#BASTIAN ZEFARINO

463 76 3
                                    

  Tidak terasa waktu berlalu begitu cepat, malam hari yang dingin menyelimuti sekolah JIS, ralat tapi asrama putra tempat Zevky tidur. Jujur saja, Zevky tidak terbiasa dengan suhu ruangan yang terlalu dingin di bawah kuasa air conditioning. Zevky merasa pilek, lalu ia memilih keluar dari kamarnya, kebetulan berada di lantai dua—maka dirinya memilih santai di balkon kamar menikmati secangkir cokelat hangat yang sangat nikmat sekali untuk dirasakan lidah.

  Zevky menatap ke bawah sana, melihat punggung anak-anak kelas atas yang asik barbeque–an. Zevky mendengkus sebal, kacamatanya terulur di ujung hidung, membuat panggilan culun dan cupu sangat mendefinisikan dirinya. Zevky memasukkan tangan kanannya ke dalam saku celana joger, lalu mengeluarkan benda pipih persegi miliknya yang sudah rusak. Zevky menggaruk kepalanya yang terasa gatal, mengingat apa yang telah dilakukannya pada Yolanda siang tadi membuatnya merasa sangat bersalah, walaupun Yolanda tidak meminta ganti rugi.

Zevky mengembuskan nafasnya lagi, menekan tombol power dan memeriksa mungkin saja layarnya masih layak pakai. Wajahnya jadi masam melihat layar handphone itu ternyata sudah hitam dengan warna-warna pelangi yang telah memenuhi layar. Zevky harus ganti layar dan LCD agar handphonenya bisa kembali digunakan.

  Ia melamun lagi, matanya berlabuh menatap anak-anak seumurannya yang sangat menikmati hidup ini dengan kebahagian, barang mewah, kantong tebal, dan kualitas hidupnya yang diatas. Suara dari meja yang ada di sampingnya membuat Zevky memfokuskan atensinya pada benda di atasnya, rupanya Zefarino meletakan handphone miliknya cukup keras ke atas meja. Kedatangan cowok itu juga sukses membuatnya terkejut, di dalam hati ia sudah menduga kalau Zefarino pasti akan mengatainya seperti di sekolah tadi. Ini hari pertama Zevky di sekolah barunya, dan hal diluar keinginannya terjadi begitu saja.

"Lu bisa ambil HP gua," Zefarino ikut berdiri di pagar balkon, tepat terhalang meja di samping Zevky.

"Lagian, lu sering diketawain pake HP Android." Wajah Zefarino menatap datar ke bawah, matanya sedikitpun tidak melirik Zevky. Tiba-tiba juga Zefarino berkata demikian seakan dia sudah mengenal Zevky bertahun-tahun lamanya. Tentu saja hal itu membuat Zevky cukup terkejut sekaligus merasa tersinggung, Zevky menatap handphone mahal yang ada di atas meja, merek mahal itu seperti tidak berharga bagi Zefarino.

"Gua nggak malu, gua emang kayak gini, menjadi apa adanya. Dihina dan dipuji adalah hal biasa, nggak ada yang perlu gua tutupi." Zevky menjawab datar, otak pintarya itu berhasil membuat Zefarino diam dengan posisinya yang masih sama. Tiba-tiba terbesit di pikiran Zefarino bagaimana Zevky meludahi sepatu Kavindra, membanting handphone mahal milik Yolanda dan Zevky memungut barangnya yang rusak. Dering telepon dari samping kirinya membuat Zefarino menatap Zevky.

  Zevky segera mengeluarkan handphone itu dan memeriksa layar—bermaksud mengetahui sang penelepon namun ia sadar, kalau layar handphone–nya sudah rusak. Zefarino tersenyum miring, lalu melangkah santai dengan kaki panjangnya itu, ia berhenti di samping kanan Zevky—mereka hanya berjarak sesiku. Zefarino tanpa permisi mengambil alih handphone itu dari genggaman Zevky dan dengan entengnya Zefarino menjatuhkan benda berharga itu ke bawah, menjatuhkan benda pipih itu dari lantai dua asrama laki-laki Bu. Zevky terkejut, berniat menjangkau benda itu namun sudah terlanjur jatuh berserakan di bawah sana. Anak-anak yang asik barbeque, menatap ke atas sebentar lalu kembali sibuk dengan kegiatan mereka.

"Kalo lu nggak bisa cara halus, itulah jalan keluarnya biar lu terima hadiah perkenalan dari gua," Zefarino menghadap Zevky, tangannya terulur memberi salam.

"Kenalin, gua Bastian Zefarino, Zefan atau Rino. Terserah lu panggil apa." Setelah mendengar itu, Zevky menatap tangan Zefarino—juga jam tangan dari GUCCI  edisi tahun 2019 seri G-timeless automatic dan contemporary yang melingkar di pergelangan tangannya. Zevky cukup ragu membalas salam itu, namun akhirnya ia tak dapat menolak dan sungkan-sungkan menempelkan tangannya hanya sekedar membalas salam kenal dari Zefarino.

IT'S I AM HIGH SOCIETYWhere stories live. Discover now