Chapter 16 : Un secreto

28.8K 3.3K 956
                                    

Bekerjasama dengan kriminal demi mengungkap kejahatan adalah hal yang lumrah dalam dunia kepolisian.

Tiga puluh tahun silam, sebuah organisasi narkoba terbesar di Rusia— LNL— melakukan kerjasama dengan Interpol dalam satu misi yaitu memberantas narkotika.

Berkat LNL, berton-ton kokain, heroin, dan segala jenis obat-obatan terlarang lainnya berhasil disita oleh DEA (Drug Enforcement Administration). Lebih dari lima pimpinan kartel besar berhasil diringkus dalam penggrebekan besar-besaran tersebut. Salah satunya adalah Alvarez Gastruccini, pemimpin kartel Cartagena— satu-satunya kartel paling berkuasa di Kolombia pada jaman itu. Sayangnya, Alvarez tewas dalam baku tembak saat sedang berusaha melarikan diri ke Swiss.

Louis Gartamera— yang pada saat itu menjabat sebagai Asisten Jenderal di Interpol— melihat putri semata wayang Alvarez, Abigail Gastruccini, meringkuk di sudut ruangan sambil memeluk erat-erat putri kecilnya. Dengan air mata penuh kesumat ia menatap Louis, persis seperti induk harimau yang takut anaknya dicuri. Namun dengan jabatannya, tak sulit bagi Louis untuk mengambil keuntungan dari wanita yang rapuh dan seorang diri. Terlebih jika itu adalah wanita yang pernah terluka dan dikhianati oleh seorang pria. Abigail telah merelakan rasa sakit yang pria itu torehkan padanya namun luka tersebut terbuka kembali saat ia tahu bahwa Sergio Leonelle tak hanya mengkhianatinya tapi juga ayahnya, orang yang telah bermurah hati memberikannya perlindungan ketika dia menjadi buronan.

"Selama ini aku dan Sergio Leonelle bekerjasama, Abigail. Semua informasi yang kami dapat tentang kartel milik ayahmu, kami dapatkan dari dia. Sekarang kau hanya punya dua pilihan, penjara atau bekerjasama denganku? Aku bisa mengembalikan hidupmu yang hancur. Putrimu bisa melanjutkan hidupnya dengan baik, aku tak tega melihat anak sekecil itu menderita. Masa depannya ada di tanganmu."

"Aku tak percaya padamu."

"Aku tak minta kau percaya padaku, aku hanya minta kau menentukan masa depan putrimu." kata Louis.

Abigail tak punya pilihan lain selain menyetujui kesepakatan yang diberikan oleh Louis.

Semua kokain hasil sitaan akhirnya dialihkan kepada pihak-pihak yang berkuasa untuk diperdagangkan kembali. Bersama Abigail Gastruccini, Louis Gartamera diam-diam mengoperasikan kembali kartel Cartagena. Semua aset mereka disimpan dalam bentuk perusahaan-perusahaan legal sehingga sulit untuk dilacak. Kolombia bukan tempat yang aman lagi untuknya sehingga ia pun pergi meninggalkan suaminya untuk membuka lembaran baru di Boston. Namun sayang, Abigail terbunuh di perbatasan Texas pada saat gagal melakukan negosiasi.

Umur Louis sekarang sudah sangat tua untuk memimpin kartel, ia ingin bermalas-malasan di tepi pantai Cartagena, atau sekedar menyesap kopi sambil berselonjoran di pinggir kolam mansion mewahnya. Oleh karena itu, semua urusan kartel dialihkan kepada putra semata wayangnya, Victor Gartamera.

"Don Victor, dia disini."

Victor yang tengah duduk di kursi kebesarannya seketika mendongak. "Siapa maksudmu?"

"Sierra, Don Victor." sambung si anak buah.

Senyum Victor langsung terukir tipis begitu mendengar nama itu. Rasanya sudah lama sekali ia tak mendapatkan kehadiran wanita pujaannya tersebut. Setelah meletakkan kembali pulpen dan menutup berkas yang sedang dikerjakan, Victor pun berjalan meninggalkan ruangannya.

"Dimana dia?" tanyanya saat tak menemukan siapa-siapa di bawah.

"Dia—"

Victor tak menunggu anak buahnya menyelesaikan kalimat karena sudah mendengar suara tembakan membabi buta yang berasal dari halaman belakang. Dari tempatnya berdiri di ambang pintu, ia melihat punggung yang dibalut oleh gaun krem pucat yang sebagiannya tertutup oleh rambut ikal indah itu tengah menodongkan pistolnya pada papan target.

LUSTWhere stories live. Discover now