21

1.5K 296 44
                                    

Tidak banyak yang bisa dilakukan Prabu. Dia hanya menunggu Kamala sambil duduk di salah satu kursi lobi. Banyak orang yang melihat ke arahnya, tapi dia tidak peduli. Orang-orang kaya yang hilir mudik di sekitarnya tampak membuatnya seperti sebuah ancaman. Tentu saja dia bukan ancaman, dia tidak akan berpikir untuk merampok salah satu kamar di hotel ini.

Prabu pusing dan tidak berniat untuk berlama-lama menjadi bahan tontonan seperti seekor monyet di kebun binatang. Dia memutuskan keluar lobi dan mencari tempat asik untuk merokok. Bangku besi berwarna putih yang terletak di bawah pohon rindang menjadi pilihan menarik untuk membunuh waktu.

Prabu duduk di sana sambil mengeluarkan satu batang rokok dan menyalakannya. Asap mengepul, membumbung tinggi tertiup angin, menerbangkan kebosanannya yang begitu kental. Dari kejauhan, dia bisa melihat Kamala keluar mencari-carinya, Prabu tersenyum hanya untuk sesaat sebelum dia melihat seorang laki-laki yang menyusul Kamala dan memegang tangan gadis itu.

Kamala tampak gusar saat laki-laki itu berbicara padanya. Dengan rasa kesal yang tiba-tiba saja muncul di dalam dada, Prabu membuang puntung rokoknya ke sembarang arah, dia bergegas mendekati Kamala.

"Pikirkan baik-baik apa yang saya katakan padamu tadi."

"Siapa dia, Kamala?"

Kamala menengok ke arah belakang tepat saat Prabu menaruh kedua telapak tangannya pada pundak Kamala, menarik tubuh gadis itu menjauh dari Gama. Ada tatapan tidak suka dari cara Prabu melihat tangan Gama yang tidak kunjung melepaskan genggamannya dari tangan Kamala.

"Hei, bisa singkirkan tangan anda?"

Tidak ada senyum di wajah Gama saat pandangannya bertemu dengan Prabu. "Mungkin seharusnya tangan anda yang menjauh dari Kamala."

Prabu mendengus mengejek, dia melihat Gama dari ujung rambutnya sampai ujung kaki laki-laki itu. "Bung, dia ini gadis saya, saya yang berhak untuk menyentuhnya, bukan anda," ucap Prabu sambil secara paksa melepaskan genggaman tangan Gama dari tangan Kamala.

"Urusanmu sudah selesai?" tanya Prabu pada Kamala yang kini tampak serba salah.

"Sudah."

"Berarti kita pulang sekarang."

Kamala mengangguk, dia membiarkan Prabu menuntunnya sampai ke dalam mobil seperti anak kecil yang mengamankan mainan kesenangannya dari anak kecil lain. Setelah mereka keluar dari wilayah hotel Hyatt, Prabu berkali-kali melihat Kamala yang sibuk dengan pikirannya sendiri. Gadis itu menjatuhkan pandangan keluar jendela tanpa menghiraukannya.

"Siapa laki-laki tadi?"

Prabu berhasil menarik perhatian Kamala, Kamala menengok ke arahnya dengan sorot mata yang sendu.

"Gama."

"Kekasih barumu?"

"Calon suami yang ditawarkan Ibu ke saya."

"Bagus juga selera ibumu, kenapa bukan dia saja yang kawin dengan laki-laki tadi."

"Jaga ucapanmu, Prabu."

"Kamu mau kawin dengan dia? Oh, atau kamu sudah kawin sama dia di salah satu kamar hotel tadi?"

"Kamu sadar apa yang kamu ucapkan barusan?'

"Kenapa? Ucapan saya benar ya?"

"Berhenti di sini, turunkan saya di sini."

Prabu memukul setir kemudi dan mengarahkan mobilnya ke bahu jalan. Matanya nyalang menatap Kamala yang hendak keluar dari mobil, sebelum Kamala berhasil menjauh darinya, Prabu sudah lebih dulu menarik tangan Kamala agar dia tidak bisa pergi ke mana-mana.

Kamala (Sudah dinovelkan)Where stories live. Discover now