17. Escape

812 176 33
                                    

»»----><----««

Retakan di udara yang mengeluarkan cahaya keunguan semakin membesar hingga setinggi orang dewasa. Kelima orang itu keluar dari dalam portal. Shasta dan Alex baik-baik saja, berhasil menjaga keseimbangan saat keluar, sedangkan Jayden, Jake, dan Caitlin terhempas ke lantai cukup kasar.

Nafas ketiganya terengah-engah begitu keluar dari portal. Mereka tersungkur kelantai dengan posisi yang sangat tidak elite. Rambut merek bagai di terpa angin topan.

"Ku kira aku akan mati." Gumam Caitlin yang termangu, duduk di lantai.

"Portal macam apa itu? Rasanya seperti jatuh dari menara pertanda bahaya." Monolog Jayden, juga duduk bersandar di dinding.

"Bahkan lebih tinggi." Sambung Jake. "Sepertinya aku ingin muntah." Jake menutup mulutnya, ikut bersandar di dinding untuk meredakan rasa mual.

Shasta dan Alex hanya bisa menatap prihatin ketiga orang itu. Awalnya mereka juga merasakan hal yang sama saat melewati portal. Seperti jatuh dari ketinggian setara gedung berlantai 20. Tapi lama-kelamaan mereka jadi terbiasa.

Shasta menatap sekitar. Ini dapur rumahnya, dan jam menunjukan pukul tengah malam. Seketika ia teringat saat terakhir kali ia kembali berpindah dunia. Gawat, itu sudah lebih dari 3 hari jika di hitung dalam waktu dunia modern. Apakah ibunya tengah menangis karena anak satu-satunya hilang?

Kenop pintu Shasta putar pelan-pelan. Ia meletakkan jari telunjuk di atas bibir, menyuruh keempat orang itu untuk diam, tetap di dalam dapur. Shasta sudah keluar dari dapur. Gadis itu mengecek sofa depan TV untuk mencari ibunya. Biasanya jam segini Sang ibu masih asyik menonton TV.

"Shasta?" Suara yang terdengar familiar itu berasal dari tangga menuju lantai dua. "Kirain kamu kemana, tadi ibu cek di kamar kamu gak ada. Kenapa? Laper malem-malem?" Ibu Shasta terkekeh.

Shasta mengernyitkan dahinya. Itu masih baju yang sama yang ibunya kenakan saat terakhir kali ia melihatnya di ambang pintu kamar sebelum masuk ke dalam portal dan berganti dunia.

"O-oh, iya ini tadi habis nyemil, hehe.." Shasta menjawab kikuk, menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Yaudah kamu balik kamar sana. Jangan mentang-mentang besok libur kamu jadi bergadang." Ibu Shasta berlalu, hendak menuju kamarnya.

"Ma," Ibu Shasta menoleh. "Hari ini.. Tanggal berapa ya?"

"Hm? Kenapa emangnya?"

"Ngga, lupa aja."

"Liat kalender coba. Mama juga lupa." Ibu Shasta lanjut berjalan menuju kamarnya.

Seingat Shasta, saat ia terakhir kali berada di dunia modern, saat itu adalah tanggal 28 Desember 2021, dan seharusnya sekarang adalah tanggal 4 Januari 2022.

Shasta menuju kamarnya yang berada di lantai dua, menyalakan ponselnya yang berada di atas nakas. Begitu melihat tanggal di ponsel, Shasta tertegun. Sekujur tubuhnya gemetar.

Jumat, 28 Desember 2021

'Duh, coba aja waktu di dunia gw juga bisa berhenti.' Sekelebat ingatan kata-kata dalam batinnya melintas di kepala Shasta.

He's the VillainWhere stories live. Discover now