Tak sengaja

1.9K 266 27
                                    

Jam menunjukkan pukul 6 lewat, Suhyeok berjalan dengan lelah ke tepi lapangan, keringat mengucur di sekitar wajahnya, pemuda bermarga Han itu mengusap keringat lalu meneguk air dari botol. Netranya tak sengaja melihat melirik Woojin dan Gyeongsu yang sedang berdebat, seperti kucing dan anjing.

Suhyeok meremas botol kosong di tangannya, kemudian melemparkannya hingga mengenai Woojin dan Gyeongsu.

"Ribut terus awas cinlok," tegur Suhyeok sebari tertawa, Gyeongsu bergidik lalu mendorong Woojin menjauh darinya.

"Shibal, gue masih lurus mon maaf," jawab Gyeongsu, bertepatan dengan datangnya Jaehwi dan kawan-kawan bersama Gwinam yang baru datang.

"Sorry gua telat," ucap Gwinam.

"Telatnya gak kira-kira, udah selesai baru nyampe. Pegel nih badan gua, tanggung jawab lu," gerutu Gyeongsu yang tadi menggantikan Gwinam bermain karna pemuda itu tak datang.

"Yaudah ayo makan, Gwinam yang teraktir," sahut Hyeon-ju dengan gembira, Gyeongsu yang mendengar kata makan langsung semangat.

"Kok gue?!" Gwinam melotot tak terima, Suhyeok merangkul bahu pemuda itu.

"Anggap aja ucapan permintaan maaf lu yang telat." Suhyeok tertawa sebari menepuk-nepuk bahu Gwinam yang pasrah lalu berjalan mengikuti teman-teman menuju tempat makan terdekat.

'bangkrutlah gue,' batin Gwinam lemas.

:::

Suhyeok membuka pintu apartemen dan langsung disambut teriakan murka sang Ayah dan suara barang dilempar dari dapur. Pemuda itu hendak melangkahkan kakinya masuk, namun tangannya ditahan oleh Woojin.

"Kalo lu masuk terus ngelawan ntar makin nambah masalah Hyeok." Woojin memperingati teman sedari kecilnya itu. Namun Suhyeok tidak memperdulikan peringatan dari temannya itu, segera menepis tangan Woojin dan berlari ke dapur.

Di sana, Ibu Suhyeok duduk di lantai dengan baju yang terkoyak, Ayah Suhyeok berdiri memaki-maki istrinya sebari membanting peralatan masak ke lantai hingga pecahan piring mengenai kaki Ibu Suhyeok.

Emosi Suhyeok tidak dapat ditahan lagi, pemuda bermarga Han itu menghampiri sang ayah dan menarik bahu belakang pria paruh baya yang tak lain adalah Ayahnya sendiri lalu memberi bogeman mentah tepat di wajah sang Ayah hingga pria paruh baya itu jatuh tersungkur.

Suhyeok hampir akan memberikan bogeman lagi pada sang Ayah jika Ibunya tidak memeluknya sebari memohon untuk tidak menghajar Ayah kandungnya sendiri.

"Hentikan! Jangan lakukan itu Suhyeok, dia ayahmu," kata Ibu Suhyeok lirih, Suhyeok menggelengkan kepalanya menatap pria tua yang kini bangkit dibantu Woojin.

"Dia bukan Ayahku!" geram Suhyeok, Ayah Suhyeok kini berdiri menatap anaknya dengan pandangan remeh dan tajam.

"Yak, Aku ini Ayah kandungmu, beraninya Kau memukul Ayahmu sendiri. Dasar anak tidak tahu diri!" murka Ayah Suhyeok, Suhyeok mendecih sinis.

"Pria sepertimu tidak pantas dipanggil Ayah, sialan!" hardik Suhyeok, pemuda itu tak peduli jika disebut anak durhaka. Orang-orang tidak tahu apa yang dirinya, adiknya dengan ibunya alami dan rasakan.

