Berdamai

98 16 0
                                    

Jangn lupa votement
Baca juga cerita aku yg "Abimanyu"
Happy reading 😆




Semenjak kejadian seminggu lalu di pernikahan David, hati Ara mulai melunak mendengar penuturan sahabat sahabat Adam. Ia sedikit berpikir, kalau Adam tak serius suka dengannya mana mungkin Adam sampai sekalut itu? Ia jadi mengingat bagaimana sikap Adam selama ini, ia selalu memperlakukannya sangat baik. Selalu mengutamakan dirinya di bandingkan diri Adam sendiri.

“kak. Nglamunin apa deh?” kata Radhit menatap sang kakak aneh. Tidak biasanya Ara melamun seperti ini, kecuali Ara sedang ada masalah.

“kakak mau minta pendapat kamu. Kalo semisal kakak terima kak Adam lagi gimana?” celetuk Ara yang membuat Radhit semakin bingung.

Radhit menghela nafas, mengalihkan pandangan kearah lain. Seolah olah, ia sedang memikirkan jawaban apa yang cocok untuk sang kakak.

“kalo missal hati kak Ara masih ada dia, terus menurut kak Ara dia udah bener bener bener berubah dan cinta sama kakak, aku ngga ada masalah. Yang jadi masalah, aku takut kalo dia nyakitin kak Ara kaya dulu lagi.”

“tapi selama ini kamu liat kan perubahan kak Adam? Ditambah ucapan teman teman kak Adam yang bilang kalo kak Adam kalut pas kakak tinggal. Emang sejahat itu ya kakak, sampe buat kak Adam kalut dan terpuruk”

Radhit mendengus kesal. “bukan jahat, tapi ngasih pelajaran”
.
.
.
.

Adrian Corp, 10.45 WIB

Ara masih berkutat dengan surat surat yang baru saja datang. Ia harus mencatat surat surat tersebut di agenda surat sebelum menyerahkan ke atasannya. Memang hari ini pekerjaannya cukup banyak, mendampingi Adam meeting sampai 2x, mengerjakan tugas surat menyuratnya, mengatur jadwal pertemuan dengan client yang sudah mengantri jadwal untuk meeting. Kepala nya serasa mau pecah. Mengatur jadwal tak semudah yang ia bayangkan. Jika ingin memilih hari besok misalnya, sang client yang tidak bisa karena ada kepentingan. Jika sudah cocok harinya, jamnya yang susah.

“tau gini mending ngurusin laporan keuangan deh” gumam nya sambil mencari hari untuk meeting.

Ehemmm

“pak. Ada yang bisa saya bantu?” tanya Ara saat menyadari Adam telah berdiri di ambang pintu.

“nanti makan siang, saya mau di ayam geprek endes” katanya sambil memasukkan tangan ke saku celananya.
Ara mengernyitkan kening sejenak.

bukannya itu ayam geprek kesukaanku ya? Yang baru buka cabang di Bandung seminggu lalu. Atau jangan jangan..'
lamunan Ara buyar ketika mendengar interupsi lagi dari Adam.

“nanti kamu sekalian aja. Dari pada bingung cari makan siang”

“ah baik pak.

Setelah mengucapkan kalimat tersebut Adam berlalu menuju ruangannya lagi. Ara? Tentu saja ia melanjutkan pekerjaannya yang masih menggunung itu. Rasanya ia tak sabar untuk jam makan siang. Ingin memakan ayam geprek favoritnya ketika di Jakarta yang baru buka di Bandung. Ia rindu dengan ayam geprek tersebut.
.
.
.
Ayam Geprek Endes, 12.15 WIB

Suasana ramai memenuhi rumah makan ayam geprek endes. Maklum jam makan siang, selain letaknya yang strategis di pinggir jalan raya, harga yang ramah di kantong tentu saja karena jam makan siang. Makanya bisa sampai seramai ini. Ara dan Adam memutuskan untuk memesan terlebih dahulu dan berjalan untuk mencari tempat duduk, tepat di ujung dekat jendela.

Kali Kedua (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang