Part 3 - Birthday Girl

Start from the beginning
                                    

"Kau tidak punya... pacar"

"Kau benar-benar tidak tahu ya?"

"Ya,... habisnya kamu kan selalu sendiri"

"Hey bukan itu, tapi Mas Adam?"

"Memangnya dia pengusaha terkenal yang harus aku ketahui atau penyanyi dunia macam Justin Bieber yang berotot itu?"

"Hahaha, benar-benar lucu" kataku dan akhirnya tawaku pecah

"Maksudmu?"

"Mas Adam yang aku maksud adalah vocalis Maroon 5"

Dia diam, mecoba berfikir dan tidak lama tawanya pecah

"Hahahaha, pria berotot itu? Kenapa aku jadi lemot?"

"Hahahaha" akhirnya kami tertawa bersama dan melanjutkan nyanyian-nyanyian yang terputar diradio. Setelah satu jam kita sampai disebuat tempat yang..

"Ini dimana?" kataku membuka mata dan memandang sekeliling. Damai, pertama yang aku rasakan

"Ini namanya bukit Teletubies. Tahu kan kartun itu?" aku hanya mengangguk, masih terpesona dengan keindahan yang tercipta. Sungguh, ini melebihi indah.

Banyak buki-bukit yang tidak terlalu besar seperti yang kami tempati sekarang, banyak bunga berwarna-warni, banyak kupu berterbangan. Tidak ada suara mobil layaknya dijantung kota Mexico, tidak ada suara ribut orang-orang bernegosiasi. Hanya ada kesejukan, kedamaian, pohon-pohon mengelilingi,

"Amazing" kataku pelan, masih menikmati pemandangan ini

"Ituu, kota mana?"

"Itu kota kita"

"Kok kecil banget kaya di miniatur?"

"Bagaimana?" tanyanya, aku menoleh

"Apanya?"

"Tempatnya" dia bergumam "Kamu suka kan?" aku mengangguk,

"Aku baru tahu, ditengah kota yang sibuk seperti Mexico ini masih ada tempat seindah ini.." aku mulai mengedarkan pandangan lagi "Rasanya seperti disurga"

"Aku tau kamu akan suka disini" aku mengangguk, mengikutinya duduk dibawah pohon. Dia meletakan beberapa paper bag entah apa isinya aku tidak perduli, yang ingin aku nikmati adalah pemandangannya.

"Ehm" dia berdeham, aku menengok

"Kenapa?"

"Apa aku kurang menarik dari keindahan alam ini?"

"Maksudmu?" aku mengernyit

"Sedari sampai kau bahkan tidak memandang wajah tampanku yang bagai dewa yunani" katanya sebal, aku terkekeh

"Bukan gitu, aku baru pernah kesini soalnya"

"Yaudah ayo kita makan dulu, aku bawa beberapa makanan dari kafeku" katanya mengambil paper bag dan membuka isinya, sekotak pizza, makaroni bolognesse dan beberapa cemilan juga minuman

"Ngomong-ngomong, kau tahu dari siapa tempat ini?"

"Aku menemukannya ketika aku sedih, dan mengemudi entah dimana dan berakhir disini" dia bercerita dan aku hanya mengangguk dan ber 'oh' bukan maksud tidak menanggapi namun hanya tidak mau mengganggunya.

Setelah makan selesai, aku bangkit dan menghirup udara lagi

"Kalau mau teriak, teriak aja luapin perasaan kamu. Gak bakal ada yang denger kecuali aku" seakan tahu jika pikiranku memang sedang kalut, dia menyuruhku berteriak. Aku mengangguk, dan

"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA" aku meluapkan semua emosiku, benar-benar meluapkan. Tentang ibu, tentang kakak laki-lakiku dan semua kehidupanku yang monoton,

"Bundaaa..." aku berkata lirih, dan tidak terasa air mataku menetes. Dia menghapus air mataku, memelukku memberikan ketenangan sebisa mungkin. Aku melepaskan pelukannya tanpa canggung,

"Kamu tau apa yang bisa membuat aku senang?"

"Apa itu?"

"Ini.." dia menggelitiki pinggangku, tanpa persiapan aku menggelinjang dan terus tertawa

"Hahahaha.. st..opp...iit" dia tidak mendengar. Akhirnya aku injak kakinya dan berlari

"Gotcha! Hahaha" dia menringis, lalu mengejarku

"I will catch you!" dia menyusul, tiba-tiba aku tersandung akar pohon dan terjatuh. Aku akan mengerjainnya, pura-pura pingsan. YES!

"Wio, wio.." dia mencoba mengguncang tubuhku

"Hey, bangunn." dapat aku dengar nada khawatirnya

"Wio..."

Diam. Sepersekian detik aku dapat merasakan hembusan nafas menerpa wajahku. Oh My! Mau apa dia? Sebelum sesuatu terjadi, aku membuka mata

"Kyaaaaa. Renoooo"

"Gotchaaaa! Aku tahu kamu ngga pingsan, Wio" aku mendunduk malu

"Kau tidak bakat berbohong.." katanya, "Udah hampir petang, pulang yuk?" aku mengangguk, menerima uluran tangannya. Berjalan bergandeng tangan bareng hingga sampai dimobil Reno. Saking ngantuknya, aku langsung tertidur.

"Aku mau kamu jadi pacar aku, Wio?"

"Will you?"

Aku bingung, menatap bola mata birunya. Aku tersenyum dan mengangguk

"Iya aku mau.."

"Hey, Wio. Bangun. Kamu mau apa?" tiba-tiba ada yang menepuk pipiku. Seketika aku membuka mata, dan didepanku sudah ada Reno.

Satu kata,

MIMPI

"Eh, eh udah sampai ya?"

"Iya. Kamu mau apa kok tadi bilang 'Iya, aku mau' gitu?"

Pipiku pasti sudah seperti tomat busuk. MALU!

"Ti-tidak, aku hanya mengigau mungkin" jawabku, sebisa mungkin memasang wajah biasa saja "Yaudah, aku masuk dulu" lanjutku dan dia menganggukan kepalanya

"Hati-hati" aku berbalik. Dia berjalan menuju mobilnya

"Wio?"

"Ren?"

Kita memanggil bersama, kita terkekeh bareng

"Makasih ya, this is the best gift I've ever had in my birthday" kataku, menatapnya

"What?" dia melotot "Serius?" aku mengangguk

"Iya, makasih banget. Udah hampir petang, hati-hati yaa?"

Aku melenggang menuju rumahku dengan senyum yang mengembang.

I am Happy..



 TBC

GoodnightWhere stories live. Discover now