AVENGEMENT - 1

19.2K 1K 33
                                    


Khansa tahu bahwa setiap manusia pasti sudah memiliki takdirnya masing-masing. Ada yang digariskan hidup dengan kebahagiaan sepanjang waktu, ada juga yang hidup dengan diberikan banyak kesusahan, namun ada juga yang seimbang antara keduanya. Dan Khansa mungkin ada di kategori yang kedua, dimana hidupnya jarang sekali merasakan yang namanya bahagia dan kalaupun pernah, kebahagiaan itu pasti tak bertahan lama.

Tangannya bergerak untuk menyentuh kaca jendela salah satu hotel mahal dan mewah yang ada di Phuket, Thailand, dengan sorot menerawang jauh. Pemandangan di depannya hanyalah pantai yang berhiaskan gelapnya malam dipadu dengan lampu-lampu terang yang berasal dari lampu restoran, lampu rumah-rumah penduduk dan beberapa sumber cahaya lain milik para pengunjung pulau yang ada di sekitaran tepi pantai. Senyumnya merekah begitu dia melihat ada beberapa anak kecil yang sedang bermain kembang api di bawah sana, tertawa dengan begitu lepasnya sehingga menimbulkan rasa hangat sekaligus iri di dalam hatinya.

Kenapa dia tidak bisa tertawa selepas itu? kenapa sulit sekali rasanya untuk bahagia seperti mereka?

"Hai."

Khansa menolehkan kepalanya ke arah pintu kamar dan mendapati sesosok pria tampan bertubuh tinggi dan kekar berbalutkan kaus hitam tanpa lengan serta celana pendek selutut yang memperlihatkan kakinya yang panjang.

"Hai," Khansa tersenyum tipis seraya mendekati sang pria. "Jalan sekarang?"

"Ayo, kalau lo udah siap kita bisa langsung jalan." jawabnya dengan nada canggung.

Khansa terkekeh. "Lo kenapa sih, Jerome? Kok tiba-tiba jadi canggung gitu? padahal pas akad dan resepsi kemarin lo santai-santai aja."

Jerome balas tersenyum lalu kemudian mengusap pelan pipi Khansa dengan jemarinya yang lentik.

"Don't force yourself to look happy. Gue tau lo stress sama semuanya and i'm so sorry for that."

"Kita sama-sama stress kok, makanya biar nggak stress terus ayo kita jalan-jalan! Mumpung lagi di Phuket nih, kalau udah di Jakarta kan kita bakalan sibuk kerja nanti. Kapan lagi coba bisa dateng ke sini?"

Jerome tersenyum lagi lalu kemudian dia menganggukkan kepalanya sambil memberi isyarat pada Khansa yang sedang mengambil ponsel dan dompetnya untuk berjalan mengikutinya keluar dari kamar hotel.

Keduanya berjalan beriringan menuju lift tanpa berbicara sepatah kata pun. Suasana terasa begitu hening dan canggung. Jerome dan pun Khansa sama-sama bingung bagaimana cara memecahkannya. Sampai akhirnya pintu lift terbuka dan menampakkan sepasang bule pria dan wanita yang keluar dari sana dengan hebohnya sehingga membuat Jerome langsung menarik Khansa dan merangkulnya dengan protektif karena si pria yang tampaknya sedang mabuk itu hampir menabrak sang istri.

"Oh my God! I'm so sorry, my boyfriend is drunk and he's kinda out of control a lil bit. are you okay, miss?" tanya si wanita sambil memapah kekasihnya yang masih meracau tidak jelas itu.

"It's okay, i'm fine." Khansa tersenyum sembari mengibaskan tangannya tanda bahwa dia tidak mempermasalahkannya sama sekali.

"Do you need some help?" tanya Jerome.

"No, it's fine. My room is not far from here," si wanita bule itu tersenyum. "There's a big party down there. I saw a lot of people were getting drunk and collapsing one by one so I hope you both won't follow their lead."

Jerome dan Khansa tertawa lalau kemudian menganggukkan kepalanya. Keduanya masuk ke dalam lift masih dengan saling merangkul satu sama lain. Jerome memutuskan untuk tetap merangkulnya karena dia tidak ingin ada orang mabuk lain yang muncul dan berpotensi untuk menerjang istrinya.

AVENGEMENT ( ✔ )Where stories live. Discover now