Part 03

10.6K 1.1K 120
                                    

"Trus rencananya mau sampe kapan lo rahasiain hubungan kalian dari Betari?" Itu adalah suara Nida-sepupu Betari dan Saira yang seusia dengan Saira.

Betari yang ketika itu hendak naik ke kamarnya sontak berhenti di depan pintu kamar Saira. Memang untuk memasuki kamarnya, ia harus lebih dulu melewati kamar Saira yang letaknya di bawah anak tangga.

"Gue belum tahu. Gue masih bingung gimana jelasinnya, kak Tari kayaknya suka sama Arsene." Dan itu suara Saira, yang mana berhasil membuat Betari memucat.

"Jadi lo sebenernya tahu kalo Tari suka sama Arsene?"

Betari menyandarkan punggungnya pada dinding luar kamar Saira. Menajamkan pendengarannya agar tak ada satupun pembicaraan di dalam sana yang terlewat olehnya.

"Udah jelas kali."

"Lalu Arsene?"

"Dia kayaknya belum tahu. Jangan sampai deh."

Betari membekap mulutnya. Kalimat-kalimat itu layaknya bogem besar yang membuat pijakannya limbung. Setelah berhasil kabur dari Arsene dengan menaiki ojek, Betari langsung pulang ke rumahnya dengan tujuan supaya ia bisa mengistirahatkan otak dan juga tubuhnya. Tidak disangka ia malah mendengar sebuah fakta mengejutkan yang membuat hatinya terluka. Pengakuan Saira berhasil menunjukkan siapa Saira sebenarnya. Betari yang tatapannya sudah buram oleh genangan air mata tanpa sadar telah menjatuhkan tas ranselnya.

Suara benda jatuh seketika membuat Saira dan Nida terkejut, mereka buru-buru keluar dari kamar hanya untuk menemukan Betari yang tengah menaiki anak tangga dengan langkah tergesa-gesa.

"Kak Tari."

Betari tidak menoleh sehingga Saira mengejarnya ke atas.

"Kak kamu mendengar pembicaraan kami?" Saira menangkap bahu Betari ketika keduanya sudah berada di lantai atas.

Betari memutar tubuhnya, menghadap sang adik yang berdiri di dekat pembatas tangga. "Nggak semua, tapi itu cukup membuktikan siapa kamu sebenarnya."

"Kak Tari kok ngomong gitu? Apa salah kalo aku dan Arsene saling mencintai?" Suara Saira meninggi. Menampakkan raut marahnya yang tidak pernah terlihat selama ini.

Betari tertegun sejenak sebelum tawa getirnya membahana. "Tentu saja tidak. Hati kalian adalah milik kalian. Jadi hanya kalianlah yang berhak menentukan pada siapa kalian akan jatuh cinta."

"Yeah, Arsene mencintaiku dan aku tidak bisa membohongi perasaanku sendiri. Maaf kalo hal ini melukai Kak Tari." Meski wajah Saira terlihat menyesal, tapi sayangnya Betari tidak lagi melihat adanya kesungguhan di sana.

Betari kembali terkekeh. Kendati ia berusaha terlihat kuat dan baik-baik saja nyatanya ia merasa telah di khianati oleh adiknya itu.

"Kamu tahu Ra apa yang paling melukai hatiku?" Betari menatap kecewa Saira sebelum mengarahkan telunjuknya ke dada sang adik. "Kebungkaman kalian." tekan Betari. "Kalo aja kalian jujur, aku nggak akan sekecewa ini sama kalian."

"Aku hanya takut hubungan kami melukaimu." Saira menyentuh lengan Betari.

"Kalo kamu nggak mau melukaiku seharusnya kamu nggak menjalin hubungan dengannya." Betari berteriak sebelum menarik napasnya dengan panjang. Berusaha mengontrol emosinya agar terkendali. "Tapi nggak apa-apa, perasaanku tidak lebih penting dari cinta kalian. Sejak awal kamu memang tipe wanita idaman Arsene. Cantik, pintar dan baik hati. Jadi sangat tidak aneh jika Arsene akhirnya memilihmu untuk menjadi kekasihnya."

Tanpa repot-repot menunggu jawaban Saira, Betari langsung menyentak genggaman Saira di lengannya. Tapi hal itu tidak membuat genggaman Saira terlepas. Ia bahkan terus menahan tangan Betari disaat kakaknya itu hendak meninggalkannya.

Kepingan RasaWhere stories live. Discover now