Bab 9:: The Wedding Day

Start from the beginning
                                    

"Hallo Kak Rachel, aku Vio temen deketnya Alkan. Salam kenal, Kak. Alkan sering cerita tentang Kakak ke aku." Ucap Vio dengan malu malu membungkuk di hadapan Rachel dan Nicho.

Rachel tersenyum bingung, ia tidak tau harus berekpresi seperti apa. Rasanya semua orang memiliki rahasia mereka sendiri sendiri. Ada banyak hal yang ingin Rachel tanyakan pada Nicho, belum lagi adiknya juga membawa rahasia yang cukup mengejutkan.

Vio yang tidak mendapatkan jawaban apapun dari Rachel melunturkan senyumnya begitu saja.

"Kak, jangan galak sama Vio ya. Aku sama Vio udah jalan dua tahun. Aku juga janji bakal nikahin dia setelah aku lulus kuliah.." ucapan Alkan barusan berhasil membuat Rachel reflek menjitak kepala adiknya. Tidak peduli saat ini mereka berada di tengah situasi apa. Tapi rasanya cukup menggelikan mendengar pernyataan adik bontotnya ini.

"Mulutnya! Kalo ngomong suka sembarangan? Mau kasih makan apa kalo belum kerja?"

"Kan ada Papa Gideon," kekeh Alkan menggoda Rachel yang kembali naik pitam.

"Dasar anak manja!"

"Kakak juga manja!" Ledek Alkan sambil menjulurkan lidahnya.

"Ah Kakak ipar, selamat ya atas pernikahan kalian." Alkan menjabat tangan Nicho sambil cengengesan, sejujurnya ia harus segera mengubah topik pembicaraan.

"Kak, selamat atas pernikahannya. Semoga bahagia sampai akhir ya kalian berdua." Vio tampak kecewa, karena Rachel tidak seramah yang ia kira.

"Terimakasih kalian berdua," jawab Nicho mewakili.

"Yaudah, kita berdua mau makan dulu. Oh ya, aku sama Vio juga bawa kado buat Kakak. Jangan lupa di buka pas malam pertama, ya!" Bisik Alkan di akhir kalimat tepat di telinga Rachel.

"Awas aja kamu aneh-aneh!" Desisnya kesal kepada Alkan.

Alkan tertawa renyah sambil menuntun Vio turun dari pelaminan. Nicho berdehem untuk menyadarkan Rachel dari tatapan tajamnya tanpa ia sadari.

Gadis itu menoleh ke arah sang suami dengan kening berkerut, "kenapa?"

"Jaga ekspresi kamu, kita di lihatin Mama Papa dan keluarga besar aku." Rachel pun mengarahkan pandangannya ke arah sudut ruangan, tempat keluarga besar Nicho duduk di sana.

"Waah lengkap ya, ternyata hampir satu komplek kumpul di sini.." gumam Rachel tanpa melunturkan senyum di wajahnya.

"Kan aku udah bilang, keluargaku banyak."

"Aku nggak tau bakal sebanyak ini, cuma buat pernikahan pura-pura ini semua kayak berlebihan."

Nicho menoleh ke arah Rachel, gadis yang tersenyum lebar sambil menyapa ke arah kedua orang tuanya itu tampak tulus dan ceria. Memang benar ini hanyalah pernikahan pura-pura, bahkan Rachel pandai bersandiwara.

"Mereka pasti ikatan Dokter yang kerja di Rumah Sakit CM kan?" Pertanyaan itu berhasil membuat Nicho kembali menoleh ke arah keluarganya.

"Iya, rata-rata mereka memang bekerja di Rumah Sakit. Itu di sana, ada Kakek, Paman, Bibi, bahkan sepupu-sepupuku semua berprofesi sama." Jelas Nicho apa adanya, namun membuat Rachel berdecih.

"Cih, mentang mentang satu keluarga Dokter semua," entah apa yang membuatnya kesal, suasana hatinya berubah karena mendadak teringat ucapan perawat di Rumah Sakit kemarin lusa. Bahwa pendamping yang cocok untuk menjadi pasangan Nicho adalah seorang Dokter juga, yaitu Dokter Rinjani. Bukan masalah, tapi rasanya cukup menjengkelkan mengingat hal seperti itu. Mungkin orang-orang menganggap Rachel hanyalah wanita biasa, anak manja yang bergantung pada orang tua, bahkan tidak memiliki pendidikan yang layak untuk bersanding dengan putra tunggal pewaris rumah sakit CM.

Unexpected MarriedWhere stories live. Discover now