#UNDANGAN PESTA

274 58 2
                                    

  Malam kembali menutup langit dan mengukung bumi manusia, Zevky Marlon sibuk dengan buku di hadapannya. Ia sedang fokus belajar, sudah menghabiskan satu jam lebih anak itu disibukkan dengan buku tebal dengan kaca mata terulur di ujung hidung, suara ketukan pintu dan pop up dari handphonenya mengeluarkan suara secara bersamaan, diikuti tangan Zevky yang mulai menutup bukunya.

  Zevky menatap layar ponselnya dan membaca pesan singkat dari Zefarino, ketukan pintu kembali terdengar. Dia pun segera berdiri dan membuka pintu kamarnya, matanya menatap wajah Zefarino dan juga bibirnya yang mengapit sebilah rokok. Zevky keluar dari kamarnya, menutup pintu dan mendatangi Zefarino yang sekarang melangkah pelan ke kursi kayu di balkon ini.

"Ada apa?" Tanya Zevky sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jaketnya, Zevky menatap hidung mancung sempurna Zefarino-yang masih sibuk dengan asap rokok yang menari dengan angin.

"Nggak papa, cuman lu pamer handphone di kafe buat gua jadi kepikiran," jawab Zefarino santai, netranya berlabuh ke depan sana-entah taburan bintang malam ini atau kah lampu-lampu gedung di depannya yang menjadi cahaya mozaik dilihat dari balkon ini.

"Lu terlalu besar nyali pamerin barang yang lu punya ke semua orang di kafe tadi, itu artinya sekarang lu dikenal si cupu kaya yang berpura-pura miskin," tepat saat Zefarino memasukkan tangannya ke saku celana-mencari sesuatu, Zevky menatap Zefarino yang serius sekali.

"Lu jadi topik di sekolah." Zefarino memperlihatkan layar ponselnya tepat ke wajah Zevky, memberi tahunya kalau sekarang jadi topik paling hangat adalah teman rahasianya.

  Zevky diam saja sambil membaca artikel yang beredar, di sosial media sekolah, bahkan sudah menyebar hingga ke akun-akun gosip sosial media luar sekolah, perkembangan teknologi memang secepat itu dan nama Zevky melambung tinggi secepat media, tidak habis pikir dan tidak pernah disangka olehnya bahwa hal sepele memamerkan barang branded dengan edisi terbatas rupanya membawanya sejauh ini.

"Gua harus gimana?" Wajah Zevky tampak panik, ia mundur beberapa langkah dari Zefan dan mengacak rambutnya karena merasa takut, ini adalah kali pertama dalam hidup Zevky, apalagi semua yang ia sombong kan di kantin sebetulnya bukan apa-apa kalau bukan karena Zefarino. Di kepala Zevky sekarang, apa jadinya jika banyak orang ingin melihat harta benda branded yang limited lainnya? Zevky sempat membaca komentarnya.

  Zefarino tidak menjawab pertanyaan Zevky, cowok kuning langsat itu pergi meninggalkan Zevky sendirian di balkon namun beberapa menit kemudian, dia kembali sambil membawa beberapa barang dan juga seragam baru untuk Zevky, Zefarino memberikan seragam baru untuk Zevky sambil berucap, "seragam lu yang tadi ketumpahan buang aja."

  Zevky menatap seragam itu dan juga setelan pakaian yang lain di tangan kiri Zefan, masih terbungkus plastik juga. Zevky menerimanya tanpa banyak drama penolakan, sekarang ia tahu seperti apa tipikal teman barunya itu.

"Lu nggak perlu mikirin apa yang dikatakan orang lain, ikutin naluri lu aja. Selagi lu merasa lu pantas, dan hal kek gitu bikin lu puas, karena lu nggak ngerugi-in siapapun. Kenapa harus stop?" Zefarino berbicara banyak malam ini, dan Zevky diam mendengarkan sambil merenungkan ucapan Zefarino. Zevky akui, Zefarino memang ada benarnya tapi bukan kah itu jadi sedikit egois dan impulsif?

"Kali ini lu nggak usah keras kepala." Zefarino memberikan setelan di tangan kirinya pada Zevky, dan menatap wajah Zevky tampak lebih lama.

"Apaan?"

"Lu pake ini, gua punya rencana. Kebetulan anginnya juga dingin."

IT'S I AM HIGH SOCIETYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang