"Gk guna."

Setelah mengucapkan kata itu, Juna dan kawanannya pergi meninggalkan Kasa yang masih terduduk lemah dengan tanggannya yang terus ia usapkan pada perut bagian tengahnya.

"Gak apa-apa Kasa....gak apa-apa..." Batinnya sembari berusaha bangkit untuk duduk dikursi tunggu halte.

"S-sakith..." Gumam Kasa tanpa suara, pukulan Juna memang bukan main-main, walaupun Kasa sering mendapatkan pukulan darinya, tetap saja pukulan Juna masih terasa amat menyakitkan.

Langit baru saja keluar dari area sekolah kala hujan sudah lumayan reda, dengan cepat Langit segera  mengenakan mantel hitam yang sedaritadi berada digengamannya dan mulai menyalakan motor ninja hitam miliknya untuk pulang ke rumah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Langit baru saja keluar dari area sekolah kala hujan sudah lumayan reda, dengan cepat Langit segera  mengenakan mantel hitam yang sedaritadi berada digengamannya dan mulai menyalakan motor ninja hitam miliknya untuk pulang ke rumah.

Namun sebelum memacu kendaraannya, Langit berdecak sebal karena air hujan yang menggenang disekitaran tempat ia memarkirkan motornya, Langit sangat benci genangan air yang tercipta sehabis hujan turun.

"Ck...bikin motor gua kotor aja." Ucap Langit sembari merollkan bola matanya malas.

Salah satu hal yang Langit benci memang hujan, jika Angkasa sangat amat menyukai hujan, maka Langit sebaliknya, ia benci akan hujan, terlebih jika hujan meninggalkan sebuah genangan.

Tak ingin berlama-lama, Langit segera memacu kendaraannya untuk keluar dari area parkiran sekolah, baru saja ia keluar, atensinya langsung beralih pada seseorang yang tengah terduduk lemah dengan keadaan yang berantakan, sangat berantakan.

Tunggu Langit mengenalinya.

"Angkasa?"

Sebenarnya ia tidak ingin mengampiri orang yang tengah terduduk lemah itu, tapi entah kenapa badannya seolah bergerak sendiri untuk mengarahkan motornya kearah orang tersebut.

Dan yang terjadi selanjutnya, Langit yang melebarkan matanya sempurna, benar...orang itu Angkasa...

Adiknya.

Yang tengah terduduk lemah dengan tangan yang terus mengelus pelan area tubuhnya yang nyeri akibat pukulan.

Langit ingin tidak perduli, tapi ia juga tak tega melihat keadaan berantakan Kasa yang nampak kesakitan.

"Kasa?lu..kenapa?"

Angkasa tentu tidak mendengar ucapan Langit, ia lantas segera menggerakkan kedua jemari tangannya untuk membentuk bahasa isyarat.

"Aku tidak dengar abang berbicara apa...alat bantu dengarku hancur." Jelas Angkas dengan bahasa isyarat dan diakhiri dengan jari telunjukknya yang menunjuk kearah telinganya sendiri.

Langit tak paham sebenarnya dengan bahasa isyarat yang Kasa berikan, namun ia mengerti kala jari telunjuk Angkasa mengarah dan menunjuka pada telinganya.

Langit lantas membuka tasnya dan merobek selembar kertas dari salah satu buku catatan miliknya juga satu buah pulpen, dan mulai menuliskan sesuatu diatas kertas putih tersebut.

Gua pesanin lu ojol, gua gk bisa ajak lu balik, dan gua rasa lu tahu alasannya kan?

Setelah selesai menuliskan kata diatas kertas putih tersebut, Langit segera membarikan kertanya pada Kasa, memesan ojek online dengan cepat serta memberika sejumlah uang pada Angkasa, karena Langit yakin, Kasa tidak memiliki uang sepeserpun.

"Gua balik." Ucap Langit walau Kasa tak dapat mendengarnya, pemuda yang hanya berbeda satu tahun dari Angkasa itu, langaung memacu laju kendaraan cepat dan membelah jalanan sore di kota Jakarta.

Sedangkan Angkasa hanya tersenyum miris melihat kepergian sang abang dari hadapannya, juga...kertas yang berada diatas tangannya dengan sejumlah uang yang Langit tinggalkan.

"Tentu...itu karena kau malu padaku, malu karena membonceng adiknya yang bisu dan tuli...tidak apa-apa, aku mengerti."




ANGKASA - 01

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

ANGKASA - 01

ANGKASA || JJHWhere stories live. Discover now