Part 15

10.2K 1K 63
                                    

Surabaya, satu minggu kemudian.

Betari melangkah keluar dari lift. Jemarinya saling meremas tiap kali langkahnya di kayuh pelan. Sebentar lagi ia akan tiba di ruangan Devon. Pria itu memanggilnya lewat sekertaris yang ia perintahkan. Meski sudah tiga tahun menjalin hubungan, Betari jarang sekali mendatangi ruangan kerja kekasihnya itu. Mereka sudah sepakat untuk bersikap profesional selama di tempat kerja.

Tok tok.

Pintu ruangan Devon di ketuk oleh sang sekertaris yang begitu melihat kedatangan Betari langsung berinisiatif membawanya ke ruangan Devon. Sementara itu, Betari berdiri di belakangnya dengan tegang. Betari memperhatikan pernampilan sekertaris Devon yang berparas cantik. Wanita yang sepertinya seusia Betari itu sudah sangat populer sejak ia bekerja pertama kali di kantor ini sebagai sekertaris sang direktur. Seluruh karyawan bahkan menggadang-gadang akan adanya cinlok antara Devon dengan sekertarisnya. Tapi siapa sangka sang bos justru jatuh hati sejak pandangan pertama pada karyawan biasa sepertinya, hanya karena hal konyol yang tak terduga. Saat itu rapat perusahaan, seluruh karyawan hadir tanpa terkecuali Betari yang menyambut datangnya bos baru mereka setelah direktur lama mereka pensiun. Seluruh karyawati berusaha mencuri perhatian bos baru mereka di rapat itu, tapi tidak dengan Betari yang berpenampilan apa adanya-hanya menggunakan bedak bayi sebagai polesan di wajah supaya terlihat glowing yang di lengkapi oleh pelembab bibir yang membuat bibirnya tampak merah alami. Rambut pendeknya yang sebahu bahkan basah terkena hujan di pagi hari sehingga membuat penampilan Betari seperti bulu tikus yang habis tercebur. Sampai sekarang ia bahkan tidak mengerti mengapa Devon mengaku dirinya berhasil mencuri perhatian di hari itu. Di awal-awal pertemuan, Devon bahkan selalu bertingkah menyebalkan demi mendapat perhatian Betari. Disela-sela jam kerjanya yang padat pria itu akan mengunjungi ruangan demi ruangan, bilangnya sih untuk meninjau karyawan yang kerjanya malas-malasan. Tapi ketika tiba di ruangan Betari dan rekan-rekannya, Devon akan berlama-lama berada disana. Bertanya segala hal lalu berakhir dengan mencari-cari kesalahan Betari. Betari bahkan tidak habis pikir pria itu adalah lulusan salah satu universitas terbaik dunia menilik cara PDKT-nya yang tidak wajar.

"Kamu mau berdiri disitu berapa lama?"

Suara Devon menyentak lamunan Betari. Saat kesadaran Betari kembali, ia mendapati pintu ruangan terbuka dan Devon sudah ada di hadapannya. Ia lalu mencuri lihat kearah sekertaris Devon yang tengah menahan senyum sebelum lengannya di tarik paksa oleh Devon ke ruangannya.

"Dev?" Betari berusaha tidak panik ketika Devon menutup pintu ruangannya.

"Hmm." Devon menghimpit Betari di antara dinding dan dua lengannya.

"Jangan seperti ini." Betari mendorong dada Devon. Alih-alih berpindah pria itu malah menempelkan dagunya di salah satu bahu Betari.

"Biar aja. Aku kangen sama kamu. Belakangan kamu susah sekali ditemui." Sepasang lengan Devon sudah melingkari pinggang Betari dengan posesif.

"Tapi jangan begini Dev. Nanti kalo ada sekertarismu masuk, gimana?" Betari masih berusaha melepaskan diri dari kungkungan tubuh Devon.

"Nggak akan, aku udah memintanya untuk nggak mengganggu kita disini."

Betari akhirnya mengalah. "Jadi, ada apa kamu manggil aku kesini?"

"Nggak ada apa-apa, cuma kangen aja sama kamu."

Tarikan napas panjang di hela Betari. "Tapi kerjaanku lagi banyak Dev."

"Gampang aja, nanti aku suruh yang lain untuk bantuin kamu."

"Jangan begitu lah Dev. Aku nggak enak sama yang lain." Satu dorongan keras, Betari berhasil menyingkirkan tubuh Devon.

"Makanya kamu jangan ngehindarin aku kalo nggak mau aku kayak gini." Devon terlihat kesal, menatap Betari dengan tangan terlipat.

Kepingan RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang