05. Happier : Kilas Balik

1K 180 8
                                    

"Siapa anak kecil yang ada di penthouse?"

Kedua tangannya reflek meremas kekosongan, Jessica menatap tidak percaya tentang pertanyaan yang diajukan oleh pria Ok. Mereka sering bertemu, dengan keras Jessica menolak, tetapi dia mengenal bagaimana sikap pria Ok apabila keinginannya tidak dilaksanakan.

"Aku melihatnya, kami juga sempat bertemu ketika dia menunggu taksi di depan gedung apartemen itu," jelasnya.

"Ada banyak anak kecil di gedung apartemen," kata Jessica berusaha setenang mungkin.

"Begitukah? Tetapi, aku melihat dia keluar dari penthouse milikmu, Jessica."

"Aku mengadopsi anak kecil dari panti, aku melihat ada potensi dalam dirinya sehingga ... aku membawanya ke penthouse serta mengurusnya."

Pria Ok mengangguk, tanpa curiga ia mengiyakan saja penjelasan itu. Toh, Jessica juga berbicara tanpa sebuah keraguan dalam dirinya. Jessica mengatakan hal sejujurnya tanpa memperlihatkan raut wajah berbohong.

"Kenapa kita tidak kembali saja, Jessica?" tanya Taecyeon.

"Apa?"

"Kita sudah beranjak dewasa, kesibukan pun tak akan terlalu. Jadi, bagaimana jika kita kembali?"

Jessica menaikan sebelah alisnya. "Maaf, aku tidak bisa melakukannya."

"Kenapa?"

"Aku hanya tidak ingin menerima janji-janji manismu, lalu terluka sendirian."

Tak mau mengulang hal yang sama, maka Jessica memutuskan untuk tidak kembali larut dalam bahagia percintaan. Dia sering mendengar dan merasakan kenikmatan berlebih ketika bersama pria Ok. Hanya saja, itu berlalu dalam waktu yang singkat, ia menemui penderitaan setelahnya.

"Minumlah," ujar Taecyeon sambil menuangkan cairan ke dalam gelas itu.

"Terima kasih."

"Sepertinya kau banyak terbebani, sehingga kini begitu mudah ketika diajak minum."

"Aku harus segera pulang, jadi mari selesaikan acara minum ini."

"Baiklah."

***

Dukh!

Sesuatu jatuh tepat di perut datarnya, Tiffany lagi-lagi terbangun karena ada hal yang membuatnya terusik. Sebuah kaki mungil mendarat sempurna di perutnya.

Plak!

Sebelah tangan menyusul dan mendarat sempurna di wajahnya. Ternyata, mimpi buruk lebih baik daripada tidur nyenyak ditemani bocah seperti Sinb. Tiffany tak sedikit pun berniat menjauhkan kaki dan tangan itu, dia hanya terdiam dengan kepasrahan dalam dirinya.

"Mommy, kenapa?"

Tiffany menoleh ketika mendengar suara serak yang khas dari Sinb.

"Sinb ingin memeluk Mommy di depan semua orang."

"Mom, Sinb ingin diantar dan dijemput oleh Mommy ke sekolah."

"Mom, di luar banyak penjahat."

"Mom, Sinb takut~"

Perlahan Tiffany beranjak duduk, ia melihat Sinb yang berkeringat hebat. Begitu ia meraba kening itu, ia dikejutkan oleh suhu tubuh Sinb yang tinggi.

"S-sinb yya," lirih Tiffany. "Tunggu sebentar, Auntie akan membawakan kompresan."

Sementara Tiffany kelabakan mencari kotak obat di sini, maka Jessica pulang ke asrama yang letaknya satu lantai di bawah penthouse miliknya. Dia masuk ke dalam asrama tanpa keraguan lagi, matanya memerah, sorotnya pun sayu.

HappierTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang