ILUSI - 4

63K 5.8K 423
                                    




Raline melenggang dengan anggun menjauhi kendaraan yang sudah mengantarkannya sampai tujuan. Ia sempat tersenyum lebar sebelum akhirnya terbahak. Tak dipedulikannya Langga yang masih mengerang kesakitan sembari memegangi daerah terlarang di bawah perut.

Tidak sia-sia Raline menyimpan tenaganya selama perjalanan. Ia jadi bisa melampiaskan kekesalan akibat jilatan Langga lewat sebuah tendangan maut persis ketika keduanya turun dari mobil.

"Mampus!" gumamnya di sela-sela tawa yang setia mengudara. "Impoten-impoten, deh! Sorry ... Ev ... kayaknya itu terong nggak bakalan bisa berfungsi lagi, cuma bisa buat pajangan doang. Tapi tenang ... gue punya banyak temen artis yang kerjaan sambilannya jadi gigolo, nanti gue kenalin."

Layaknya orang gila, Raline bicara sendiri saat melangkah menuju bangunan berbahan dasar kayu yang berada tak jauh dari bibir pantai. Di teras tempat itu, ia bertemu dengan sepasang suami istri yang tengah duduk santai di lantai.

"Eh ... Mba Raline udah dateng?" sapa Indah ceria. Tapi bukannya menjawab ramah, Raline malah membentak.

"Nggak usah sok manis, gue masih kesel ya sama lo!"

Penyebab Raline masih menaruh dendam dengan Indah tentunya karena sepatu merah seharga motor matic yang belum pernah dipakainya tapi sudah raib diambil orang.

Raline lantas meneruskan langkah, memasuki cottage dan tak memperdulikan permintaan maaf dari asistennya.

"Eh, Ay ... kenapa, ya ... kalo perawan tua itu sukanya marah-marah?"

Dirasa tubuh sang biduwanita sudah hilang dari pandangan, Indah bertanya pada suaminya.

Lelaki yang biasanya disapa 'Dul' itu menyahut, "Jangan kenceng-kenceng, entar Mba Raline denger, disembeleh lu! Lagian dia belon tua-tua banget tuh."

Indah menelan dulu cacahan keripik singkong dalam mulut, sebelum membuka bibirnya. "Lah kata emak gua, kalo perempuan udah dua lima belon kawin juga disebutnya B.A, Ay ... alias perawan tua." Makanya Indah sudah berrumah tangga di umurnya yang masih belia.

Dul mengernyit dalam. "Apaan tuh B.A?"

"Barang Antik."

"Hahaha ...." Dul tertawa kencang sampai perutnya terasa sakit. "Kenapa istilahnya barang antik, sih?"

Keripik singkong yang dipegang, menggantung di depan bibir. "Mana gua tau, tanya Mak gua sonoh!" timpal Indah sebelum mengunyah lagi. Ia heran ... apanya yang lucu, kenapa suaminya sampai tergelak seperti itu.


*****


"Maksudnya gimana, Lang?"

Eva menutup pintu mobilnya dengan pinggang. Tangan kirinya menenteng tas kerja, sedangkan yang sebelah kanan sedang memegang smartphone yang ditempelkan di telinga.

"Oh ... oke, nggak apa-apa." Sebuah penjelasan baru saja ia terima. Eva paham dan tak keberatan. "Beneran, nggak masalah ... nanti aku bisa pergi sama Mama," lanjutnya meyakinkan seseorang di seberang sana.

Ia kemudian mulai berjalan, menyeberangi taman kecil lalu berhenti persis di depan pintu masuk rumahnya.

"Iya ... nanti aku foto cincinnya biar kamu juga bisa ikutan milih."

Senyum tanpa malu-malu menghiasi bibir mungilnya. Rona kebahagiaan jelas terpancar dari wajah dan kedua bola matanya. Eva lalu sedikit menengadah, langit malam itu bertabur bintang dan cahaya bulan sabit, dan di sana ... ia seakan melihat pernikahan yang diidam-idamkannya tengah melambai, hendak memberikan uluran tangan padanya ....

ILUSI (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang