Part 16

9.8K 950 28
                                    

"Sorry, apakah aku mengganggu kalian?"

Suara yang sudah sangat Betari kenal membuat wanita itu terkejut, apalagi ketika melihat kemunculan sang pemilik suara yang tidak lain dan bukan adalah Arsene. Ya, pria itu kini ada disini, tengah menatap dirinya dan Devon dengan tatapan yang sulit di artikan oleh Betari.

"Oi Sen, kenapa nggak bilang-bilang kalau mau datang?" tanya Devon, dengan ramah mendekati Arsene yang bergeming di ambang pintu.

"Sorry, gue nggak tahu, kalau ada Tari disini, meja sekertaris lo kosong jadi gue langsung masuk ke ruangan lo." Mencoba terlihat santai, Arsene menjelaskan.

"It's okay nggak apa-apa." Devon mengulas senyum setelah berpandangan dengan Betari yang terlihat canggung. "Oh ya, ayo masuk."

"Kalau gitu aku kembali ke ruanganku ya Dev." Betari langsung beranjak bangun ketika Arsene baru melangkah sekali.

Devon tertegun lalu menatap Arsene tak enak hati. "Ok, nanti aku telepon ya," sahut Devon sesaat kemudian, sembari mengedipkan satu matanya pada Betari.

Betari mengangguk sambil tersenyum. Tapi ekspresinya langsung berubah ketika tak sengaja bersitatap dengan Arsene yang berwajah datar.

"Tidak bisakah kalian jangan begini? Rasanya sangat nggak enak berada diantara sahabat dan pacar." Devon menyipit pada Arsene ketika Betari sudah keluar dari ruangan.

"Begini gimana?" Arsene pura-pura tidak paham.

"Sudahlah jangan pura-pura. Sekalipun lo sama Tari nggak pernah cerita, tapi gue tahu lo sama Tari nggak baik-baik aja." Devon tersenyum miring pada Arsene yang tercenung. "Sudah jangan melamun, ayo duduk. Ada apa lo datang kesini?"

Arsene menjelaskan soal dirinya yang sedang ada urusan di Surabaya. Sudah menjadi kebiasaannya yang selalu mampir ke kantor Devon lebih dulu sebelum kembali ke Jakarta. Dalam kunjungannya tiga tahun ini, ia tidak pernah bertemu dengan Betari sekalipun sebenarnya ingin. Bahkan jika hanya ia yang melihat dan Betari tidak, Arsene akan tetap bersyukur adanya hari itu. Kali ini kesempatan bertemu Betari di tempat ini datang, tapi bukan dalam situasi yang seperti ini yang Arsene inginkan. Sungguh melihat wanita itu dalam posisi intim bersama pria lain membuat Arsene terbakar cemburu. Jika tidak ingat status mereka, mungkin Arsene sudah menyeret wanita itu atau bahkan ia sudah meninju wajah Devon.

***

Jam pulang kantor tiba, Betari mendatangi sebuah caffe di tepi pantai yang sebelumnya di sebutkan oleh Devon sebagai tempat pertemuan mereka. Memang mereka sengaja pergi dengan mobil masing-masing ke tempat itu lantaran Betari sudah terlanjur membawa mobil saat berangkat kerja.

Sosok Devon yang begitu mencolok karena postur tubuh dan ketampanannya membuat Betari cepat menemukan pria itu. Devon mengisi meja nomer dua belas yang menghadap tepat kearah laut dimana bagian atas meja tersebut terdapat payung pantai yang melindunginya dari terik matahari. Detik berikutnya, langkah Betari terhenti otomatis begitu mendapati keberadaan Arsene di samping Devon. Sementara Devon yang sedang sibuk berbincang belum menyadari kedatangannya, lain halnya dengan Arsene yang melihat kearahnya lebih dulu. Sebelum akhirnya Devon pun menoleh ke tempatnya bergeming sehingga Betari harus mengurungkan niatnya untuk putar balik.

"Sayang?" Tanpa beranjak dari duduknya, Devon mengulurkan tangannya pada Betari.

Melihat itu Arsene tersenyum tipis yang kemudian menunduk di detik berikutnya.

Mencoba terlihat biasa, Betari berusaha tidak memperlihatkan perubahan suasana hatinya yang disebabkan keberadaan Arsene disana. Dengan langkah yang di paksakan, Betari mendekati kedua pria itu.

"Arsene tadi bilang mau cari makan, jadi aku mengajaknya ikut kesini." Devon menjelaskan seolah tahu apa yang ada di pikiran Betari. "Kamu nggak masalah kan kalo kita makan bertiga?"

Kepingan RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang