo mau masuk neraka dengan bunuh diri?!” bentak Kanaya yang mencengkram kerah baju pria itu, dadanya naik turun dan matanya memanas. Beruntunglah Kanaya datang lebih cepat, jika telat sedikit saja mungkin nyawa Baskara melayang.

”Lo kan bisa cerita sama gue, gue ini temen lo sekarang. Kalo gak kuat jangan di pendem sendirian, bego!” Kanaya menitihkan air mata, dia tak kuasa menahan tangis saat melihat kondisi Baskara yang memprihatinkan.

Baskara menangis. Pria itu tertunduk lesu. Dengan cepat Kanaya mendekap tubuh Baskara. Berusaha menenangkan pria itu.

”Ayah gue bilang, cowok juga boleh nangis. Jadi, keluarin aja, Bas." Kanaya berbisik dan detik itu juga Baskara menangis sesenggukan.

Sementara Aksara yang tak ingin mengganggu mereka berdua, memutuskan untuk menunggu di luar. Memberikan waktu Kanaya untuk menenangkan Baskara.

Sudahlah, ini bukan saatnya untuk menyimpan cemburu. Aksara paham kok.






🔸🔸🔸







Akhirnya bisa up juga, karena udah mulai masuk, jadinya udah mulai jarang WP. Gua berharapnya ini cerita bisa cepet kelar sebelum puasa, begitupun sweet revenge, doain ya bestiee

Oiya, di sini ada yang butuh jasa edit foto sama bias? Atau jasa cover book? Bisa dm ya bund, nanti gua bakal bikin work buat jasa edit gitu

Jangan lupa vote dan komennya bunda

FRIENDSH!T✓Where stories live. Discover now