15

1.9K 320 14
                                    

Kamala memandang dirinya sendiri di cermin yang tengah dicumbu oleh Prabu dari arah belakang. Semuanya terjadi dalam tempo yang singkat dan hampir tanpa jeda. Kewarasan seolah telah hilang dari akalnya, disertai amarah juga rasa takut yang mengerogoti sejak awal. Semula Prabu mengatakan bukan ini yang dia inginkan, tapi pada kenyataannya dia menerima undangan itu.

Tidak akan ada lagi yang akan tersisa dari diri Kamala selain perasaan kalah. Dia harus mengakui apa yang dikatakan Prabu adalah benar. Dia menginginkan laki-laki itu sama persis seperti apa yang diinginkan Prabu padanya. Terlalu naif memang hubungan mereka, tapi tak ada yang perlu diperjelas lagi.

Kamala memejamkan mata untuk menikmati sapuan lidah Prabu di tengkuknya yang sengaja digerakan dengan sangat pelan. Kepalanya terasa pening menampung semua desiran nasfunya sendiri. Dentuman-dentum detak jantungnya yang memompa aliran darahnya kini membuat kupingnya berdenging.

Saat kembali membuka mata, Kamala mendapati Prabu melihat ke arahnya dari cermin, tempat di mana bayangan mereka terpantul sempurna seperti lukisan dari karya seniman termahal. Tanpa melepaskan permainan tangannya yang jahil. Perlahan-lahan jemari Prabu masuk ke dalam dirinya, membuka tabir pertahanannya yang terakhir. Desahan lolos dari bibir Kamala, dan senyuman puas tercetak jelas di wajah Prabu.

Kecupan Prabu terus menurun sampai cekungan pundak perempuan itu. Dia berlama-lama bermain di sana, menemukan tempat terbaik untuk melihat keliaran jiwa Kamala dari kedua iris matanya yang berkelopak sayu. Lalu dia berbisik, "Kita bisa melakukan ini tanpa rasa cinta, Kamala. Saya tau kamu juga menginginkannya, semua ini bukan hanya sekedar alasan untuk mengusir saya. Lihat, betapa indahnya tubuhmu."

Tangan kiri Prabu menarik rambut Kamala hingga tubuh gadis itu melengkung seperti busur panah. Sedangkan permainan jemari Prabu kian cepat di dalamnya, memorak-porandakan harga diri Kamala. Hal seperti ini bukan sesuatu yang baru bagi mereka, tapi rasanya begitu luar biasa. Desahan yang kian sering lolos dari bibir Kamala membuat Prabu semakin bernafsu.

Beberapa kali Prabu memukul payudara Kamala sampai perempuan itu terpekik. Anehnya rasa sakit yang ditimbulkan justru menambah desir nikmat. Prabu mencubiti puncak payudaranya, memilin dan membelai lembut. Tangan Prabu seperti hapal betul bagaimana harus memperlakukan pusat kelemahan perempuan itu.

Dia membalikkan tubuh Kamala menjadi menghadap ke arahnya. Diangkatnya tubuh gadis itu hingga terduduk di meja rias. Tatapan Prabu tak pernah lepas dari wajah Kamala sampai dia berlutut seperti seorang pendosa yang siap untuk menjalankan hukuman.

Tubuh gadis itu gemetar hebat saat Prabu mengisap sesuatu miliknya yang sudah berdenyut tidak karuan. Kamala telah basah, dia begitu siap untuk menerima Prabu sepenuhnya.

Kedua tangan Kamala bertumpu pada pinggiran meja. Kamala ingin menarik diri, tapi kedua tangan Prabu menahan pinggulnya untuk bergerak menjauh. Kamala tidak bisa berpikir jernih lagi, dia terus menerus memanggil nama Prabu saat gelombang-gelombang itu mulai datang pada ritme yang cepat dan dalam.

"Bagaimana?" tanya Prabu yang sudah bersikap lebih santai seolah-olah yang dilakukannya tadi bukan apa-apa.

Di lain sisi, Kamala masih harus berusaha menyadarkan dirinya sendiri. Matanya masih berselimut kabut, napasnya masih berceceran bersama sisa kepuasan yang dia raih berkat Prabu. Kamala tau benar bahwa Prabu tengah mengujinya dan bukan justru sebaliknya.

"Ya, lumayan," jawab Kamala angkuh. Dia hendak mengambil kain untuk dipakainya menutupi badan, tapi kain jarik yang terjatuh di lantai itu justru di tendang menjauh oleh Prabu.

"Saya bisa seharian menatapmu telanjang tanpa menyentuhmu. Jadi jangan berpikir lagi untuk mengusir saya sesudah ini."

Kamala berbalik membelakangi Prabu. Ada egonya yang terluka, tapi dia menolak untuk menunjukkannya pada laki-laki itu. "Saya tau kamu jago soal begituan. Mungkin dalam semalam kamu bisa meniduri lebih dari sepuluh gadis."

Kamala (Sudah dinovelkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang