9. Bertemu Kembali

8 3 7
                                    

Liana dan Anara pergi ke PIM. Sebenarnya Liana tidak mau ikut, tapi bukan Anara namanya kalau tidak ada rencana buat bisa seorang Liana ikut.

"Liana Lianaa ayo kesana! Disana bajunya bagus-bagus, lo harus nyoba bajunya!" Anara berteriak senang saat melihat toko baju yang bagus- lalu berteriak kayak gak punya urat malu ditengah keramaian mall.

"Ah! Tunggu gue Ra- Ukh." Seseorang mendorong Liana sehingga membuatnya jatuh.

"Kenapa ini tiba-tiba jadi rame banget dah?!"

Saking ramainya, mereka terpisah sehingga kini Liana sendirian. Itulah yang membuat Liana tidak mau ikut pergi. Keramaian. Liana benci tempat ramai.

Liana berjalan dengan arah tak menentu. Akhirnya berhasil keluar dari keramaian orang-orang dengan nafas tersengal-senggal. Liana menoleh kiri-kanan, tidak mendapati sahabatnya. Liana berpikir untuk duduk di sebuah cafe yang berada di mall ini. Memesan satu minuman sambil membuka laptop yang selalu ia bawa. Sudah menduga akan terjadi seperti ini, Liana bisa lanjut membuat ceritanya, di temani sepasang earphones di telinganya. Seorang pelayan datang ke meja Liana untuk mengantarkan minumannya.

"Silahkan diminu- Eh Liana, benarkan Liana?" Pelayan itu terkejut senang. Liana mengkerutkan keningnya tidak mengerti apa yang dikatakan oleh pelayan itu.

"Siapa ya?" Tanya Liana dengan perasaan tidak enak.

"Masa lupa? Wah gue jadi sedih deh. Gue Riana," Liana membulatkan matanya dan menatap Riana dengan perasaan marah sekaligus takut menjadi satu.

"Wah wah sudah lama sekali ya, dilihat dari raut wajah lo, pasti kangen sama gue kan... Pelakor~" Liana mengepalkan tangannya dibawah meja, sebisa mungkin Liana ingin tetap bersikap biasa saja, tetapi ingatan-ingatan ketakutan dimasa lalu muncul kembali. Riana menoleh kanan-kiri tidak mendapati seseorang.

"Lo kesini sendiri?" Liana menggangguk pelan, masih dalam keheningannya. Riana tersenyum sinis.

"Btw gue bakal pindah sekolah, gue gak tau kapan pindahnya dan gak tau akan disekolahkan dimana karena papa yang memutuskan nya, tapi gue berharap pindah ditempat lo sekolah sekarang, jadi lo gak perlu kangen sama gue karena gue bakal satu sekolah dengan lo nantinya ahahaha." Liana menunduk agar wajahnya yang hampir menangis itu tidak terlihat olehnya. Riana hendak melanjutkan obrolannya tetapi seorang pelanggan memanggilnya.

"Sayang sekali cukup sampai disini obrolan kita, sampai bertemu lagi." Riana pergi meninggalkan Liana yang masih gemeteran. Liana kembali teringat masa-masa SMP-nya saat dibully oleh geng Riana.

Liana segera meminum pesanan nya hingga habis, lalu membereskan barangnya dan pergi dari cafe itu dengan perasaan takut. Di ambang pintu, seseorang tersenyum miring.

*********************************

Anara dengan cemas mencari keberadaan Liana. Bisa gawat kalau sampai Kiki tau, walaupun mereka suka bertengkar, tetapi kalau sudah menyangkut Liana, Kiki pasti akan marah besar. Tanpa sengaja Anara menabrak seseorang, melihat orang yang ditabrak tidak asing dimatanya Anara membulatkan matanya.

"Liana!" Anara segera membantu Liana berdiri. "Duhh lo kemana aja? Gue udah panik banget gimana kalau terjadi sesua- eh? Lo kenapa, Na?!" Anara melihat wajah Liana yang memucat.

"Ra, gue.. gue takut Ra! Gue ketemu dia lagi." Wajah Liana pucat ketakutan, badannya pun bergetar.

"Ceritain di rumah nanti Na, sekarang ayo pulang dulu." Anara memutuskan untuk mengakhiri jalan-jalan hari ini dan segera membawa Liana pulang ke rumahnya.

20-Feb-2022

RaelianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang