Kalut

34 7 0
                                    

Hallo!! Lama tak jumpaㅠㅠ

Semoga nggak lupa cerita sebelumnya. Kalau lupa, silakan baca ulang lagi. Haha.



_______



Jujur, saat ini Em sangat kalut, jam sudah larut, dan ia tidak tahu harus ke mana. Kalau pulang ke rumahnya sendiri sama saja ia cari mati. Tapi Em sudah bisa menebak pasti jam menuju dini hari seperti ini ayahnya sudah tertidur pulas.

Bersamaan dengan perasaan takut, Em meyakinkan dirinya untuk benar-benar pulang ke rumah. Langkah yang ditemani oleh hawa sejuk dari embun malam menyelimuti tubuhnya, agak rawan sebenarnya tapi Em mencoba menepis rasa takut itu.

Tersisa beberapa langkah lagi Em sampai di depan gerbang pintu rumah, namun ia terkejut saat tiba-tiba sebuah tas besar melayang hampir menimpanya. Pandangan Em seketika nanar saat melihat ibunya menyusul dari pintu gerbang, melangkah dengan deraian air mata, pergelangan tangannya tampak merah memanjang seperti bekas cambukkan.

Tanpa basa-basi Em segera datang kepada sang ibu yang melangkah gontai mengambil tas berisikan baju-baju miliknya dan baju Em yang sepertinya diambil secara acak.

"Kenapa bu? Ada apa? Kenapa ibu kayak gini?" Tanya Em dengan wajah panik, memeta keadaan ibunya dari ujung kepala sampai ujung kaki.

Jihwan menyela air mata yang hendak keluar, kemudian tersenyum menatap sang putra. "Nggak apa-apa. Malam ini kita nginep di rumah nenek aja, ya?"



***



Aroma teh memaksa masuk ke penghidu Em di tengah rasa kantuk yang masih melanda. Dengan suasana yang berbeda dari biasanya ia tidur, kali ini benar-benar merasakan ketenangan karena rumah sang nenek berada lumayan jauh dari hiruk pikuk kota.

Perjalanan dari Seoul ke rumah neneknya memakan waktu kurang lebih dua jam, dan Em bersama sang ibu tiba pada pukul lima subuh. Sekarang waktu menunjukkan pukul dua belas siang, memberikan energi yang cukup bagi Em untuk menjalani aktivitas hari ini.

Soal kuliah Em tidak tahu lagi harus begaimana, masih awal semester juga, jadi Em harap untuk selanjutnya dirinya aman untuk absen.

Em bangkit dari kasur yang tidak seempuk biasa ia tiduri setiap harinya, mengumpulkan nyawa yang masih bermain-main di luar tubuhnya, kemudian mengusap wajahnya secara perlahan.

Dari luar sana terdengar sayup-sayup percakapan antara dua orang yang sudah dapat ditebak suara tersebut adalah ibu dan neneknya Em. Selanjutnya tindakan lancang Em lakukan.

Ia menguping.

"Jadi dia mukulin kamu segininya? Mama nggak terima ya kamu diginiin. Udah berapa lama kamu diginiin sama dia?"

"S-sebenarnya dari awal dia suka kayak gitu, ma. Tapi makin ke sini dia makin kurang ajar."

"Kamu nggak mau ngelaporin dia?"

Em memang tidak bisa melihat ekspresi sang nenek ketika berbicara, namun terdengar jelas di telinganya nada bicara yang campur aduk antara marah, kesal, dan sedih. Hingga Em memutuskan untuk tidak mendengarkan percakapan mereka berdua yang selanjutnya.

Setetes air mata jatuh, membuat pandangan Em mengabur dan merasakan sesak di dada.



"Ibu dipukulin ayah gara-gara aku."



•••



Meskipun keadaan Jung Inha sudah dinyatakan membaik dan sekarang sudah kembali ke rumah, namun dokter tetap menyarankan untuk bed rest beberapa minggu. Sebenarnya dirinya tak apa-apa, tapi ia memikirkan nasib sang anak yang masih menempuh pendidikan.

CRUSH: Kim Myung JunWhere stories live. Discover now