P E R T A M A

261 30 11
                                    

Tok... Tok... Tok...

"Selamat pagi, Nona Muda."

Seorang gadis berambut sebahu menggeliat pelan di atas tempat tidur king size miliknya. Cahaya matahari memaksa masuk dari sela-sela tirai tinggi di sisi ruangan.

Tok... Tok... Tok...

"Apakah Nona Muda sudah bangun?"

Dengan mata yang masih terasa berat, gadis itu melirik ke arah pintu yang sedari tadi diketuk. Gadis itu mengubah posisi tidurnya menjadi posisi duduk, mengucek pelan kedua matanya.

Tok... Tok... Tok...

"Nona Muda..."

"Iya, iya. Gue udah bangun." Dengan suara yang masih serak, gadis itu sedikit berteriak.

"Baik. Jangan lupa Nona Muda akan bersekolah pagi ini. Tuan Besar dan Nona Besar sudah menunggu di ruang makan." Jelas seorang perempuan dari luar kamar gadis tersebut dengan nada sopan.

"Iya, nanti gue ke sana." Teriak gadis itu dengan malas.

"Kalau begitu, saya tinggal terlebih dahulu. Permisi." Terdengar suara langkah kaki menjauh dari depan kamar gadis itu.

Gadis tersebut meraih smartphone yang tersimpan di atas meja putih samping tempat tidurnya. Dengan satu sentuhan, layar smartphone menyala dan menunjukkan huruf C dengan latar gambar kacamata hitam pada lockscreen. Tak lama, smartphone itu mulai mendeteksi wajah dan layar kunci langsung terbuka dengan sendirinya.

҉҉҉

"Selamat pagi, mah."

Seorang laki-laki berkulit hitam manis berlari kecil menuruni tangga. Dengan seragam lengkap, laki-laki itu menghampiri wanita paruh baya yang sudah duduk di depan meja makan dengan pakaian rapih.

"Pagi, Gilang." Wanita paruh baya -yang dipanggil mah itu tersenyum lebar, menatap anak laki-laki kesayangannya.

"Papah gak pulang lagi, mah?" Laki-laki -yang dipanggil Gilang itu duduk di hadapan mamahnya sembari mengedarkan pandangan ke sekitarnya -mencari seseorang.

"Iya, semalem papah ngabarin katanya dia harus ikut pelatihan militer selama 3 hari ke depan." Jelas mamah.

"Papah ikut pelatihan lagi?" Gilang menatap heran mamah.

"Jadi pengawas." Mamah tersenyum lebar.

"Oh, kirain." Gilang terkekeh kecil. "Mah." Panggil Gilang cepat.

"Iya, sayang?" Tanya mamah lembut.

"Kalau Gilang jadi kyk papah, pasti keren ya." Gilang tersenyum, membayangkan dirinya melanjutkan perjuangan papah.

"Sekarang aja kamu udah keren kok." Mamah tersenyum lebar.

"Mamah jangan buat Gilang terbang deh." Gilang terkekeh kecil, menunduk malu.

"Anak mamah kan emang keren, kyk orang tuanya." Ucap mamah penuh percaya diri. "Tapi kalau kamu bisa kyk papah, kamu luar biasa." Mamah tersenyum manis, mencolek ujung hidung Gilang.

"Tapi mah" Gilang menatap mamah serius. "Kenapa papah gak lanjutin bisnis kakek?" Tanya Gilang pelan.

Pertanyaan yang sudah tersimpan selama bertahun-tahun, akhirnya dapat terlontar dari mulut Gilang.

"Hem..." Mamah terlihat berpikir. "Mungkin kamu bisa tanya papah langsung nanti." Mamah kembali tersenyum.

Gilang tak menjawab dan hanya mengangguk pelan.

"Permisi, ini sarapannya."

Seorang perempuan menghampiri meja makan dengan membawa beberapa jenis makanan di atas nampan. Perlahan, perempuan tersebut menurunkan satu per satu makanan. Dua piring kecil berisi roti croissant waffle, dua mangkok berisi salad buah, dan dua gelas teh hangat.

Mafia Girl & S.O.U Boy || UN1TY × StarBe [END]Where stories live. Discover now