Kebenaran

100 16 0
                                    

Jangan lupa votement
Happy reading ❤

Selama perjalanan radhit hanya diam membisu, ia tidak mempedulikan ara dan reza yang terus menangis.  Sesekali melirik ke arah ara yang tengah menenangkan reza, sebenarnya ia kasihan melihat reza yang terus menangis tanpa henti. Ingin menanyakan dengan ara, namun ia masih marah terhadap ara.

“duh reza.. kenapa kok nangis terus sih sayang hmm? Udah dikasih susu mainan tapi ngga mau diem juga, reza kenapa?” tanya ara yang mencoba berbicara ke reza, seolah olah reza mengerti dengan pembicaraan ara. lama2 kelamaan ara merasakan tubuh reza panas,dan benar saja setelah ara menempelkan punggung tangannya ke kening reza.

“pak, kita ke rumah sakit terdekat ya” ucap ara kepada supir taxi.

“baik mbak”

“kak reza kenapa ?” tanya radht ikut panik.

“ badan reza panas dhit. Makanya dari tadi nangis terus.”

“astaga, duh reza maafin uncle ya.malah tadi aku ajak naik ojol kesininya.”

Setelah sampai dirumah sakit, reza segera di periksa oleh dokter anak. Dan syukurlah reza hanya demam biasa , beberapa hari reza akan sembuh jika rutin minum obat.

“ dhit, maafin kakak ya. kakak ngga cerita sama kamu, kalo kakak kerja di perusahaan kak adam. Kakak juga baru aja tau beberapa hari lalu kok.” Ucap ara yang tengah menidurkan reza di kamarnya, setelah meminum obat reza tertidur karena  memeang ada efek sampingnya.

“maafin aku juga kak, yang tiba2 datang ke kantor, trs bikin keributan disana. Tp aku saranin kak ara resign aja deh. Aku ngga mau ya, kalo dia nyakitin kakak lagi.” Ucap radhit yang menyebut adam dengan sebutan dia.

“tapi dhit.. itu.. kakak ngga bisa kalo resign, kakak udah tanda tangan kontrak sama perusahaannya. Dan kalo pun kakak tetep resign, kakak bakal kena sanksi dhit. Dan setau kakak sanksinya itu berat.” Jelas ara dengan wajah sedihnya, sedangkan radhit hanya menghembuskan nafasnya.
.
.
.
.
.

Sudah beberapa hari ara ijin tidak masuk,karena harus merawat reza. Ia tidak bisa meninggalkan reza dalam keadaan seperti ini. Ia tidak tega jika meniggalkan reza yang masih terlihat pucat, untuk makan pun reza hanya makan sedikit, beda dari hari biasanya. Ia akan makan dengan lahap dan banyak.

Tok tok tok

Ara berjalanan menuju pintu rumah untuk membukakanya. Masih dengan Reza dalam gendongannya yang sedikit rewel.

“ pak Adam?”

“gimana keadaan, Reza Ra?” Tanya Adam to the point. Ia terlihat cukup khawatir dengan Reza yang berwajah pucat.

“demam nya masih belum turun pak, tapi sudah di beri obat. Pak Adam ada perlu apa kesini?” ucap Ara bingung, ia tak perlu menanyakan perihal dari mana Adam mengetahui alamatnya, sudah pasti di lamaran pekerjaannya.

“Cuma pengen lihat Reza aja. Soalnya kamu udah beberapa hari ngga masuk. Ini aku bawain buah buat anak kamu” ucap Adam sambil mengulurkan bingkisan berbagai macam buah.

Ara menerima nya sambil mengernyit bingung. ‘anak? siapa? Reza?’ batin Ara.

“assalamualaikum. Ara.” Sapa Seorang wanita yang dating langsung mengambil Reza dari gendongan Ara.

“ Reza udah beberapa hari demam mbak. Padahal udah di kasih obat, udah periksa juga”

“ rewel terus ngga Cla?” Tanya seorang laki laki yang bersama wanita tersebut.

Kali Kedua (Completed)Where stories live. Discover now