8. Blue Mountains

1.2K 236 28
                                    

»»----><----««

"Hah.. Kelar juga akhirnya." Shasta berkacak pinggang, menatap gaun biru panjang yang baru saja ia jemur.

Rambut panjangnya ia ikat agar tidak mengganggu saat ia mencuci gaun biru muda yang terkena tumpahan wine. Tidak mudah menghilangkan noda tersebut. Shasta juga perlu berhati-hati agar payet di gaun tidak rusak ataupun copot.

Setelah menyelesaikan segala pekerjaan rumah, Shasta memutuskan untuk segera mandi, kemudian ikut menyusul ibunya ke toko bunga.

Gadis itu keluar dari kamar mandi dengan handuk putih yang menggulung rambutnya. Masih ada setengah jam lagi sampai toko bunga di buka. Shasta merebahkan dirinya di kasur seraya melihat halaman sosial media teman-temannya di laptop yang belum lunas cicilannya. Teman-temannya tampak asik berlibur di hari minggu.

"Apa kabar HP gue di sana? Apa udah di buang? Kan orang sana primitif semua. Ck, itu cicilannya belum lunas lagi!" Shasta menutup laptopnya, bersiap menyusul sang Ibu ke toko bunga.

Shasta melihat jam tangannya. Masih ada 15 menit lagi, sedangkan waktu perjalanan hanya menempuh sekitar 5 menit saja dari rumahnya jika berjalan kaki. Baiklah, gadis itu kembali membuka laptopnya. Tidak ada yang menarik di dalam sana. Akhirnya ia iseng mencari tentang dunia paralel di internet. Dulu Shasta selalu tertawa jika melihat artikel-artikel yang membahas soal mitos, dunia lain, hewan mitologi, dan lainnya, tapi sekarang ia menjadi begitu penasaran setelah menyaksikan sendiri apa yang baru saja ia alami.

Jari telunjuknya terus men-scroll, hingga ia menemukan satu komen di artikel yang sedang ia baca. Komen dengan nama akun 'Richard fernandi'. Di komentarnya ia menulis bahwa; "Dunia yang dikenal kebanyakan orang cuma sebagian kecil dari kebenaran yang sebenarnya. Dunia itu luas banget. Gak mungkin cuma ada satu kehidupan didunia ini dari banyaknya miliaran planet, sama jarak miliaran tahunan cahaya semesta. Kepercayaan beberapa orang kalo ada dunia lain yang juga berjalan beriringan sama dunia kita bisa jadi bener. Dunia itu sama persis sama dunia kita, punya orang-orang yang sama persis sama dunia kita. Tapi dengan nasib yang berbeda. Ini dikenal dengan sebutan 'Dunia Paralel'."

Shasta sempat termenung sebentar membaca komentar tersebut. "Punya orang-orang yang sama persis sama dunia kita.." Shasta bermonolog. Ia teringat dengan rupa Alex yang sangat mirip dengan sahabatnya, Satya. Wajah mereka sangat mirip, bagai di copy paste. Letak tahi lalat di hidung mereka juga sama persis.

Baru hendak berpikir, Shasta tiba-tiba saja tersadar kalau ini sudah lewat 2 menit waktu seharusnya ia sudah berada di toko bunga. Gawat! Ibunya pasti akan mengomelinya lagi karena tidak disiplin. Tanpa banyak acara, Shasta bergegas menutup laptopnya dan meluncur menuju toko bunga sang Ibu.

🍃

Napasnya tersendat-sendat. Peluh memenuhi dahi dan pelipisnya. Shasta sudah siap sedia akan di omeli oleh ibunya, tapi bukan omelan yang memusingkan kepala yang ia dapat, justru sambutan senang dengan senyum lebar sang Ibu yang menyambutnya.

"Eeh, anak gadisku udah sampe. Duduk dulu, itu Satya juga tadi mampir mau ngomong sama kamu." Wanita setengah baya itu meninggalkan ruangan tempat membuat keranjang dan buket bunga agara Satya dan Shasta bisa leluasa mengobrol.

Pantas saja ibunya tiba-tiba saja bersikap bagai malaikat, ternyata Satya datang berkunjung. Sepertinya Shasta harus berterima kasih kepada Satya, karena jika ia tidak mampir, mungkin telinganya sudah mengeluarkan darah karena omelan ibunya. Ibunya selalu menyukai dan membangga-banggakan Satya seperti anaknya sendiri. Setiap Shasta pulang sekolah yang selalu di tanya duluan adalah "gimana kabarnya Satya? Tadi dia masuk sekolah, kan?" Atau setiap pagi selalu bertanya, "Satya suka rendang, kan? Ini nanti kamu kasih kotak bekelnya buat dia, ya."

He's the Villainحيث تعيش القصص. اكتشف الآن