13. The Guardian

1K 197 11
                                    

»»----><----««

Matahari sudah siap tenggelam di kaki langit. Sinar jingganya menembus jendela Menara Penyihir yang masih ramai. Di lantai paling atas gedung tersebut selalu muncul cahaya-cahaya aneh yang hilang muncul seperti lampu disko. Untungnya menara itu ada di tengah lembah, dan para penyihir sudah tahu siapa pelaku dari disko dadakan di lantai paling atas menara.

Blar! Blar!

Mana di tangannya terus meledak dan terlempar tidak terkendali. Delvien yang tahu kalau ini akan terjadi sudah memindahkan barang dan peralatan sihir penting yang harus dilindungi.

Setiap hari Shasta berlatih sekitar 12 jam karena tidak mudah untuk bisa mengendalikan Mana. Bahkan 3 hari terakhir ia hanya tidur paling lama 5 jam. Gadis itu sangat berambisi untuk bisa mengendalikan Mana.

Tangan Shasta terangkat lagi. Cahaya berpendar berwarna merah muda, yaitu warna Mana paling rendah dan biasanya di miliki oleh pemula, mulai terlihat di telapak tangannya, membentuk seperti bola cahaya. Shasta mengarahkan tangannya kearah target yang sudah di tentukan dan..

Blar!

Senyum Shasta mengembang. Berhasil! Ia berhasil melubangi boneka jerami itu tanpa meleset.

"Jangan senang dulu," kata Delvien dari ujung ruangan yang langsung memotong seruan Shasta. "Ambil." Delvien melemparkan cincin dengan permata hijau di tengahnya.

Reflek, Shasta menangkap cincin tersebut yang untungnya berhasil tertangkap. "Ini apa?" Shasta membolak-balikan cincin.

"Itu alat sihir. Mana anda akan jauh lebih kuat jika menggunakan cincin itu. Sekarang, coba buat diri anda menghilang dengan alat itu." Delvien berkata datar. Tidak ada kehangatan dari nada bicaranya.

"Menghilang?" Shasta mendelik.

"Buat diri anda menghilang. Waktu yang anda miliki tersisa 2 hari." Delvien pergi meninggalkan ruangan tempat Shasta berlatih.

Shasta menatap antusias cincin tersebut. Menghilang? Serius gue bisa menghilang pake benda ini?"

Akhirnya Shasta mengenakan cincin itu di jari telunjuknya. Cincin itu memancarkan cahaya hijau yang lembut sesaat setelah Shasta memakainya, lalu cahaya itu kembali redup. Sekarang masalahnya, Shatsa tidak mengerti cara menggunakan alat sihir itu. Delvien hanya memberikannya lalu pergi tanpa memberi tahu caranya.

Shasta mengotak-atik cincin dengan permata hijau tersebut. Memutar permatanya, membolak-balik, mengucapkan kalimat mantra, tetap tidak berkerja.

15 menit berkutat dengan benda itu dan Shasta tetap tidak mengerti cara menggunakannya.

"Apa anda masih tidak bisa menggunakannya?" Shasta tersentak karena Delvien yang tiba-tiba saja muncul di ambang pintu. "Saya memaklumi anda karena bukan berasal dari sini, tapi saya tidak menyangka anda akan sebodoh itu untuk menggunakan alat sihir sederhana." Delvien meraih cincin di jari telunjuk Shasta.

Shasta menggerutu di dalam hati. Ya gimana bisa tau kalo gak di ajarin? Emangnya leluhur gue penyihir apa?

Delvien memasang cincin itu di jarinya, dan dengan sekejap tubuhnya sudah menghilang, tidak terlihat. Shasta yang menyaksikannya memekik tertahan. Alat sihir itu keren!

He's the VillainKde žijí příběhy. Začni objevovat