AVENGEMENT - EPILOG

Start from the beginning
                                    

"Mereka seneng pasti. Apalagi Kiana anaknya ceplas-ceplos, mama pasti gemes sama dia."

Khansa tersenyum penuh arti. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa perlu waktu selama 3 tahun untuk bisa bertemu lagi dengan Hilda. Wanita yang merupakan ibu dari Jerome itu benar-benar konsisten untuk tidak menemuinya meski dia sempat mengundang mereka berdua untuk bertemu dan makan bersama sepulangnya mereka dari luar negeri yang mana terpaksa harus dibatalkan karena dia harus berangkat ke Padang waktu itu. Tapi seperti yang Jerome selalu bilang bahwa Hilda mungkin masih membutuhkan sedikit lagi waktu untuk merefleksikan dirinya sendiri.

Namun meski tidak pernah bertemu langsung, Khansa selalu menceritakan apapun soal Hilda kepada Kiana agar putri kecil mereka itu tidak melupakan sosok nenek dari pihak ayahnya. Khansa menceritakan segala hal yang baik-baik tentang Hilda dan menyimpan semua cerita mengenai sikap buruk wanita itu terhadapnya rapat-rapat. Walau bagaimanapun, Khansa ingin Kiana melihat neneknya itu sebagai sosok yang baik dan penuh kasih sayang.

Hubungan Hilda terhadap 2 cucu yang ia dapat dari Tiara juga mulai membaik. Dia yang selama ini acuh dan tidak pernah peduli pada mereka, sekarang jauh lebih sering menghabiskan waktunya bersama kedua bocah laki-laki berusia 10 dan 8 tahun itu. Khansa kerap melihat keakraban mereka dari semua insta story Tiara dan Laura sembari berharap Kiana juga akan berada di posisi mereka suatu saat nanti.

"Aku harap Kiana nggak akan canggung pas ketemu sama mama nanti." gumam Khansa.

"Nggak akan. Kan aku udah bilang tadi kalau Kiana itu anaknya ceplas-ceplos. Dia itu supel banget dan gampang berteman sama siapa pun, persis kayak kamu. Tapi kalau mama yang canggung sama Kiana, itu mungkin aja terjadi."

Jerome melirik Khansa yang kini sedang menggigit bibir bawahnya ragu.

"Atau jangan-jangan justru malah kamu yang canggung sama mama?" ledek Jerome iseng membuat Khansa langsung reflek melayangkan pukulan pelan ke lengannya. "Aduh! Ih kak, bunda pukul-pukul ayah masa!"

"Bundaaa ayahnya jangan dipukul dooong!" Kiana menolehkan kepalanya ke arah Khansa dengan bibir mengerucut. "Kan bunda pernah bilang ke kakak kalau jadi perempuan itu nggak boleh kasar."

"Nah tuh bunda, dengerin tuh kakak ngomong apa." Jerome tertawa mengejek membuat sepasang mata Khansa melotot galak.

"Bunda cuma bercanda kok sayang. Ayah kamu aja yang jahil." Khansa mencium kepala Kiana lagi lalu secara diam-diam mencubit pinggang Jerome hingga membuat suaminya itu meringis menahan sakit.

Tak lama kemudian keluarga kecil itu pun sampai di rumah besar yang dulu pernah mereka tinggali. Rumah yang merupakan saksi bisu dari semua kekacauan yang terjadi di sana. Rumah yang sempat menjadi neraka dunia baik itu untuk Jerome maupun untuk Khansa. Tak ada yang berubah sama sekali dari rumah itu. Bangunan itu tetap terlihat berdiri kokoh dan megah seperti sebelum-sebelumnya, namun kali ini suasananya terasa sedikit lebih hangat, tidak kaku dan dingin seperti dulu. Karena selama Hilda tinggal di Padang, Laura dan Denis lah yang tinggal disana untuk merawatnya.

"Assalamualaikum!" sapa Khansa begitu pintu rumah di buka oleh bi Hanum.

"Waalaikumsalam mbak Khansa, mas Jerome!" jawab sang asisten rumah tangga itu seraya menyambut hangat pelukan dari Khansa. Tak lupa juga wanita tua yang sangat ramah itu mencolek pipi gembil Kiana yang kini sudah berada dalam dekapan Jerome. "Masya Allah si dedek makin cantik aja!"

"KIANAAA!"

Suara Laura yang muncul arah ruang keluarga terdengar cukup menggelegar hingga membuat Jerome langsung reflek menutup salah satu telinga Kiana yang justru malah tertawa gembira melihat kehadiran sang tante. Laura berlari ke arah mereka bertiga dengan heboh lalu kemudian dia memeluk serta mengecup kedua pipi Khansa secepat kilat dan langsung meraih Kiana dari gendongan Jerome tanpa basa-basi.

AVENGEMENT ( ✔ )Where stories live. Discover now