3. || Atherior

9.4K 1.2K 116
                                    

H A P P Y  R E A D I N G
.
.
.

       Suara derum motor mengalihkan atensi seluruh murid SMA Mandala Cakra

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

       Suara derum motor mengalihkan atensi seluruh murid SMA Mandala Cakra. Sekiranya ada 5 orang yang menarik perhatian mereka.

Mereka adalah anggota inti dari geng Atherior. Sebuah kempulan para dewa yang tidak hanya memiliki ketampanan di atas rata-rata, tetapi juga memiliki potensi dan kemampuan yang luar biasa.

"Motor lo baru lagi, Land?" tanya Vieer.

Vieer Akasha nama lengkapnya. Pemuda dengan postur tubuh paling kurus yang mempunyai darah keturunan India. Vieer ini begitu menyukai suatu hal yang berbau sejarah.

"Iya nih, hadiah dari bokap. Bagus gak?" jawab Island, tersenyum bangga memamerkan motornya.

Island Hanesa Luiz. Pemuda yang memiliki mata paling sipit. Jika sehari tidak tersenyum, bukan Island namanya. Selalu dengan sengaja membuka dua kancing seragam sekolah, memamerkan sebuah tatto emoticon smile di dadanya. Island begitu menyukai air hingga ia pandai berenang, beberapa kali juga sering diajukan mengikuti lomba oleh sekolah dan hasilnya cukup memuaskan.

"Alah, itu plat nomor belum dipasang. Siap-siap ditilang bokap gue lo ntar." Asean berceletuk.

Asean Northumbria. Pria receh alumni sadboy yang kini sudah mendapatkan pujaan hatinya. Pemuda paling bucin di antara anggota Atherior yang lain. Asean sangat suka hiking, apapun yang berbau memanjat Asean sangat suka. Karena sedari kecil ia dan teman kecilnya sering memanjat pohon mangga tetangga.

"Bokap lo turun pangkat? Udah jadi polisi lalu lintas sekarang?" tanya Jupiter dengan tatapan mengejek.

Jupiter Graeez. Pria bermulut pedas yang selalu membully anggota lain. Jupiter memang lebih sering bercekcok dengan Asean, entah perihal apapun itu. Ia begitu mencintai geografi.

"Kelas," ucap Arshaka datar. Berjalan mengikuti Anta yang sudah pergi lebih dulu.

Arshaka Anatomycal Niyel. Wakil ketua Atherior. Sifatnya begitu sama dengan Anta. Jarang berbicara, tak tersentuh juga menyeramkan. Ketua dan wakil ketua memang ditakdirkan satu paket. Arshaka begitu menyukai billiard, tempat paling cocok untuk dirinya yang suka ketenangan.

Dan terakhir untuk si ketua. Kalian tentu tahu dia seperti apa. Sekali lagi, Antartika Ocean Catra. Pria dengan postur tubuh paling athletis dan tinggi. Motor racing adalah oksigen bagi dirinya. Tak akan pernah bisa lepas.

"Island," panggil Arshaka ketika mereka sampai di kelas. kursi mereka saling bersebelahan.

"Iya Arshakaku sayang?" balas Island seraya menopang dagu dan tersenyum lebar.

"Kancing, dasi," tegurnya dengan mata tajam. Pasalnya seragam Island sekarang terlihat sangat berantakan. Matanya sedikit terganggu.

Island menunduk, memperhatikan seragamnya. Lalu kembali menatap Arshaka seraya nyengir. "Lo tahulah, kenapa kacing gue buka. Ini loh." Island menunjuk tatto di dadanya.

Jupiter yang duduk di belakang Island menoyor kepala temannya. "Bego lo, apa manfaatnya pamerin tatto begitu?"

"Ngundang syahwat anak cewek itu pasti," celetuk Vieer. Kacamata sudah terpasang, ia bersiap membaca buku.

"Enak aja, lo kok tahu, sih?!" Mendengar kalimat itu membuat mereka memutar bola matanya.

"Island." Arshaka kembali menegur. Nada suaranya seperti seorang ayah yang melarang anaknya bermain. Membuat Island merenggut, namun tetap memasang senyum paksa. Memasang satu kancing dan membiarkan satu kancing tetap terbuka.

"Satu aja oke? Culun kalo dua-duanya!" elaknya. Lalu melirik ke arah seragam Arshaka. Matanya melotot. Namun dengan cepat tersenyum lagi. Senyum paksa dengan helaan napas berat. "Arshaka sayang, lo sendiri aja gak rapi begitu, bisa-bisanya lo negur gue, hm?" Island tetap menahan senyumnya walau merasa gemas.

