3.

11.1K 926 25
                                    

Apa bener jika pop mie jika diseduh
menggunakan air dingin menjadi pop ice?

Lea mengerjapkan matanya berkali kali seraya menggeliatkan badannya seperti ulat bulu karena merasa sangat pegal dibagian tertentu. Menggeliatkan badan adalah suatu kebiasaan yang selalu dilakukan Leana sehabis bangun tidur.

"Ini dimana?" Tanya Lea polos seraya menoleh kearah kanan dan kearah kiri bergantian. Leana berjalan kearah gorden untuk membuka tirai gorden itu. Setelah dibuka, Lea melihat banyak anak kecil yang sedang berlari lari dihalaman samping.

Bocah laki laki yang sedang duduk sendirian dibangku taman itu menoleh kearah jendela yang dibuka Leana barusan, ia terkejut bahkan permen yang ada ditangannya terjatuh ketanah. Bocah goodloking itu berumur dua tahun, ia bernama Khavindra Maheswara Adhinata.

Kakaknya yang melihat permen adiknya jatuh pun segara mengambilnya kembali lalu dicuci diwastafel seraya melirik Jendela kamar ibu sambungnya yang sangat kejam tapi baik menurutnya itu. "Ini, belum ada lima menit dek." Ucap Khevandra dengan menyerahkan permen yang sudah dicuci itu.

Khevandra Rakenzie Adhinata, ia anak pertama dan berumur empat tahun. Ia bocah goodloking dengan manik abu abu gelapnya, jangan lupakan surainya yang pirang seperti rapunzel.

Sedangkan adiknya bernama Khavindra Maheswara Adhinata, bocah berumur dua tahun. Khavin ini sangat gendut karena apapun makananya, akan senang hati ia buang keperut. Tapi Khavin ini menolak jika dipanggil dengan sebutan gendut.

Lea yang melihat itu terkekeh lalu menoleh kearah cermin, Lea sangat terkejut saat melihat wajahnya yang berubah menjadi manis. Tadinya manik mata Lea bewarna abu abu, tapi sekarang kok malah jadi biru jernih berair seperti lautan?

Lea menghampiri cermin itu lalu mengguncangnya brutal hingga retak dibagian tertentu. "Sebentar, ini aku kok masih hidup ya? Cantik banget ini mata." Lea memperhatikan kaca yang retak dihadapannya. Ah sekarang Lea ingat jika ia mati karena didorong oleh Laila titisan mak lampir itu yang sedang kesetanan itu.

"Ini mata kalau dijual dapet harga berapa, ya?" Gumamnya pelan.

Ceklek.

Lea menoleh kearah pintu dan melihat ada dua laki laki tampan, badan mereka menegang karena melihat Lea yang sudah sadar. Ah lebih tepatnya jiwa Lea memasuki tubuh milik Kirana.

"Ana? Kau sudah sadar?" Pekik salah satu dari laki laki tampan dan berduit itu. Laki laki itu menerjang tubuh Kirana lalu memeluk tubuh istrinya, bahkan sangking senangnya ia dan Lea berguling guling dikasur seperti bocah yang baru dibelikan mainan.

Sebelum berbicara, kepala Lea sakit seperti dihantam batu besar. Lantas Lea menggigit bibir bawahnya untuk meredam teriakan membahananya. Kepala ini rasanya mau pecah, seperti ditusuk tusuk jarum tak kasat mata. Bayangkan, sakit kepala saja sudah sakit apalagi ini Lea sampai menangis karena kesakitan.

Kaindra yang melihat Lea kesakitan pun melirik kearah kakaknya yang sedang bersedekap dada. Kakaknya ini memang tidak menyukai sikap Kirana- pemilik tubuh yang suka sekali pamer.

"Tolong panggilkan Siro kesini, lur." Perintah Kaindra yang membuat Nevan memutar mata malas. Walaupun Nevan cucu laki laki pertama dari keturunan Adhinata, nyatanya ia masih sedikit takut dengan watak adiknya yang senggol bacok.

Pernah Nevan menyiram Kirana menggunakan air dingin, Kaindra ini adalah sosok suami siaga yang melindungi istrinya dari jauh. Kaindra sangat berpengaruh didunia bisnis, ia sangat pintar dan licik tapi sayang sekali Kaindra ini pengecut karena takut mengungkapkan cintanya kepada Kirana.

Sô MôtherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang