"Kau benar. Aku sibuk menceramahimu padahal aku pun sama." Senyum Alexa nampak kala matanya bertemu dengan hijau milik Ellgar. "Amber merindukanmu, El."

"Kau tidak mengajaknya kemari?"

"Nanti. Setelah pekerjaanku di luar Kota benar-benar beres, aku pasti akan membawanya untuk tinggal disini lagi. Katanya dia sudah tidak sabar bermain dengan Buddy."

"Panggilan itu masih terdengar menggelikan ditelingaku sampai saat ini."

"Tapi aku dan Amber menyukainya, El."

Tiba-tiba ponsel milik Alexa berbunyi. Perempuan itu bangkit untuk mengangkat telepon dari rekan bisnisnya. Saat itu pula Ellgar langsung melirik arloji di tangan kirinya. Jam delapan. Apakah Lady sudah sampai?

"El, aku harus pergi sekarang. Ada pekerjaan yang harus aku selesaikan." Alexa datang dengan bibir mengerucut. Dia merasa bersalah karena tidak bisa menghabiskan waktu lebih banyak bersama Ellgar. "Nanti siang aku ada janji lunch bersama Calvin. Kau ikut ya?"

"Kita lihat nanti ya. Sekretarisku belum memberikan jadwalku hari ini."

"Please. Seth sudah sibuk dengan mayat-mayat di rumah sakit. Kau jangan ikut-ikutan sok sibuk seperti dia. Ikut ya, El?"

Ellgar mengesah sambil menepuk-nepuk lembut kepala Alexa. Tidak tega jika harus menolak ajakannya. "Oke. Aku ikut. Kirim saja alamatnya."

"Nah, ini baru sahabatku! Thankyou, El." Pekik Alexa girang kemudian memberikan pelukan perpisahan cukup lama untuk Ellgar.

Ellgar mengantar Alexa sampai basement. Menunggu hingga mobil Alexa melesat pergi sebelum kembali ke lantai ruangannya. Dia menatap meja milik Lady yang masih kosong. Jam delapan lebih sepuluh menit. Apakah Lady benar-benar belum datang?

***

Pergi menemui Ayah di rumah sakit sebelum berangkat kerja membuat Lady tidak sempat sarapan. Dan dia tidak ingin ambil pusing lagi jika Ellgar mengomelinya karena datang tidak tepat waktu. Toh, lelaki itu juga sepertinya kedatangan tamu istimewa. Jadi pilihan untuk mengisi perut memang yang paling baik.

"Hai." Sherly yang membawa dua cup kopi yang masih mengepulkan asap menghampirinya yang sedang duduk sendiri. "Kau masih berada di kantin saat jam kerja sudah dimulai. Kau tidak takut dimarahi Pak El?"

"Aku harus makan agar bisa fokus berkerja. Kau sendiri sedang apa?"

"Membeli kopi untuk Rick. Dia itu tukang perintah tapi untung dia baik karena sering membantuku menyelesaikan laporan." Wajah malas Sherly seketika berubah saat dia mencondongkan tubuh lebih dekat pada Lady. "Apakah pagi ini kau sudah bertemu dengan Pak El?"

Sudah. Dia sedang cipika-cipiki bersama seorang perempuan di depan mata Lady. Shit!

"Belum. Kenapa?"

"Banyak karyawan sedang menggosipinya pagi ini. Katanya Pak El kedatangan tamu istimewa."

"Tamu istimewa? Siapa?"

"Bu Alexa Elishandria. Perancang busana terkenal yang memiliki cabang butik dimana-mana itu. Kau tidak tahu?"

Siapa dia? Secepat itu Lady menggelengkan kepala karena belakangan ini dia memang tidak peduli dengan perkembangan jaman.

"Menurut gosip yang beredar, dari semua perempuan yang dekat dengan Pak El, hanya Alexa satu-satunya perempuan yang dianggap istimewa oleh Pak El. Tapi katanya mereka tidak berkencan. Entahlah, aku tidak tahu hubungan apa yang terjalin antar sesama orang kaya. Intinya mereka sangat sempurna jika benar-benar menjadi sepasang kekasih. Walau aku naksir berat dengan Pak El tapi aku ikhlas jika jodoh Pak El adalah Bu Alexa. Aku cukup tahu diri, aku hanya upik abu jika disandingkan dengan Alexa Elishandria."

Shout Out To My ExWhere stories live. Discover now