"Wanita seperti Ibumu juga tidak pantas dipanggil ibu, dia itu jalang sialan," umpat Ayah Suhyeok kesal, Emosi Suhyeok memuncak, pemuda itu mendorong tubuh ibunya hingga pelukan ibunya terlepas, setelah itu Suhyeok langsung menarik kerah baju Ayahnya dan memberikan bogeman mentah pada sang Ayah.

"WOOJIN PISAHKAN MEREKA!" woojin berusaha memisahkan keduanya, namun malah di dorong hingga terjatuh oleh Suhyeok. Untungnya Ayah Woojin dan tetangga lain yang mendengar teriakan Ibu Suhyeok segera datang dan membantu memisahkan Ayah dan anak itu.

Setelah dipisahkan Ayah Suhyeok langsung pergi dari rumah itu sedangkan Suhyeok hanya berdiri dengan tangan mengepal menahan emosi.

"Suhyeok, jangan benci Ayahmu," lirih Ibu Suhyeok sembari berusaha memegang tangan sang anak sulung, namun ditepis kasar oleh Suhyeok yang memalingkan wajahnya.

"Satu-satunya yang kubenci adalah rasa sayangmu padanya yang membuatmu tak bisa menceraikan pria tempramen itu," ucap Suhyeok datar kemudian mengambil tas sekolahnya, mengeluarkan kantung berisi bunggeopang kemudian menyerahkan kantung itu pada Sang ibu.

"Ibu dan Jinsoo sangat suka kue ikan itu."

Setelah berkata seperti itu Suhyeok melepaskan tasnya hingga terjatuh ke lantai dan berjalan keluar dari apartemen itu, Woojin ingin mengejarnya, namun ditahan oleh Ibu Suhyeok.

"Suhyeok, butuh waktu sendiri untuk meredam emosinya."

:::


Berjalan-jalan tanpa tujuan, itulah yang dilakukan pemuda bermarga Han ini. Emosi pemuda itu sudah stabil, namun entah kenapa kakinya tidak berjalan menuju jalan pulang. Netra pemuda itu terpaku pada pemuda lain yang sedang kerepotan membawa tiga kantung plastik besar, satu di tangan kiri, satu di tangan kanan dan satu lagi dipeluk.

"Ketua kelas?" gumam Suhyeok sebelum akhirnya berjalan menghampiri pemuda yang tak lain adalah Cheongsan itu.

Cheongsan yang sedang kerepotan karna membawa tiga kantung plastik besar tiba-tiba merasa sebuah tangan merebut dua kantung plastik yang berada di kedua tangannya, pemuda bermarga Yoo itu berbalik menatap Suhyeok yang hanya menatapnya datar.

"Huhh? Kembalikan kantungnya Suhyeok," pinta Cheongsan, Suhyeok menggelengkan kepalanya tidak mau.

"Biar gua yang bawain, tenang aja gak bakal gua bawa kabur," kata Suhyeok menjinjing dua kantung itu satu tangan sedangkan tangan yang lain menggenggam tangan Cheongsan dan menarik si ketua kelas berjalan.

"Yaudah bawa sekalian," Cheongsan menyerahkan satu kantung lagi ke Suhyeok setelah sebelumnya mengambil eskrim dari kantung itu, si cogan tukang bolos memutar bola matanya sedikit jengah namun tetap membawa tiga kantung belanjaan Cheongsan.

Cheongsan tersenyum bahagia sambil membuka bungkus eskrimnya, lalu memakan es itu dengan girang. 'Terlalu cute, oppa gak kuat dek' Suhyeok membatin.

"Suhyeok, Ayoo~ cepat!" Cheongsan menghampiri Suhyeok yang berjalan sedikit lamban kemudian menggenggam tangan Suhyeok dan berjalan berdampingan.






Tbc!

Haloo esta update~

Nanti ku bikinin flashback tentang kehidupan Han Suhyeok. Aku gak suka konflik berat tapi yang kepikiran konflik agak berat terus hehe.

enemy of love - Hyeoksan [ End ]Where stories live. Discover now