AVENGEMENT - 8

7.6K 716 101
                                    



"Heh, kenapa murung aja?"

Jira menepuk lengan Khansa yang sedang asyik melamun sambil memandangi spaghetti nya dengan pandangan kosong. Hari ini Jira mengajak Khansa untuk makan siang bersama sekaligus untuk membahas soal acara reuni angkatan mereka yang akan diselenggarakan minggu depan. Tadinya Hemma ingin ikut bergabung, tapi tiba-tiba saja dia mendapat jadwal operasi dadakan yang tak akan mungkin bisa ia tinggal. Jadilah hanya dirinya dan Jira yang bisa mendiskusikannya dan laporannya nanti akan diserahkan pada Hemma.

"Nggak apa-apa kok." Khansa tersenyum manis lalu kemudian kembali memakan spaghetti nya.

"Ck! Kita udah hampir 11 tahun temenan ya Sa, jadi gue tau banget gimana body language lo pas lagi ada masalah," Jira memutar bola matanya malas. "Jadi, ada peristiwa apa pagi ini?"

"Serius Ji, nggak ada apa-apa kok." kilah Khansa lagi berusaha untuk mengalihkan topik. "Ngomong-ngomong Harya jadi pake jasa WO lo?"

Jira menghela nafas. Sebenarnya dia lebih suka jika Khansa bisa menceritakan kegundahannya padanya hari ini, tapi nampaknya sahabatnya itu benar-benar sedang tidak ingin membahasnya. Mungkin dia akan meminta Jerome saja untuk menjelaskan semuanya nanti.

"Jadi. 3 hari yang lalu gue ketemuan sama calon istrinya, Gista. Gue kira tingkahnya bakalan sebelas-dua belas sama si Harya, eh nggak taunya dia lebih kalem dan manis banget orangnya, cara ngomongnya juga lembut. Beda banget lah pokoknya sama Harya." Jira tertawa.

"Berarti mereka saling melengkapi, Ji. Harya berisik, Gista kalem. Cocok udah kayak api ketemu air," Khansa ikut tertawa. "Dan yang gue denger dari Jerome, katanya mereka udah temenan dari kecil."

Jira menghela nafas. Ada sedikit nada iri yang terdengar dari suaranya. "Asyik kayaknya nikah sama sahabat sendiri. udah saling tau sifat dan karakter masing-masing. Udah bisa saling paham dan menerima kebaikkan dan keburukkannya. Adaptasinya pasti gampang banget tuh. Gue sama Hazmi aja butuh waktu 3 bulan buat beradaptasi sebagai pasangan suami-istri. Itu juga yang paling banyak usaha dia kayaknya."

"Kalau Hazmi nggak kayak gitu, hati lo mungkin nggak akan pernah bisa luluh kali Ji." kekeh Khansa.

"Iya sih. sampe sekarang aja gue bingung kenapa gue mau nikah sama dia. padahal waktu SMA kita nggak pernah ngobrol sama sekali."

"Itu namanya jodoh, sayang. Mungkin Hazmi emang udah naksir sama lo dari dulu tapi nggak pernah berani ngungkapin karena dia tau lo orangnya jutek dan susah dideketin," lanjut Khansa lagi sembari mengingat masa-masa SMA mereka dimana Hazmi yang rumornya memang menyimpan rasa pada Jira sejak kelas 10 namun tidak pernah berani mengungkapkan karena terkenal sangat dingin dan galak.

"Dulu gue sama sekali nggak kepikiran bakalan ditaksir sama orang sih," kata Jira dengan sorot mata menerawang jauh. "Gue pikir dengan punya ayah, ibun, mas Jean sama lo aja udah lebih cukup. Nggak perlu ada orang lain lagi selain kalian. Tapi gue nggak nyangka ternyata gue butuh manusia aneh kayak Hazmi juga sebagai pelengkap."

Khansa tertawa sambil mengangguk-angukkan kepalanya paham. Dia jelas tahu sekali bagaimana reputasi Jira di sekolah dulu. Gadis cantik dengan kemampuan otak di atas rata-rata, berasal dari keluarga yang sangat berada namun memiliki sifat yang dingin dan sangat jutek. Karena sifatnya yang dingin dan jutek itu pula makanya Jira jadi tidak bisa mempunyai teman. Dan satu-satunya orang yang berani mengajaknya berteman hanyalah Khansa. Berawal dari film Pride and Prejudice yang sedang ditonton oleh Jira saat jam istirahat lewat ponselnya, Khansa yang tak sengaja melihat sekaligus juga menyukai genre film seperti itu pun mengajaknya bicara duluan dan sejak saat itu lah mereka resmi berteman.

AVENGEMENT ( ✔ )Where stories live. Discover now