#HIGH SOCIETY

534 80 1
                                    

  Zevky Marlon tertawa kecil nan singkat, ia berbalik badan dan melangkah kembali menuju bangkunya. Semua mata tertuju padanya, bahkan tak ada yang bersuara setelah perkataan Zevky yang tenang namun penuh penekanan.

"Dasar miskin, lu pikir sepatu semurah itu bisa injak mental Kavindra?" Kenzie bersuara, ia mengistirahatkan dirinya dengan kembali duduk. Perkataan Kenzie dibalas senyum angkuh dari Kavin, Zefarino terlihat tersenyum tak kalah angkuh diimbangi gelengan kepalanya.

"Kocak, gua buang aja dah sepatunya, najis banget kena ludah si cupu." Kavindra memperbaiki posisi duduknya, kakinya diturunkan dari atas paha, menatap sepatu mahal yang menurutnya tidak terlalu seberapa.

"Harusnya, yang ngomong gitu Kavin bukan cupu kayak lu. Zevky." Monica yang asik mematut dirinya yang cantik di depan cermin ikut bergabung, Monica mengoles lipstik merah pada bibirnya yang cukup tebal. Monica menutup cermin juga menaruh lipstiknya ke dalam tas make up, gadis SMA yang berpenampilan cantik namun tak sesuai umur, bagaimana bisa ia mengenakan pakaian ketat juga melukis wajahnya dengan alat kecantikan yang cukup tebal—ini bukanlah tempat yang sesuai untuknya.

  Zevky hanya mendengkus kasar, cowok itu fokus mengerjakan tugas yang diberikan Ibu Guru, bahkan telinganya seakan tuli dengan mudahnya mengabaikan penghinaan terhadap dirinya seorang. Seperti yang dikatakan di awal, Zevky bukanlah orang yang bertele-tele dan ambil pusing soal omong kosong belaka yang tidak berfungsi, Zevky kelas rendahan dari kawasan kumuh yang lebih berharga dibanding mulut lemas orang-orang itu.

Bel istirahat membuat semua orang keluar dari kelasnya. Namun sebelum siswa-siswi yang ada di kelasnya keluar, Zevky sudah lebih dulu mengambil langkah, mengayun kan kakinya di koridor ini layaknya super model dari brand terkenal, seperti itulah wajah Zevky—lepas saja kacamatanya dan lihat betapa tampannya dia. Tapi ini masih permulaan, biar kan mereka menghina Zevky, tunggu waktu untuk mengambil langkah menjatuhkan harga diri mereka, bukan soal harga sepatu, pulpen, dan style-nya, tapi seberapa besar cara untuk membuatnya jatuh.

🏷️🏷️🏷️

  Zevky duduk di bangku cafetaria, di atas meja yang ada di depannya itu sudah ada makan siang yang siap dinikmati. Tanpa berlama-lama, ia langsung saja menyantap makan siang—yang merupakan konsumsi sehat gratis karena semuanya sudah dibayar bersamaan biaya pendaftaran. Sambil menikmati makanannya, Zevky mulai memikirkan lingkungan toxic kelasnya itu. Tanpa sengaja, mata Zevky melihat setiap anak yang lewat untuk mengambil jatah makan siang mereka, bukan orangnya yang mencuri perhatian, tapi pakaian mereka yang bermerek. Gucci, Prada, Saint Laurent, Louis Vuitton, Dior dan brand ternama di dunia ini ada pada mereka, entah itu perhiasan ataupun pakaian mereka.

  Zevky kembali menatap makanannya, kali ini ia sadar. JIS adalah sekolah orang-orang berada. Tempat berkumpulnya anak-anak kelas atas mengambil pendidikan, yang dikatakan Kavin tidak salah, bahwa Zevky memang salah tempat. Sekarang Zevky tahu kenapa seisi kelas tertawa terbahak-bahak, ternyata kelas ekonomilah yang menjadi bahan pertimbangan, mengetahui Zevky berasal dari sekolah Negeri membuat mereka sadar bahwa Zevky adalah orang biasa yang ikut bergumul di tempat masyarakat kelas atas. Bukan hal lucu bagi Zevky, sebaliknya, mereka semua lah yang norak karena baru  kali pertama melihat anak dari kelas bawah. Itu lebih lawak.

  Kedatangan Kavindra membuat lamunan Zevky buyar, seketika ia menatap pada makanannya saja. Menghiraukan kehadiran Kavindra yang ternyata berhenti tepat di mejanya, mata Zevky menyusur setiap wajah orang-orang yang berada di belakang Kavindra, si Monica, Kenzie, dan Zefarino. Tanpa berkata apa-apa, Kavindra meludahi nasi yang dikonsumsi oleh Zevky. Semua mata yang ada di kantin sekolah menatap ke arahnya, mereka berbisik dan tertawa kecil melihat Zevky yang tidak bereaksi santai saat ludah itu mengkontaminasi makanannya.

IT'S I AM HIGH SOCIETYWhere stories live. Discover now