Velin bercerita bahwa dia sering melihat sosok yang ia dan Hani temui waktu itu setiap malam. Namun anehnya hanya Velin, dia dan Hani hanya bertemu satu kali setelah itu mereka tidak bertemu dengan mereka lagi.

Rasya membuka catatannya, dia menuliskan 3 opsi.

Pertama, Anak dibawah umur yang meninggal selalu dengan keadaan mengenaskan, banyak diantara mereka yang mencoba mencari harta karun di belakang kuil sama seperti di buku dongeng yang pernah Velin katakan.

Kedua, ada banyak gadis remaja yang meninggal dengan cara bunuh diri. Entah mengantung diri, menenggelamkan dirinya ke kolam, ataupun meminum obat sampai over dosis.

Dan yang ketiga, para laki-laki disini yang sangat sedikit. Hanya ada beberapa laki-laki di panti, bahkan di kelas yang Rasya ajar hanya ada 3 laki-laki sedangkan perempuan berjumlah 10.

Kemarin saat kematian terakhir seorang gadis panti yang meninggal karena menegak racun tikus ada remaja perempuan lainnya yang masuk kedalam panti. Aneh, memang sangat aneh.

Rasya kembali membuka buku catatannya, jika semua ini sudah direncanakan siapa kira-kira yang patut ia curigai? Ada beberapa orang yang ia curigai selama ini. Yaitu, ibu Velin, kakak Velin, kakaknya dan Ganzelo si bapak pengasuh.

"Gue curiga tapi belum bisa gue simpulin, gue juga harus nyari tau kenapa ada kondom di laboratorium" ucap Rasya.

Rasya lalu menatap kata yang ia lingkari, kuil, laboratorium dan ruangan Ganzelo. Rasya harus membuktikannya satu persatu, tentang kecurigaannya. Dan ruangan Ganzelo akan menjadi opsi terakhir yang akan dia buktikan. Karena masuk kedalam sana tanpa urusan itu mustahil, mereka sangat menghormati Ganzelo selama ini sebagai bapak pengasuh.

*Ceklek*

"Kakek manggil Velin?" Tanya Velin setelah masukan kepalanya kedalam ruangan Ganzelo.

"Iya, sini kakek mau ngasih sesuatu" ucap Ganzelo.

Velin menelan ludahnya sendiri kemudian dia berjalan masuk dan menutup pintu.

"Sini"

Ganzelo menepuk pahanya sendiri, Velin mengerjapkan kedua matanya lalu mendekat. Dia harus duduk di pangkuan pria itu? Yang benar saja. Tapi dia ini cucunya jadi ayolah berpikir positif.

Ganzelo dengan sabar menunggu Velin yang masih berjalan kearahnya. Kemudian dia tersenyum saat Velin sudah duduk di pangkuannya. Ganzelo menarik laci dan mengeluarkan satu kotak.

"Itu apa?" Tanya Velin sembari menunjuk kotaknya.

Ganzelo membuka kotak tersebut dan terlihat ada banyak coklat di sana. Seketika mata Velin berbinar, dia sangat menyukai coklat! Kakeknya ini perhatian juga.

"Itu buat Velin? Coklatnya buat Velin?" Tanya Velin dan Ganzelo mengangguk.

"Wah...makasih kakek! Velin makan ya satu" ucap Velin lalu mengambil satu coklat dan memakannya.

Rasanya sangat enak, Velin tersenyum dengan wajah puas merasakan sensasi coklat yang meleleh di mulutnya. Ganzelo yang melihat ekspresi Velin terkekeh pelan.

"Kamu udah besar, masih suka sama coklat ya"

Velin mengangguk dan kembali memakan coklatnya, tumben sekali kakeknya ini baik padanya. Tatapan Velin menelusuri ruangan dan ia terdiam melihat foto keluarga yang ada di atas meja tepat di depannya.

"Itu kamu pas masih kecil" ucap Ganzelo yang menunjuk Velin di pangkuannya.

"Wahh kakek ga berubah masih ganteng hehe" ucap Velin yang melihat tidak ada perbedaan diantara foto jadul itu dan wajah Ganzelo sekarang. Hanya rambutnya saja yang memutih.

Ganzelo tersenyum dia mengusap surai Velin dan menyeringai. Dia melihat Velin mengambil buku tentang iblis kemarin. Apa Velin mulai penasaran dengan makhluk itu?

"Kamu kemarin ambil buku tentang iblis, kamu penasaran?" Tanya Ganzelo pada Velin.

Velin terdiam sejenak sebelum dia mengangguk, melihat anggukan Velin Ganzelo menarik lagi lacinya dan mengeluarkan sebuah buku.

"Mau kakek ceritakan tentang mereka?" Tanya Ganzelo pada Velin.

Tentu saja Velin mengangguk dengan cepat, dia menatap buku di depan dengan mulut yang penuh dengan coklat. Dan Ganzelo mulai membuka lembaran pertama buku tebal di depan.

"Kita hidup berdampingan dengan mereka, namun Tuhan membedakan alam antara kita dan para iblis" ucap Ganzelo.

Velin melihat ada gambar sesosok makhluk yang Velin yakini adalah salah satu perwujudan iblis di depan.

"Iblis datang dan merayu manusia, menjanjikan kesenangan duniawi dengan imbalan yang besar"

"Imbalannya apa?" Tanya Velin.

"Jiwa, iblis suka sekali dengan jiwa" jawab Ganzelo.

*Klontang*

Salah satu patung di depan terjatuh dengan sendirinya, Velin lalu menatap ruangan dengan wajah ketakutan.

"Gausah takut" ucap Ganzelo yang kini tersenyum dan mengusap kepala Velin.

"Jika ada manusia yang melakukan perjanjian dengan iblis maka keturunannya akan menyembah iblis itu dan salah satu dari mereka akan meneruskan sebagai inang atau bawahan untuknya" lanjut Ganzelo dan membalik lembar selanjutnya.

"Berarti engga bisa lepas ya?" Tanya Velin pada Ganzelo.

"Bisa, orang yang melakukan perjanjian tentunya tau bagaimana cara menghentikan perjanjiannya" jawab Ganzelo.

Saat Ganzelo kembali membalik kertas di buku itu Velin terkejut bukan main melihat gambaran sosok salah satu iblis yang ia yakini adalah sosok yang pernah ia temui.

"Dan ini salah satu iblis terkuat, Azazel" bisik Ganzelo pada Velin.

TRIO KWEK-KWEKK {🦆³}Where stories live. Discover now