10.

1.8K 178 1
                                    

Sorry, udah lama ga up.
Soalnya ga disemangatin ama ayang.

Eh baru inget ga punya ayang.

Kirana memperhatikan bajunya dari atas sampai bawah yang terlihat keren dimatanya. Rencananya pagi ini Kirana akan pergi kesekolah karena sudah lama izin tidak masuk.

"Pingin pake Gincu, tapi nanti dimarahin sama Bulol!" Dengus Kirana kesal saat kemarin Kaindra bercerita panjang lebar bahwa ia sering mengerjai gurunya yang bernama Bu Lolita.

Memang Bu Lolita sangat galak kepada anak didiknya, ia akan berubah menjadi galak jika teman teman Leana berbuat nakal. Tapi bulol akan menjadi lembut jika ada maunya. Biasanya yang sering terkena amukan badai Bu Lolita adalah anak laki laki.

Karena biasanya anak perempuan lumayan bisa diatur. Mereka kadang suka Julid kepada guru atau murid murid kelas lain, mereka juga keras kepala karena didikan orang tua masing masing. Tapi mereka juga suka jujur, jujurnya kelewatan pula.

"Buku udah, bolpen udah, kacamata biar keren udah kubawa. Apalaginya yang harus aku bawa ya kesekolah?" Kiranaa berpikir bagaimana jika ia membawa gincu merah untuk hadiah Bu Lolita yang memang suka memakai lipstik merah menyala.

"Jangan lupa bawa badan." Kaindra sedaritadi memperhatikan Kirana dari pintu kamar. Ia sempat heran, biasanya Kirana dulu suka sekali memakai baju urak urakan khas preman.

Kaindra tidak tahu saja bahwa tubuh istrinya sudah dimasuki oleh jiwa lain yaitu Jiwa Leana si cucu dari kepala desa, keponakan dari juragan sawah dan anak dari pelayan terkenal. Jangan lupakan ibunya yang dulunya adalah kembang desa terkenal. Leana juga memiliki saudara sepupu, ia adalah Juragan sapi.

"Turunlah untuk sarapan, Kirana. Ingat, jangan terus menerus berkaca, berkaca tidak akan membuatmu kenyang."

Leana hanya mengerjapkan matanya polos lalu mengikuti Kaindra untuk turun kebawah. Ada dua anak kecil yang sedang memakan buah apel. Anehnya bukan daging buah itu yang mereka makan, malahan kulit apelnya yang mereka makan.

Seperti biasa mereka makan dengan tenang.

"Mas, akhir tahun kemusim dingin diluar negeri yuk! Udah lama aku ga kenegara yang ada musim saljunya." Pinta Kirana dengan wajah memelasnya. Saat dulu menjadi Leana, Leana kecil sering mengharapkan Indonesia turun salju dengan lebat.

Kalau hujan duit, tambah seneng.

Kaindra yang mendengar perkataan sang istri hanya bisa menatap Kirana dengan tatapan selidik. "Halah mau gaya salju saljuan. Keujunan dikit aja kamu langsung nyari minyak kayu putih!"

•••

"Udan, coba ceritakan sejarah tentang presiden soekarno!" Perintah Bulol, Bu lolita. Tadinya Kirana sedang bermalas malasan dikelas tapi tiba tiba saja bu Lotita datang dengan membawa penggaris kayu milik pak Marijon.

Bapak ijon si guru Matematika, plus suami Bulol.

"Gak ah bu." Tolak Udan. Sebenarnya, namanya bukan udan yang bisa diartikan hujan. Tapi nama aslinya adalah Danu Saputra Anggara bukan Udan, biasalah Bulol ngajak gelud.

Dan-U dibalik jadi U-dan.

Bulol biasanya sembunyi diketiak suaminya, Pak Marijon.

Perkataan itu membuat teman sekelasnya menatap dirinya bingung, karena biasanya Udan ini siswa paling aktif jika ditanya oleh guru guru lain, makannya dia mempunyai julukan yaitu :

Siswa kesayangan guru.

"Kata ibu saya, ga baik ngomongin orang yang sudah meninggal." Jawab Udan yang membuat mereka kaget akan jawabanya yang aneh itu membuat bu Lolita bersungut sungut marah.

Saat Bu Lolita ingin memarahi Udan, bel istirahat berbunyi. Dengan cepat Kirana merapikan bukunya lalu berjalan keluar kelas saat dia melihat Bu lolita keluar kelas beberengan siswi lain.

Dipertangahan Jalan, Leana bertemu dengan Aerila dan Aerisa. Mereka anak kembar beda watak, beda jurusan dan beda agama. Sejak bayi Aerila dirawat oleh Ayahnya yang beragama Kristen, ia dulu tinggal di Amerika. Sedangkan Aerisa ikut dengan ibunya yang beragama Islam, dan tinggal di Indonesia.

Mereka dipertemukan karena pendidikan.

"Lo tau ga Kir, gue baru aja ketemu sama mas Crush. Astaga dia makin ganteng aja." Aerila bergelayut manja dilengan Kirana. Aerisa yang melihat kelakuan Adiknya hanya bisa bersabar.

"Siapa? Gavin?" Ucap Kirana dengan berjalan kearah kantin.

"Iyadong, emangnya siapa lagi?" Tanya Aerila dengan melirik kearah ujung lorong yang memperlihatkan Gavin yang sedang bernyanyi bersama teman temanya menggunakan gitar.

Karena meja kantin penuh terpaksa Aerisa menurut kemauan Kirana dan adiknya yang ingin duduk semeja dengan Gilang, Pemuda tampan yang terobsesi kepada Aerisa.

"Hai," Sapa Gilang dengan tersenyum kearah Aerisa.

Aerisa membalas senyum Gilang, "Juga." Balasnya.

"Mau tanya dong, tipe cowok kamu yang kayak gimana si?" Tanya Gilang penasaran dengan mengelus rambut belakangnya,

Canggung sekali pikir Gilang.

"Yang putih Kek Jeno. Yang lucu kek Jisung." Jawab Aerisa cepat.

"Kalo kamu cari yang ganteng, tinggi, putih, mancung kayak artis korea aku siap untuk mundur! Tapi kalo kamu cari yang tinggi, gede, kekar, pekerja keras hubungi 0898643**210." Sahut Gilang sembari memakan mie pangsitnya santai, lalu ia mengeluarkan secuil kertas dari saku bajunya.

"Itu nomor siapa?" Tanya Aerisa bingung kepada Gilang seraya membolak balikan kertas itu, tertulis deretan angka yang dikalikan dan dibagi membuat otak pusing.

Gilang yang mendengar pertanyaan Aerisa hanya tersenyum lalu mengelap mulutnya menggunakan tisu sembari berkata, "Kuli bangunan." Jawabnya santai lalu pergi dari meja itu.

"Kamu memang perhatian, bahkan kamu tau kalau aku lagi butuh nomer kuli. Soalnya Rumah mama mau direnovasi!"

"Salam buat camer!"

•••

Figuran muncul.

•••

Sô MôtherWhere stories live. Discover now