AVENGEMENT - 11

6.8K 648 44
                                    



Khansa kembali melanjutkan hari-harinya seperti biasa lagi. Bangun pagi untuk melaksanakan sholat subuh bersama Jerome, setelah itu memasak sarapan dan bekal makan siang untuk sang suami, serta menyiapkan segala kebutuhan paginya yang untungnya tidak terlalu banyak. Jerome bukanlah tipe suami yang apa-apa harus dilayani bahkan untuk hal yang paling kecil sekalipun. Dia juga tidak pernah meminta apalagi memaksa Khansa untuk melakukannya. Itu semua murni keinginan dan wujud rasa bakti Khansa padanya sebagai seorang istri.

Mama dan Laura tetap memperlakukannya seperti sampah di rumah. Mereka sering kali menyerangnya dengan sindiran-sindiran tajam yang selalu berhasil membuat hatinya berdenyut nyeri. Untungnya Jerome selalu siap siaga untuk melindunginya jadi setidaknya dia tidak terlalu merasa sakit hati sekali setiap kata-kata bengis itu menusuk hatinya.

"Seneng kamu ya udah bisa bikin Jerome menjauh dari saya?"

Tangan Khansa yang sedang aktif memotong-motong daging pun langsung terhenti begitu dia mendapati mama mertuanya berdiri di dekat meja pantry dengan tangan yang terlipat di kedua dadanya angkuh.

"Maksud mama apa ya?" Khansa berusaha tersenyum guna untuk meredakan jantungnya yang mendadak berpacu begitu cepat. Jika dengan Laura dia masih bisa membela diri dan balik melawan, maka dengan mama dia benar-benar lemah sepenuhnya.

"Kamu yang menghasut putra saya supaya benci sama mamanya sendiri? iya?"

"Kenapa mama nanya kayak gitu ke aku? apa aku kelihatan sehebat itu sampe bisa bikin Jerome benci sama mama?"

Mama berdecak sinis. "Karena saya tau kalau kamu itu nggak ada bedanya sama ibumu. Sama-sama licik!"

Khansa terdiam. Entah sudah yang keberapa kalinya mama mertuanya itu menghina dirinya dan juga ibu kandungnya. Padahal kedua wanita itu dulunya adalah sahabat baik. Khansa bahkan masih ingat saat dulu ibunya memperkenalkan mama Jerome padanya, dan meskipun terasa sedikit kaku, tapi wanita itu benar-benar memperlakukannya jauh lebih baik daripada sekarang. Khansa benar-benar tidak menyangka bahwa hubungan pertemanan mereka akan hancur lebur seperti ini karena kesalahan yang disebabkan oleh ibunya sendiri.

Seandainya saja sang ibu serta papa Jerome bisa sedikit menekan ego mereka, mungkin Khansa tidak akan berakhir disini. Mungkin sekarang dia akan menjadi seorang wanita yang bebas. Bebas memilih pekerjaan, bebas memilih pasangan, bebas untuk jatuh cinta dan juga bebas untuk menjalani kehidupannya.

"Ibu kamu itu, benar-benar wanita paling nggak tau diri yang pernah saya temui di dunia ini!" tukas mama lagi dengan nada geram yang tak perlu repot-repot ia sembunyikan. "Seumur-umur saya belum pernah merasa terkhianati seperti ini sebelumnya! Dan yang lebih menyakitkan, orang yang mengkhianati saya itu adalah sahabat saya sendiri! Apa kamu tau rasanya jadi saya Khansa?!"

"Maaf ma..." Khansa menundukkan kepalanya dalam-dalam. Rasa bersalah kembali menyerangnya. Perutnya bergejolak hebat dan kepalanya mendadak pusing. Kata-kata mama mertuanya ini benar-benar membuat dunianya seakan runtuh seketika.

"Kalau kamu pikir kamu bisa bikin saya jauh dari putra saya, kamu salah besar Khansa! Sampai kapanpun, anak laki-laki akan tetap terikat dengan ibunya! Tunggu sampai tiba saat dia diharuskan untuk memilih antara kamu, istrinya. Atau saya, ibunya. Dan perempuan yang pintar dan cerdas kayak kamu pasti udah tahu jawabannya kan?!"

Khansa masih tetap membungkam mulutnya rapat-rapat.

"Sekarang kamu nikmati dulu saja kebahagiaan kamu sama Jerome. Tapi saya pastikan hal itu nggak akan berlangsung lama. Dan kalau saya lihat kamu berani kurang ajar lagi sama Laura seperti kemarin, saya akan bikin kamu makin nggak betah tinggal di rumah ini!"

AVENGEMENT ( ✔ )Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum