25. Kalut

14 3 0
                                    

"Ngapain lo? Sebulannya udah lunas kalau lo lupa." Neira langsung mencecar lelaki itu saat tiba didepannya. Tidak peduli pada wajah yang tadinya tersenyum cerah itu berubah masam.

"Ck. Lo pikir gue apa apaan nyari lo cuman buat nagih utang yang lunas."

Neira benaran tidak mengerti apa yang tengah direncakan oleh otak kecil Haechan. Sudah cukup sebulan kemarin ia lalui dengan melihat wajah Haechan setiap ia di kampus.

Bosan.

"Nah itu lo tau, ya ngapain lo nyamperin gue pake lambai lambai gitu?" Perempuan itu menggeleng "biar dikata lagi jumpa fans, gitu?"

Serta merta Haechan terkekeh sembari mengusap dagunya, seolah mempertimbangkan kalimat barusan "boleh juga tuh"

Menghela napas panjang, sekarang bukan waktunya untuk berdebat dengan Haechan. Neira menoleh pada Sepia yang sejak tadi diam mengamati

"Sep, pulang sekarang kan?" Tanya Neira menampilkan wajah memelasnya. Meminta pertolongan secara tersirat kepada sahabatnya itu.

Neira menghilangkan segala percaya dirinya saat ini. Terlebih, banyak pasang mata yang memandangnya penasaran semakin membuatnya ingin terjun bebas di Segitiga Bermuda. Harapannya hanya pada Sepia. Semoga makhluk dihadapannya mau menyelamatkan hidupnya.

"Emang kita mau pulang bareng?"

Dan dengan pertanyaan gamblang yang keluar dari mulut Sepia, saatnya Neira mengubur hidup hidup manusia satu itu.

Neira melipat bibirnya, menarik kedua sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman yang pertanda buruk bagi Sepia. Perempuan berkemeja kembar dengan Haechan itu melotot.

"Bukannya tadi lo bilang mau ditemenin ke toko buku?" Pertanyaan itu sarat akan penekanan. Lebih tepatnya bagai suara mesiu yang dibakar dengan gerakan lambat ditelinga Sepia. Menunggu hingga meledak menyisakan abu.

Sepia memperlihatkan deretan gigi rapinya. Menatapi Haechan yang memberikan tatapan heran. Tidak mengerti perang apa yang terjadi diantara kedua sahabat itu.

"Chan, lo lagi ada urusan 'kan sama Neira?"

Yang ditanyai hanya mengangguk.

"Yaudah, lo bisa minjem Neira. Gue ngalah hari ini," Sepia beralih pada Neira sembari menepuk ringan lengan sahabatnya "ke toko buku bisa lain kali, karena Haechan kayaknya punya kepentingan yang lebih mendadak, jadi gue duluan ya" gadis itu melambai dengan senyuman meninggalkan Neira yang mendengus kasar.

Tidak ingin menambah kekesalan, Neira mengabaikan Sepia.

"Kenapa?"

Haechan menaikkan sebelah alisnya, "kenapa?"

"Lo kenapa nyari gue?"

"Oh itu," Haechan menjeda, mengamati sekitarnya yang dikelilingi oleh wajah wajah penasaran "lo yakin mau ngomong disini?"

Mengikuti arah pandangan Haechan, Neira mendecak. Terjebak dengan orang yang berpengaruh itu sungguh tidak enak. Dengan bersusah payah mengumpulkan niat, akhirnya Neira mengangguk. Mengikuti Haechan yang berjalan lebih dahulu.

***

Dengan berat hati Neira duduk berhadapan dengan lelaki berpipi bulat yang tengah menatapnya penuh senyuman. Tidak mengerti apa yang membuat lelaki itu tersenyum lebar.

"Gimana?" Tanya lelaki itu.

Dahinya mengernyit tidak paham pertanyaan itu "gimana apa maksud lo?"

"PDKT lo"

Lipatan pada dahi Neira semakin dalam. Benar benar tidak paham kemana arah pembicaraan Haechan. Seingatnya, Neira sedang dalam masa tidak mendekati dan tidak ingin mendekati siapapun. Mungkin?

EVANESCENT | ENDWhere stories live. Discover now