Chapter 23

709 112 10
                                    

Mata elang itu menatap Lucy lembut, terlihat dari sorot matanya ia tengah mengkhawatirkan Lucy

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mata elang itu menatap Lucy lembut, terlihat dari sorot matanya ia tengah mengkhawatirkan Lucy. "Apaan sih?" tanya Lucy galak.

Wajah gadis itu cemberut seraya menusukkan sedotan ke ice chocolate-nya berulang kali. "Kau tidak pernah melihatku menangis?"

Felix menggeleng. "Aku sedang berpikir, orang bodoh mana yang akan menyia-nyiakanmu seperti ini?"

"Hwang Hyunjin. Kau juga sudah lihat kan tadi?" sarkasnya.

Bukannya marah, Felix malah terkekeh. "Kau telihat sangat lucu dengan wajah memerah seperti itu,"

Felix menatap jam tangannya, "hari ini kau ada pemotretan jam tiga. Masih ada dua jam, gunakan waktumu sebaik-baiknya untuk istirahat,"

"Jangan pernah menangisi pria yang tidak memperjuangkanmu,"

Lucy mengangguk. "Terserah kau saja. Aku ingin pulang."

"Mari aku antar."

Lucy mengangguk. Setidaknya ia tidak tampak menyedihkan karena pulang sendiri. Ia beruntung mempunyai teman sekaligus atasan seperti Felix.

••🌱••

Ayen menatap Hyunjin jenuh. "Apa kau tidak memperdulikan Lucy yang menangis di pelukan Felix?" tanya Ayen, mengingat ia melihat Lucy dan Felix berpelukan di taman rumah sakit.

Hyunjin memutar bola matanya malas. "Tidak." Matanya terfokus ke pipi Liran yang memerah. Gadis itu berdesis merasa panas saat handuk es itu menyentuh pipinya.

Ayen memutar bola matanya malas. Segala sesuatu yang berhubungan dengan Jihyo, pasti dia benci itu. "Kau harus mengoperasi hari ini,"

"Eh? Hari ini aku tidak-"

"Sudahlah ikut saja!" Ayen langsung menarik Hyunjin hingga sampai ke ruangan Ayen.

Hyunjin hendak berbicara, namun Ayen menutup mulut Hyunjin dengan perkatannya. "Kau harus mengoperasi otakmu sendiri!"

"Apa maksud-"

"Asal kau tau, seburuk-buruknya Lucy, dia tetap calon ipar terbaik untukku. Dia tidak munafik dan sayang pada Byulbi!" kesal Ayen.

Hyunjin menyerit. "Apa yang sedang kau katakan? Kau mabuk?"

Ayen menghela nafas kasar dan langsung , dsebuah video terputar di komputer Ayen. "Untung saja aku meminta duplikat sebelum Jihyo datang dan menghapus rekaman ini,"

Terlihat reka kejadian ulang tampar-menampar tadi. Hyunjin membulatkan matanya terkejut, Liran menampar dirinya sendiri.

"Ap-apa ini?"

"Aelah Saebyeok masih nanya, kau selalu saja mengcap calon iparku jelek. Walaupun dia galak, dia tetap juara di hatiku. Kalau kau tidak mau, cukup serahkan saja dia padaku,"

The Doctor Is MineWhere stories live. Discover now