Akhir dari sebuah penyiksaan

1.6K 122 4
                                    

Aku tak pernah meminta untuk hadir dalam keluarga ini
Hanya takdir yang membawaku bertemu dengan iblis berotak tapi tak punya hati seperti kalian

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~



"Lihatlah anak haram tak tau malu muncul disini"

"Semakin melihatnya semakin membuat aku muak"

"Kenapa dia tak mati aja sekalian ikut dengan ibunya itu"

Ahhh sial, pagi - pagi telinga Irena harus panas mendengar penghinaan itu. Rumah yang harusnya menjadi surga untuknya malah terasa neraka yang setiap hari diterimanya. Irena sangat membenci itu

"Ehhh anak haram, bawa koper gue"

Kinan melempar koper besar itu kearah badan Irena. Hal itu sontak membuatnya mengaduh kesakitan karna koper yang besar itu mengenai bagian tubuhnya dan mendarat tepat di jari - jari kakinya.

"Fuckkkk"

Irena hanya bisa mengumpat dalam hatinya. Batin dan fisiknya udah terasa begitu sakit bahkan tak terbendung lagi. Ia ingin menangis, lalu kesiapa ia harus menangis tak ada satupun yang selama ini mendengarkan keluh kesahnya. Termasuk ibu kandungnya sendiri yang meninggal karena sakit hingga akhirnya ia harus di titipkan dalam neraka panas ini.

"Woiii anak haram, kenapa lo diam aja disana cepat bawa koper gue. Jangan sampe ada barang yang rusak di dalamnya, kalo tidak lo mati di tangan gue"

Ancam Kinan pada Irena yang sedari tadi sudah menatapnya dengan perasaan penuh emosi tersebut.

"Eh eh eh anak haram satu ini sok berani ya" Nafas Irena seketika sesak ketika Mona menggenggam kuat lehernya. "Sok - sok an ya menatap anak saya dengan tatapan seperti itu. Ingat posisi mu di rumah ini hanya anak anjing yang harus patuh pada tuannya"

Sebuah tamparan kuat kini juga ikut melayang dari mariam hal itu sontak membuat sobekan di sudut bibir Irena "Kau jangan pernah merasa dianggap sebagai putri di rumah ini anak haram. Sampai kapanpun kau tak pernah aku anggap sebagai cucu dikeluarga ini"

Ibu kenapa kau tak buang aku di panti asuhan saja. Kenapa kau menyerahkan ku dalam neraka ini

Tangis yang tadi Irena tahan pecah begitu saja. Ia tak bisa berteriak namun matanya tak bisa menahan sesak yang sudah di tahannya itu

"Jangan merasa sok tersiksa ya lo disini. Lo bawa cepat koper gue"

Tak ada pilihan lain, dengan langkah terpincang Irena menarik koper berat itu menuju luar rumah tersebut.

Jika tak mengingat sebuah dosa besar yang mengintainya mungkin sudah sedari dulu Irena memilih mengakhiri hidup di dunia ini. Namun keinginannya selalu di tahannya karena ia tahu surga tak akan pernah menerimanya jika ia mengakhiri hidup dengan cara bunuh diri. Hidup di dunia saja ia sudah merasa di neraka, masa ia di akhirat dia juga harus bertemu dengan neraka.

●●●●

Sakit, Irena sangat tak bisa menahan rasa sakit di kakinya sekarang. Jari kakinya terasa remuk akibat terkena koper milik Kinan tadi. Tak ada pilihan lain selain tetap melangkah, bahkan orang - orang yang ada disekolahnya tak peduli sedikitpun dengan keadaannya.

"Segitu hinanya kah diriku ini sampai tak ada satupun orang di dunia ini yang mau membantu diriku" gumam Irena dalam rintihan

"Ehhh anak Haram, lo duduk di bangku belakang kami gak mau duduk sama anak haram seperti lo"

Selalu dapat di tebak ia akan disuruh duduk di posisi bagian belakang tempat barang - barang yang di bawa para rombongan study tour yang di lakukan sekolahnya hari ini.

Hanya diam, Irena berjalan menuju tempat duduk yang di berikan padanya itu. Sempit, pengap, dan terjepit itulah hal yang dirasakan Irena. Dirinya terjepit diantara koper - koper yang ada disana. Tak jarang ia harus menahan rintihan kesakitan begitu ada sebuah koper terjatuh mengenai tubuhnya.

Perjalanan menuju Bandung memang sangat jauh. Banyak peserta touring bahkan tertidur lelap menikmati sepoinya angin perjalanan.

Ckiiiittttt......

Orang - orang yang tadinya tertidur seketika terbangun karna goncangan hebat yang dirasakan. Bus yang mereka tumpangin oleng kekiri dan kekanan. Tampak dari arah depan sang sopir mencoba mengendalinya lajunya bus tersebut namun hasilnya nihil. Jalan yang menurun terjal dan licin menjadi faktor pendukung bus tersebut susah di berhentikan.

Tak luput barang - barang yang sedang mengapit Irena ikut berjatuhan menimpa tubuh kecilnya itu. Hingga akhirnya bus tak terkendalikan dan jatuh kedalam jurang sedalam 20 meter.

Dengan mata buram dan kepala sakit yang tak tertahankan lagi Irena tersadar perlahan melihat sekitarnya. Suara serine Ambulance menjadi penanda kalau dia sudah di bawa menuju rumah sakit.

Namun tubuhnya tak bisa menahannya lagi. Badannya seketika mati rasa dan tak bisa di gerakkan, kepalanya terasa sakit tak tertahankan, deru nafasnya bahkan sudah mencekal hingga akhirnya......

"Pasien sudah menghembuskan nafas terakhirnya pada pukul 12.30 WIB"

"Akhirnya, gue mati juga"

●●●●

Holaaa Part Awal Di Mulai
Dan Ceritapun di mulai
Boleh jujur mimin sedikit sedih sih kalo membayangkan ada di posisi Irena

Irena sangat kuat ya bisa bertahan selama ini
Apa nih pesan yang mau di berikan pada Irena?

KAYFANZA : Sang FiguranDonde viven las historias. Descúbrelo ahora