Ia harus tetap happy kiyowo.

"Berisik lo Lala Land. Perkara kancing aja diribetin," kesal Jupiter merasa terganggu.

"Heh, seharusnya lo ngomong gitu ke Arshaka. Jangan ke gue. Dia duluan yang buat perka-hmppt." Oke, Island lepas kendali.

"Udah diem, makan yang banyak, ya." Vieer menyumpal mulut Island dengan roti yang ia bawa. Roti canai buatan ibu tercintanya. Menepuk kepala temannya beberapa kali dan kembali duduk di kursinya.

Island mendelik, mengunyah makanan itu dengan tergesa.

"Enak'kan?" tanya Vieer.

"Biasa aja," ucap Island namun kembali mencomot roti itu dan kembali melahapnya.

"An, setelah bubar sekolah nanti kumpul di waria, anak Aster mau ngobrolin sesuatu katanya." Vieer memperlihatkan percakapannya dengan ketua geng Astercyo.

Waria= Warung Ceria

"Tumben?" balas Jupiter yang juga mendengar ucapan Asean.

"Gak usah, ngapain nemuin mereka. Malesin banget gue." Asean berceletuk.

Semua menatap Asean datar. Pria itu ternyata masih saja bersikap ketus pada ketua Astercyo.

"Althea udah jadi hak milik lo, Asean. Kenapa lo masih aja kesel sama dia?" tanya Island.

"Ck, udah. Kita bahas lagi nanti, guru sejarah udah di koridor." Jupiter mengibaskan tangannya agar para temannya kembali duduk di bangku masing-masing. Dengan patuh mereka kembali, karena radar Jupiter tidak pernah salah. Beberapa detik lagi guru akan muncul setelah Jupiter mengatakan hal itu.

"Pagi anak-anak, tidak usah berbasa-basi. Langsung buka buku paket halaman 210 dan kerjakan sampai halaman 220."

"Asik, sepuluh halaman, nih." Vieer bersiul dan dengan gesit membuka buku. Melirik para temannya yang sudah menutup wajah. Ia tersenyum licik. Gak akan gue kasih liat, mampus lo pada.

Berbeda dengan Vieer yang sudah bersemangat untuk menyelam rumitnya konspirasi sejarah. Asean, Jupiter dan Island kompak memijat pelipis. Mereka bertiga sangat membenci sejarah.

"Arshakaaaaa," rengek Island. "Island nyontek dong." Island mengguncang lengan Arshaka.

Arshaka mematap Island datar. "Ke dia aja," tunjuknya ke belakang, tepatnya pada Antartika.

Island merenggut. Sudahlah, lupakan saja. Ia kembali duduk di bangkunya. Island kapok jika menyontek pada Antartika. Tak hanya ia sepertinya, tapi juga yang lain. Bukan karena Antartika tidak akan memberikan mereka jawaban. Akan tetapi, setelah acara menyontek selesai, malam harinya pria itu akan mengirim banyak materi kepada mereka. Tak lupa dengan soal yang begitu rumit, se-rumit cara Asean mempertahankan Althea, pacarnya.

"Mau nyontek di gue gak?" tawar Vieer menaikkan satu alisnya, tak lupa dengan senyum licik.

"Apalagi kali ini? Setelah imbalan motor?"

Vieer menjentikkan jarinya. "Gak mahal kok. Cukup jajanin gue aja di kantin, gimana?"

Island berbinar. "Serius?! Gampanglah kalau itu, gue traktir lo hari ini. Cuma jajan di kantin'kan? Deal, ya!"

Vieer tersenyum. "Iya, deal. Jajan di kantin, tapi gue belum selesai ngomong." Jupiter dan Asean yang mendengar itu menahan tawanya.

Island mengernyit. "Apaan?"

Tak mau membuang kesempatan, Vieer meraih tangan Island dan menggenggamnya. "Deal, lo traktir gue di kantin," jeda Vieer mengulum bibirnya. "Sampe gue lulus!" tukasnya dan langsung melepaskan jabatan. Kembali fokus pada tugas.

"Mampus," gumam Jupiter tertawa pelan melihat Island yang melongo.

"Padahal search di Google juga ada, njing. Bego banget lo Lala Land," ejek Asean menggelengkan kepala.

Island merenggut. Mengusap tatto di dadanya. Sepertinya untuk hari ini, emoticon itu tidak akan berfungsi. Island lebih banyak merenggut.

...

ANTARTIKA (Pindah ke Fizzo)Where stories live. Discover now