[39] RASKAL DEMAM

Start bij het begin
                                    

Lea berkacak pinggang, matanya melotot dan siap untuk kembali memarahi Raskal. "Kenapa?"

"Males," jawab Raskal acuh tak acuh. Laki-laki itu memejamkan matanya. Kepalanya semakin bertambah pusing.

Lea mendengkus. Gadis itu beralih menatap ke arah siswi yang sedari tadi memperhatikannya.

"Nama kamu?" tanya Lea pada siswi itu.

"Amel, Kak."

"Boleh minta tolong, nggak?"

Amel mengangguk. "Boleh, Kak. Mau minta tolong apa?"

"Tolong beliin bubur satu porsi, ya. Jangan pedes buburnya," ucap Lea seraya menyodorkan uang dua puluh ribuan pada Amel. "Sekalian sama air mineralnya satu."

Lea memperhatikan Raskal. Sepertinya laki-laki itu tidur membuat Lea mengurungkan niatnya untuk mengajak Raskal berbicara.

Setelah kepergian Amel beberapa saat yang lalu, Shintia datang menghampiri Lea seraya menyodorkan satu tablet paracetamol.

"Ehh, obatnya kamu pegang dulu aja. Nanti kalo Amel datang bawa bubur, suruh Raskal sarapan, ya. Habis itu suruh minum obatnya," ucap Lea. "Kalo dia nggak mau minum, paksa aja."

"Kak Lea mau ke kelas, ya?" tanya Shintia.

"Iya, nih. Bentar lagi bel masuk," jawab Lea.

Setelah berpamitan pada Shintia, Lea pun pergi meninggalkan UKS. Raskal membuka matanya, menatap kepergian Lea dengan tatapan sendu.

"Seandainya lo jadi milik gue," gumam Raskal kemudian kembali menutup matanya.

***

"NAKULA, YUPI GUE HABIS!" teriak Bobby menggelegar di koridor sekolah membuat para siswa-siswi menatap Bobby dengan tatapan aneh.

Bobby tampak acuh tak acuh. Laki-laki itu berlari menghampiri Nakula yang masuk ke dalam gudang tempat penyimpanan peralatan olahraga.

"Nakula, yupi gue habis. Beliin dong," rengek Bobby bergelayut manja di lengan Nakula membuat si empunya merasa jijik.

"Lepas," desis Nakula seraya mencoba melepaskan tangan Bobby dari tangannya.

"Enggak sebelum lo beliin gue yupi," tolak Bobby.

Nakula berdecak. "Miskin lo? Minta terus ke gue."

Bobby membelalakkan matanya. Baru kali ini dia mendengar penolakan yang begitu menyakitkan dari Nakula. "Kok, lo jahat, sih? Gue nangis, nih."

"Beli sendiri," ucap Nakula seraya menyodorkan uang lima puluh ribuan pada Bobby.

Bobby memekik senang. Dia menerima uang tersebut, lalu mengucapkan terima kasih. Setelah itu, Bobby berlari keluar ruangan membuat Nakula menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah sahabatnya.

Berhubung pagi ini jam pelajaran olahraga, Nakula sebagai Ketua Murid diperintahkan oleh Pak Cahyo untuk mengambil bola basket di gudang.

Dua bola basket sudah ada di tangan Nakula. Dia pun segera pergi menuju lapangan.

"Lho, temen kamu yang kribo itu ke mana?" tanya Pak Cahyo. "Perasaan tadi dia ikut kamu pergi ke gudang."

"Toilet," jawab Nakula berbohong. Tidak mungkin, kan, dia mengatakan bila Bobby pergi ke kantin.

Pak Cahyo manggut-manggut seraya memainkan kumisnya. "Baiklah, sebelum memulai pembelajaran kali ini, Nakula tolong pimpin teman-teman kamu untuk berdoa terlebih dahulu."

"Berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing, dimulai," ucap Nakula.

Para siswa-siswi menundukkan kepala, kemudian mereka berdoa masing-masing di dalam hati.

"Selesai."

"Pagi, Pak Cahyo," ucap Bobby yang datang membawa dua bungkus yupi di tangannya.

"Kamu ini, mau olahraga atau mau makan yupi?" tanya Pak Cahyo. Dia tidak habis pikir dengan muridnya yang satu ini, Bobby sering kali membawa yupi ketika jam pelajarannya. Berulangkali sudah dia tegur, tapi Bobby tidak menghiraukan tegurannya.

Bobby menyengir tak berdosa. "Dua-duanya, Pak."

Pak Cahyo berdecak. "Sana masuk barisan."

Buru-buru Bobby masuk ke dalam barisan sebelum Pak Cahyo berubah pikiran dan malah menghukumnya. Walaupun tampangnya galak, Pak Cahyo merupakan salah satu guru yang memiliki tingkat kesabaran tinggi. Hal tersebut membuat Pak Cahyo menjadi salah satu guru favorit bagi para siswa-siswi.

"Siapa yang hari ini tidak hadir?" tanya Pak Cahyo pada Nakula.

"Hadir semua, Pak," jawab Nakula singkat.

"Berhubung dua bulan lagi kalian akan menghadapi Ujian Nasional, Bapak mengingatkan untuk kalian yang nilainya masih kosong, tolong segera dikerjakan tugas-tugas kalian dan setorkan tugasnya kepada saya," ucap Pak Cahyo. "Jika ada tugas yang kalian tidak paham, bisa tanyakan langsung pada saya. Paham?"

"Paham, Pak," jawab mereka serentak.

"Baiklah, hari ini kita akan praktek bermain bola basket. Saya sudah membagi siswa dan siswi menjadi beberapa tim. Nanti akan di umumkan oleh Nakula," ucap Pak Cahyo. "Sampai sini, paham? Atau ada yang mau bertanya?"

Aldo mengangkat tangannya membuat laki-laki itu menjadi pusat perhatian teman-teman sekelasnya.

"Ya, Aldo. Mau bertanya apa?"

"Kok, prakteknya sekarang, Pak? Seharusnya, kan, dua minggu lagi," protes Aldo.

Pak Cahyo menghela nafas, mencoba sabar dan memberi pengertian pada salah satu siswanya yang nakal ini. "Saya sengaja memajukan tanggal praktek kalian dan berbeda dengan di jadwal karena saya tidak hanya mengajar di kelas kalian saja. Saya mengajar enam kelas sekaligus. Belum lagi saya harus merekap nilai kalian nantinya."

Aldo manggut-manggut. Dia tidak lagi berkomentar setelah mendengar jawaban Pak Cahyo.

TBC

maaf baru bisa update. bingung banget mau nentuin happy ending atau sad ending🤣

see you next chapter ~

ANTALEO [TAMAT]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu